13. Kisah Yang Rusak

90 19 2
                                    

Disarankan sambil dengar lagu Without You nya SEVENTEEN, karena part ini terinspirasi dari lagu itu.


Karawang, 2017

Seorang perempuan berambut panjang tengah berjalan dibawah terik matahari. Sendiri, namun tak membuatnya malu. Karena itulah hobi-nya, menyendiri. Ia terus melangkahkan kakinya satu per satu dengan pelan, walaupun panas, namun dalam lubuk hatinya gadis itu sengaja melambatkan langkahnya. Sedang tak ingin berada dirumah.

Namun saat berbelok memasuki gang, langkahnya terhenti setelah melihat bahwa ia dihadang oleh satu laki-laki. Tubuhnya yang masih kurus, rambutnya yang pendek namun agak berantakan dan eye-smile nya yang masih tebal. Laki-laki itu berdiri tanpa membawa apa-apa, dengan jaket kulit-nya yang berwarna hitam dan ripped jeans-nya, alias jeans sobek-sobek. Gaya khas nya yang terkesan nampak seperti "bad boy", namun sebenarnya tidak. Memang penampilannya yang seperti itu.

Dibawah matahari yang panas, Zuyuna tersenyum lebar. Berjalan kearah laki-laki didepannya yang melebarkan kedua tangannya, seperti menunjukkan bahwa ia ingin memberi pelukan gratis. Namun selepas didepannya, Zuyuna memukul kedua tangannya, memberi jawaban bahwa ia tak akan pernah memeluknya. Laki-laki itu tertawa, lalu berjalan beriringan bersama Zuyuna.

"Bolos lagi?" tanya Zuyuna lalu melirik, laki-laki disebelahnya juga ikut melirik, hanya membalasnya dengan senyuman dan mengangkat bahunya, menyuruh Zuyuna untuk menebak, tapi tentu saja ia tahu jawabannya. Sudah khatam.

"Kapan sekolah yang bener, sih?" tanyanya dengan kesal, karena ia tahu ini bukan pertama kali laki-laki itu membolos dan memilih untuk bermain diwarnetnya Teh Iis.

"Kamu sendiri kapan mau kerumah dengan perasaan yang tenang?"

Zuyuna menghembuskan nafas dengan berat, sudah malas jika Joshua berhasil menjawabnya dengan pertanyaan seputar rumah. Sudah jelas jawabannya tak akan pernah. Entah sampai kapan.

"Mau langsung pulang?" Joshua bertanya kembali.

"Maunya sih nanti."

Joshua memegang pergelangan tangan Zuyuna, lantas berhenti, membuat Zuyuna ikut berhenti dan menoleh kearahnya. Melihat tatapan Joshua yang tanpa ekspresi, sepersekian detik membuat ia menyadari.. bahwa laki-laki itu sedang tidak baik-baik saja.

"Kamu.. pulang dulu, ya?" ajak Joshua dengan suara lembutnya, sementara Zuyuna mengkerutkan dahinya, tak paham. Mendadak sekali.

"Ayo, pulang. Jangan keluyuran ke warnet terus, nggak baik buat perempuan. Apalagi kamu harus sekolah." Joshua menarik Zuyuna untuk membawanya pulang, namun gadis itu juga punya tenaga, ia dengan kuat melepaskan pegangan tangan Joshua, berhenti, membuat laki-laki itu ikut berhenti dan membalikkan badannya melihat Zuyuna.

"Kenapa, sih? Kalo kamu bilang gitu, harusnya sadar diri. Kamu juga harus sekolah." Zuyuna membalas, entah kenapa pikirannya sedang kacau. Kata-kata Joshua barusan seakan menyakiti hatinya.

Joshua menghela nafas, lantas mendekat. Membuka kedua tangannya dengan lebar dan melingkari kepinggang Zuyuna. Memeluknya dengan erat, sementara Zuyuna, untuk pertama kalinya ia tak menolak untuk dipeluk oleh Joshua.

"Diem. Izinin aku buat meluk kamu kali ini juga. Walaupun sebentar."

Zuyuna menurut, sampai ia merasakan suara nafas dari Joshua terdengar jelas ditelinganya. Rasanya hangat walau dibawah terik matahari seperti ini. Rasanya juga ia tak mau melepaskan pelukan itu. Sudah lama tak mendapat pelukan sehangat ini.

Joshua melepaskan pelukannya, tersenyum pada Zuyuna lalu menggenggam tangannya dan menariknya pergi berjalan. "Kamu tau nggak, katanya kalo senyum itu lidah kita nggak nempel sama gigi," kata Joshua lalu menoleh kearah Zuyuna.

Home (Tzuyu TWICE - Jun SEVENTEEN) ✔Where stories live. Discover now