7. Cerita Orang Asing

123 27 1
                                    

Selepas mereka berteriak kencang, kini Zuyuna mulai menceritakan banyak hal soal dirinya pada Arjun. Tentang bagaimana Zuyuna tumbuh menjadi anak yang pendiam, siapa saja orang yang berteman dengannya dan tentang kehidupan Zuyuna yang tak pernah Arjun tahu. Begitupun Arjun, laki-laki itu menceritakan banyak hal daripada gadis yang ada disebelahnya. Mencoba membuat Zuyuna tertawa karena kelakuan konyol Arjun.

"Oh, iya. Lo sama Adit ada masalah apa?" tanya Arjun yang mencoba ingin lebih tahu lagi soal Zuyuna.

Gadis disebelahnya masih dengan tubuh tegapnya dan memandang langit hitam yang ditaburi bintang-bintang. Ia menghela nafas, mungkin sudah saatnya ia cerita tentang Adit. Cerita yang tak pernah ia kasih tahu kepada siapapun, bahkan kepada temannya sendiri.

"Adit... Adit itu mantan aku." Zuyuna diam sebentar, mencoba mencari kalimat yang pas untuk bisa disampaikan pada Arjun.

"Aku putus sama Adit karna aku rasa Adit bukan cowok yang harusnya aku pacarin," sambungnya lagi. Arjun tak mengerti, padahal yang ia tahu, Adit adalah anak yang baik. "Kenapa?" tanya Arjun lebih dalam untuk memperjelas cerita.

"Nggak tahu, feeling aja." Jawaban dari Zuyuna membuat Arjun tertawa, tetapi laki-laki itu langsung menghentikan tawanya saat melihat Zuyuna yang menatapnya dengan bingung. "Maaf, maaf. Aneh aja, masa lo ngira Adit nggak baik karna insting lo? Keren, baru pertama kali gue nemu cewek yang kaya gini. Beda dari yang lain."

"Ya, kan, aku limited edition."

Lagi, Arjun benar-benar tak bisa menghentikan tawanya. Satu hal yang kembali ia dapatkan dari seorang Zuyuna adalah bahwa gadis itu benar-benar percaya diri.

"Ini mau dengerin cerita aku nggak?" tanya Zuyuna kembali, menghentikan tawa Arjun.

"Setelah putus, Adit deketin temen aku, tapi ternyata dia cuma ngejadiin mainan doang, karna katanya cuma itu biar dia bisa lebih deket sama aku lagi," jawaban Zuyuna kali ini membuat Arjun diam seribu kata, tak terpikirkan apa-apa kecuali wajah gadis yang disampingnya ini, seakan menyimpan seribu bahasa yang sebenarnya ingin ia ungkapkan, tapi tak tahu harus bagaimana caranya.

"Aku cerita kayak gini ke kamu butuh keberanian juga, loh. Jadi jangan bilang ke siapa-siapa." Zuyuna mengarahkan jari kelingkingnya kedepan wajah Arjun. "Janji dulu sama aku, baru aku percaya."

Dengan senyuman, Arjun menempelkan jari kelingkingnya ditangan kelingking Zuyuna, membuat janji seperti anak kecil, kemudian mereka berdua saling tertawa seakan baru saja melepas penat. Tertawa dibawah langit malam dengan seribu bintang yang menjadi saksi atas janji mereka. Janji bahwa sepasang remaja juga pernah mengalami masa-masa bahagianya.

Setelah itu, mereka hanya diam sembari menatap keatas. Zuyuna dalam hati tengah menghitung berapa banyak bintang-bintang yang ia lihat. Sementara pikiran Arjun tengah hanyut kedalam pikiran Zuyuna. Mencoba memahami tentang Zuyuna yang tak pernah ia mengerti. Ia menoleh, menatap wajah Zuyuna dari samping, membuat jantungnya berdebar kencang. Dari dulu, Arjun tak pernah merasakan getaran secepat ini hanya karena melihat wajah seseorang. Karena cantik kah? Arjun tak tahu, ia tak mengerti. Kenapa Tuhan mencoba membuat otaknya semakin rumit?

"Pulang, yuk." Arjun mengajak Zuyuna setelah jam menunjukkan setengah sepuluh, takut kalau orang tua Zuyuna mencari anak gadisnya itu. Zuyuna menoleh, kemudian mengangguk dan tersenyum tipis. Mereka berdua berdiri, kembali menaiki motor dan segera pergi menghilang dari lapangan rumput luas itu. Dalam hati, saling berharap bahwa mereka akan kembali dipertemukan diatas rumput hijau dan dibawah langit indah seperti saat ini. Hanya itu. Tak ada lagi pikiran yang meracuni otak mereka selain harapan itu.

***

"Sampe sini aja, Arjun!" Zuyuna menepuk kedua bahu Arjun saat didepan gang rumahnya, membuat laki-laki didepannya itu melakukan rem mendadak. Zuyuna buru-buru turun.

"Yakin nggak mau dianter sampe depan rumah?" tanya Arjun memastikan, ia khawatir terjadi sesuatu pada Zuyuna.

Zuyuna tersenyum lebar, kemudian menggeleng. "Rumah aku deket, apa kamu mau tunggu disini dan liat aku sampe masuk kerumah?" tanya Zuyuna bercanda, namun Arjun malah meng-iya-kan, membuat gadis itu tertawa, kemudian berterima kasih dan berlari-lari kecil meninggalkan Arjun yang masih diam bersama motornya.

Dengan langkah kecilnya yang cepat, sesekali Zuyuna menoleh sambil tersenyum dan melambaikan tangan, untuk memastikan pada Arjun bahwa dirinya baik-baik saja. Kemudian gadis itu berhenti didepan rumah yang paling tinggi dan agak besar diantara gang tersebut. Berdiri diam didepan rumahnya, kemudian kembali melihat Arjun dan menunjukkan senyumnya lagi, walau Arjun tak tahu pasti apakah Zuyuna tersenyum lebar atau tersenyum tipis seperti biasanya. Tak lupa, Arjun melambaikan tangannya tinggi-tinggi dan dibalas oleh Zuyuna sebelum ia memasuki rumahnya dan Arjun yang pergi menancapkan gas motornya.

Saat diperjalanan pulang, Arjun menghentikan motornya. Memegang saku jaketnya dan benar. Ia mengambil sesuatu dari dalam, melihat handphone Zuyuna yang tertinggal karena saat diperjalanan kearah lapangan, Zuyuna sempat menitip handphone-nya lantaran takut terjatuh sementara gadis itu sama sekali tak membawa tas kecil. Dengan terpaksa, ia memutar balik motornya, untung saja ia belum keluar dari komplek tersebut. Buru-buru mengingat kembali jalan kearah rumah Zuyuna dan berhenti didepan gang rumahnya. Arjun mengunci dan turun dari motornya, berjalan cepat kearah rumah Zuyuna. Untung saja baru beberapa menit, jadi ia hafal saat melihat Zuyuna memasuki rumah yang mana.

Namun langkahnya terhenti saat melihat pintu rumah yang terbuka.

Satu pot bunga yang terlempar dari arah dalam rumah, membuat Arjun tak mempercayai apa yang tengah ia lihat. Laki-laki itu hanya diam, sampai akhirnya melihat seorang perempuan yang muncul dari balik pintu dengan ekspresi wajah yang berbeda dari beberapa menit lalu yang ia lihat.

"BILANG AJA KALO KAMU SELINGKUH! KITA CERAI SEKARANG JUGA!"

Suara yang Arjun dengar, membuat ekspresi wajah perempuan didepannya itu makin tak suka, kemudian menundukkan kepalanya, seakan menahan rasa malu. Entah kenapa, rasanya seperti tak asing. Seperti dulu, langkah kakinya tertahan, mulutnya seakan membisu, tubuhnya seperti kaku. Yang ia bisa, hanya mendengarkan suara yang seharusnya tak ia dengar dan melihat sesuatu yang seharusnya tak ia lihat. Tapi, yang Arjun lakukan hanya mengangkat sebuah handphone, menunjukkannya tanpa berbicara apapun.

Zuyuna melihat kearah lain, seakan tengah menghindari tatapan dari Arjun yang seakan mempunyai seribu pertanyaan dari matanya. Tanpa kalimat apapun, ia kembali memasuki rumah, menutup pintu rapat-rapat tanpa mengatakan apapun kepada Arjun yang kini masih berdiri didepan rumahnya sembari memegang handphone.

Arjun salah. Nyatanya, tak ada yang pernah ia tahu soal Zuyuna. Laki-laki itu hanya berpura-pura mengerti dan memahami segalanya. Padahal, ia hanya diceritakan oleh orang asing yang tak pernah ia tahu siapa.









Home (Tzuyu TWICE - Jun SEVENTEEN) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang