17. Burung Yang Kehilangan Arah

77 21 1
                                    

Zuyuna memasuki kamarnya yang gelap, lalu ia langsung menyalakan lampu dan menaruh tas dimeja, kemudian pergi keatas kasur. Otaknya kembali menjelajah pikiran saat ia mengobrol dengan Arjun setelah sekian lama. Kalimat yang ia ucapkan kepada Arjun, membuatnya kembali teringat dan tak sengaja Zuyuna mengumpat kasar, merutuki dirinya sendiri mengapa berbicara sok keren didepan Arjun. Namun pikirannya berhenti saat terdengar dobrakan pintu dari belakang. Zuyuna menoleh, melihat Mama yang menatapnya tajam berdiri diambang pintu. Ia langsung duduk saat beliau berjalan kearahnya. Baru ingin bertanya kenapa Mama nya kekamar, wanita berusia empat puluhan itu menampar pipinya keras sampai panas, membuat Zuyuna terkejut dan diam sembari memegang pipi kanannya.

"Apa maksud kamu? Mutusin Joshua gitu aja dan bilang kalo kamu suka sama Arjun? Iya?!" teriak Mama Zuyuna keras dengan napas yang terengah-engah. Zuyuna menunduk, mengusap pelan pipinya, tak mau menatap Mamanya karena takut.

Mama Zuyuna memegang pundak Zuyuna keras, membuat anaknya menatap wajahnya lebih dekat. "Mama udah bilang, Caca! Jangan seperti Mama, menikah dengan cowok yang salah!" Kalimat yang berhasil membuat Zuyuna meneteskan air matanya setelah mendengar bentakan dari ibunya sendiri. Tubuhnya bergetar, rasanya panik, dadanya terasa lebih berat, Zuyuna tak kuat menahan lebih lama lagi, tapi ia harus.

Mama Zuyuna mendorongnya, ia memijat dahinya, kemudian berkacak pinggang dan melihat Zuyuna yang hanya diam menangis. "Ca, Mama kayak gini karna sayang sama kamu. Mama nggak mau kamu milih Arjun, karna dia nggak sebaik yang kamu lihat, Caca.." ujarnya pelan sembari berdiri didepan Zuyuna.

Zuyuna bangun, kemudian mengambil jaket abu-abunya dan berjalan kearah Mama. "Selama ini Caca diem karna nggak mau jadi anak durhaka, Ma. Tapi Mama tahu? Justru ketika didekat Mama, aku nggak bisa bernapas. Rasanya sesak, banget. Aku pisah sama Joshua bukan karena pilih Arjun, tapi karena aku mau bebas, Ma. Tolong.." katanya pasrah sembari menahan tangis, lalu keluar meninggalkan Mamanya dan pergi berjalan keluar dari rumahnya. Entah kemana, yang ia pikirkan hanya ingin pergi sejauh mungkin dari rumah.

***

Akhirnya, ia memutuskan untuk duduk disini. Dilapangan hijau yang gelap. Hanya sendiri. Namun Zuyuna dengan bebas bisa menangis tanpa ada yang melihatnya. Rasanya lega walau tak ada yang merangkul atau memeluknya. Setidaknya, ia bisa meluapkan keresahannya.

Dari dulu, Zuyuna selalu berfikir bahwa ia adalah seekor burung yang terkurung didalam sarang. Sarang yang digantung oleh majikannya. Tiap hari, burung itu selalu melihat kearah langit. Selalu menunggu kawanan burung yang terbang diatasnya dengan formasi yang selalu dia dambakan, karena menurutnya keren memang. Lalu suatu hari, datanglah seekor burung kecil yang berbicara padanya, "Aku sudah memperhatikan kamu sejak lama. Lalu aku sadar, kayaknya aku iri sama kamu." Burung yang terkurung itu heran, kenapa ada burung yang iri kepadanya?

"Karena kamu nggak perlu cari makan untuk bertahan hidup. Kamu punya pemilik yang siap memberi kamu makan." Lalu kemudian burung itu pergi dan tak pernah terlihat lagi.

Dia menunduk, tidak lagi mendongakkan kepalanya untuk menatap keatas. Hari itu, dia kesal. Walaupun diberi makan, tapi dia tidak pernah diperbolehkan keluar dari sangkar dan terbang. Padahal, burung itu ingin sekali melihat ada apa saja diluar sangkar sana. Dan hari itu juga, dia berharap suatu hari nanti ada seorang manusia yang akan membantunya untuk mengeluarkannya dari sarang.

Lalu permintaannya terkabulkan. Saat pemilik rumah pergi, seorang manusia menurunkan sangkarnya. Membuka pintu, kemudian menggenggamnya erat dan tersenyum kearahnya. Dia pikir, kali ini akan bebas. Tapi ternyata tidak. Justru, manusia itu kembali memasukkannya kedalam sarang yang jauh lebih kecil dan membawanya entah kemana.

Itulah Zuyuna. Bersama Joshua, ia terkurung. Namun ketika bertemu Arjun, ia lebih terkurung oleh masalah-masalah yang selalu saja datang. Padahal, ia hanya ingin hidup seperti orang-orang lainnya.

Home (Tzuyu TWICE - Jun SEVENTEEN) ✔Where stories live. Discover now