15. Hidupku Besok

73 21 0
                                    

Kita pernah bahagia setiap hari, tapi sekarang kita bahkan tidak lagi tertawa.

Tick Tock, DAY6


Zuyuna turun dari motornya, langsung melihat kehalaman rumah yang terlihat sosok seorang perempuan dengan tangan yang dilipat didepan dadanya dan memegang ponsel. Raut wajahnya yang tak biasa, dengan suasana mencekam membuat Zuyuna memainkan kedua jari tangannya lantaran gugup. Ia tersenyum kearah Arun dengan tipis, sorot matanya menandakan untuk menyuruh Arjun segera pulang. Setelah itu, Zuyuna membalikkan tubuhnya, berjalan kedalam rumah, tetapi dengan cepat tangan Arjun menariknya. Zuyuna menoleh, cepat-cepat melepaskan dan sekali lagi menyuruh Arjun untuk segera pergi.

Zuyuna melihat Mama nya yang berjalan kearah mereka berdua. Lantas dengan berani menampar pipi anaknya tersebut, Zuyuna, didepan Arjun. Zuyuna merasa nyeri, memegang pipi kanannya yang baru saja ditampar. Sementara Arjun langsung turun dari motornya, menarik Zuyuna untuk berlindung dibelakang tubuhnya. Mama Zuyuna tertawa sinis, menatap mata Arjun yang tajam, namun rasa takutnya tak pernah pergi.

"Siapa kamu? Berani-beraninya bawa anak saya pulang kerumah?" tanya Mama Zuyuna sembari berkacak pinggang, lalu bergantian melihat Zuyuna yang kini berlindung dibalik tubuh Arjun dengan kedua tangannya yang menggenggam baju Arjun dengan kencang.

"Hanya karena tante seorang ibu, bukan berarti bisa memperlakukan anaknya kayak gini." Jawaban Arjun tersebut sontak membuat Zuyuna terkejut. Sementara Mama Zuyuna masih belum berbicara.

"Anak tante juga berhak bernafas."

Zuyuna melonggarkan genggaman tangannya dibaju Arjun, lalu melihat pundaknya yang berhasil menutupi tubuhnya untuk berlindung dari sang ibu.

"Zuyuna, masuk. Mama nggak ada waktu buat ngedengerin kalimat omong kosong begini." Mama Zuyuna menjawab dengan nada serius dan menajamkan sorot matanya kepada Arjun, seolah-olah ingin mengintimidasi. Alih-alih menurut, Zuyuna tetap berlindung dibalik tubuh Arjun, kembali mengencangkan genggaman tangannya.

Mama Zuyuna menengok, berusaha melihat tubuh anaknya, kemudian tertawa sinis. "Sekarang anak Mama udah nggak nurut lagi cuma karena seorang cowok?" tanyanya dengan nada yang sedikit dikencangkan. Akhirnya, Zuyuna melepaskan genggamannya, menyuruh Arjun pulang dengan berbisik disamping telinganya, lalu pergi kedalam rumah dan meninggalkan mereka berdua.

Arjun terus memandang punggung Zuyuna, lalu mengambil nafas panjang dan kembali melihat mamanya. "Tante... Zuyuna ser-"

"Kamu pulang. Jangan berteman terlalu dekat sama anak saya. Saya nggak mau anak saya berteman sama manusia yang bahkan nggak bisa menyelamatkan hidup orang terdekatnya."

Jantung Arjun tiba-tiba berdetak dengan cepat, matanya berbinar saat melihat Mama Zuyuna meninggalkannya dan masuk kedalam rumah. Arjun berjongkok, mengusap rambutnya dan mencoba mengambil nafas, namun seakan sesak. Hingga akhirnya ia kembali berdiri, sekali lagi melihat rumah Zuyuna yang sudah gelap, lalu menaiki motornya dan meninggalkan rumah yang membuatnya mengingat masa lalu.

***

Zuyuna memasuki ruangan kelas yang masih sepi. Ia duduk dikursinya dengan ponsel yang ia taruh diatas meja, membiarkan ponsel tersebut menyala dan memperlihatkan roomchat Arjun. Sudah sehari setelah kejadian tersebut, kemarin Arjun tak masuk sekolah dan bahkan pesan-pesannya tak dibalas, telfonnya pun malah ditolak. Ingin pergi kerumah Arjun, tetapi ia sadar bahwa Arjun tak sering menceritakan soal dirinya, apalagi harus mengajakanya kerumah.

Ia mengambil nafas panjang, masih memperhatikan roomchat-nya. Sepertinya, Arjun memang mengabaikan pesannya. Karena semalam, Arjun sempat online, tetapi tak membalas pesannya, bahkan membacanya saja pun tidak. Zuyuna takut kalau mamanya mengatakan hal yang tidak-tidak.

Home (Tzuyu TWICE - Jun SEVENTEEN) ✔حيث تعيش القصص. اكتشف الآن