6. Nggak Apa-Apa

143 31 2
                                    

Kalo aku disini, kamu pasti baik-baik aja kok.


* ----------- *


"Gue anterin pulang, ya?" Arjun memohon untuk yang kedua kalinya, namun yang kedua kalinya juga Zuyuna menolak.

Arjun tetap berjalan disamping Zuyuna, melewati beberapa kelas dan akhirnya mereka keluar dari area sekolah. Zuyuna mengambil ponsel-nya, mengetikkan sesuatu, entah apa, Arjun tak tahu, mencoba menjaga privasi perempuan itu.

"Aku udah mesen ojek online, kamu pulang duluan aja, makasih bantuannya." Zuyuna menjawab ketus, membuat Arjun kecewa lagi.

Kini laki-laki itu tak juga menyerah, kembali memohon karena takut terjadi apa-apa dengan Zuyuna. "Impian gue itu bikin lo duduk di jok motor gue." Arjun berbicara, membuat perempuan disebelahnya menoleh dengan ekspresi datar, seakan tak peduli apa yang diimpikan oleh Arjun, atau mungkin itu hanya omong kosong belaka, pikir Zuyuna.

"Mungkin bukan sekarang, tapi gue janji suatu saat nanti lo bisa duduk di atas jok motor gue." Ia pergi, meninggalkan Zuyuna yang masih dengan ekspresi datarnya.

Terlihat Arjun yang berlari ke parkiran, kemudian menaiki motornya dan langsung pergi meninggalkan area sekolah. Motornya kini menghilang dibalik tikungan, namun diam-diam, perempuan yang ditinggalkannya berharap motor itu akan kembali. Namun rupanya tidak. Bahkan setelah hujan turun, motor itu tetap tak kembali dengan pemiliknya.

***

Arjun: Ca, lo udah nyampe rumah? (read)

Arjun frustasi, ia mengacak-acak rambutnya karena melihat pesannya yang tak dibalas oleh Zuyuna. Laki-laki itu takut kalau Zuyuna kenapa-kenapa, dia khawatir. Laki-laki itu gelisah tak karuan, terus melihat notif yang ada, berharap Zuyuna akan membelasnya. Namun nihil, gadis itu tak kunjung membalas pesannya.

Arjun menghela nafas, akhirnya nekat menelfon via Whatsapp, berdering. Tak lama, gadis itu langsung menjawabnya. Hening diseberang sana, membuat Arjun menegukkan salivanya. "Lo nggak apa-apa, Cha?" tanya Arjun sembari menggigiti kuku jari telunjuknya. Masih tak ada jawaban, namun samar-samar Arjun seakan mendengar suara keramaian.

"Mau ngapain?" tanya Zuyuna yang malah bertanya balik.

"Lo dimana?" Arjun bertanya balik lagi.

"Lagi makan diwarung Soto deket sekolah, kenapa?"

Arjun mengangguk-angguk, segera mengambil jaket hitam nya dan mengambil kucni motor juga. "Tunggu disana, Cha. Gue juga mau makan." Belum juga dijawab, Arjun sudah mematikan sambungan telponnya, lantas keluar kamar dan meminta izin kepada orang tuanya. Dengan cepat, dia menaiki motornya dan tak lupa memakai helm, langsung menancap gas nya dan pergi sesuai arahan Zuyuna.

Tak butuh waktu sepuluh menit, Arjun melihat sosok Zuyuna yang tengah duduk sambil memainkan hape-nya. Ia memarkirkan motornya, langsung masuk kedalam tenda dan memesan satu soto. Seakan seperti mendengar suara yang merasa tak asing, Zuyuna menoleh, menemukan seorang yang familiar duduk disampingnya sambil tersenyum kearahnya. "Beneran kesini?" tanya Zuyuna yang langsung menaruh hape-nya dan mengaduk-aduk soto nya.

Arjun melepas jaketnya, menaruh diatas kedua pahanya dan menoleh kearah Zuyuna sembari tersenyum. "Habis ini mau anterin gue kerumah temen nggak? Mau ngambil flashdisk," kata Arjun yang tangannya langsung menjadi tumpuan untuk wajahnya dan terus menatap Zuyuna yang kini memasukkan sesendok kuah soto kedalam mulutnya.

Gadis itu menoleh, memasang wajah heran, seakan bertanya kenapa harus dia. Arjun tertawa kecil, membuat matanya menjadi agak sipit. "Sekalian mau anter lo pulang," jawab Arjun yang membuat Zuyuna langsung ber-oh.

"Terus kamu ngapain makan disini?" tanya Zuyuna sesudah meneguk segelas es jeruknya.

"Nggak boleh? Ini kan tempat umum. Lo sendiri ngapain makan disini?" tanya Arjun balik.

"Nggak ada makanan yang harus dimasak," jawab Zuyuna dengan singkat dan fokus terhadap makanannya.

Arjun menghela nafas, tak lama setelah itu pesanannya sudah terletak diatas mejanya. Arjun dengan cepat menghabisi makanannya, begitu juga Zuyuna. Walaupun warung tersebut benar-benar ramai, namun sebenarnya mereka berdua ada didalam situasi yang sungguh sepi. Seakan-akan seperti orang asing yang baru saja bertemu diwarung tenda, setelah itu hanya fokus terhadap makanan mereka, tak ada lagi interaksi apapun.

Selepas menghabiskan soto masing-masing, Arjun membayar sotonya, lalu membayar soto milik Zuyuna juga. Awalnya gadis itu menolak, tapi Arjun tetap memaksa dengan alasan bahwa ia membawa uang lebih dan bayaran untuk Zuyuna yang telah mau menemani Arjun.

Mereka berdua keluar dari warung tenda, Arjun sudah menaiki motornya, pun Zuyuna yang sudah ada dijok belakang Arjun. Mereka berdua pergi menyusuri jalanan ramai dengan angin yang kencang, hiasan lampu-lampu juga terkadang pemandangan orang-orang yang berjalan kaki seperti baru saja pulang bekerja, murid-murid yang sepertinya baru pulang les atau kerja kelompok dan sepasang remaja yang sepertinya tengah melepas rindu.

Ini kali pertama Zuyuna dibonceng laki-laki setelah Ayahnya. Gadis itu tak pernah mengira bahwa seorang Arjun-lah yang akan memboncengnya, menyuruhnya untuk memeluk tubuh Arjun agar tidak jatuh. Entah kenapa, Zuyuna tak bisa menolak. Seakan laki-laki itu berhasil menghipnotis dirinya, mengelabuinya sehingga menjadi buta dan tuli seperti ini. Pun Arjun yang dalam hati sudah sangat senang lantaran impiannya telah terkabul.

Setelah memasuki perumahan dan menyusuri gang-gang kecil, motornya berhenti didepan sebuah lapangan rumput luas yang tak terlalu gelap lantaran ada beberapa lampu-lampu yang menerangi. Arjun melepaskan helm-nya, sementara Zuyuna turun dari motordan diikuti oleh Arjun.

"Ini... kita kemana?" Zuyuna menatap sekitar, agak takut karena tak banyak rumah disini yang artinya penduduk warga juga sedikit.

Arjun tersenyum, kemudian menggandeng tangan Zuyuna. Gadis itu menatap Arjun, pikirannya mengatakan bahwa ia salah karena sudah menerima ajakan Arjun.

"Tenang, gue nggak ngapa-ngapain lo kok." Seakan pandai membaca pikiran, Arjun menjawab semua pertanyaan yang ada didalam benak Zuyuna. Gadis itu gelisah, takut terjadi sesuatu yang tak diinginkan olehnya.

"Pernah nggak, lo mikir kalo lo pengen banget teriak buat ngeluapin amarah yang udah lo tahan selama ini?"

Pertanyaan yang baru saja dilontarkan dari Arjun membuat Zuyuna menatapnya yang tengah tersenyum sambil terus menggenggam tangannya.

"Kalo iya, lo bebas buat teriak disini." Arjun melanjutkan, kemudian melepas tangannya dan berjalan kedepan meninggalkan Zuyuna. Langkahnya terhenti, kemudian setelah menarik nafas dengan dalam, suara kencangnya keluar. Zuyuna tak pernah menyangka, bahwa Arjun akan melakukan hal ini.

Arjun menoleh, tersenyum kearah Zuyuna setelah berteriak kencang, kemudian mengarahkan kepalanya untuk segera mengikuti perintahnya. Dengan rasa gugup yang masih menempel, Zuyuna melangkahkan kakinya pelan, berdiri disamping Arjun dan menatap Arjun dengan lekat. Laki-laki itu terus menatap Zuyuna, berusaha meyakinkan bahwa semuanya akan terasa lega.

Tak lama, Zuyuna berteriak dengan kencang, namun pendek. Ia terengah-engah, lantas berteriak lagi dengan suara yang panjang. Ia diam, mengendalikan nafasnya sebelum ia menangis dengan kencang.

Zuyuna terjatuh, terus menangis kencang. Arjun langsung berjongkok disampingnya, mengelus punggung Zuyuna dengan pelan, lalu memeluknya, membuat Zuyuna merasakan kehangatan yang setelah lama akhirnya bisa ia rasakan.

"Nggak apa-apa, Cha. Gue ada disamping lo."


--- To Be Continued ---






Home (Tzuyu TWICE - Jun SEVENTEEN) ✔Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ