Shall We (13)

1.8K 199 23
                                    











Seulgi sedang berada didalam perjalanan menuju Inggris tempatnya untuk menjauhkan diri dari sorotan publik. Terlebih lagi, Irene hamil jadi dia membawa Irene kesana.

Jika pegunungan adalah sumer mata air, tapi tidak dengan Irene yang menjadi sumber kecemasan Seulgi.

Mungkin Seulgi terlihat kuat diluarnya dan cuek dengan banyaknya berita miring tentangnya. Namun, saat malam datang dan melihat komentar netizen dia sangat rapuh dan mudah emosional.

Dia selalu bekerja keras untuk menunjukkan bahwa dia kerja keras dan perfect diatas panggung.

"Aku tidak tahu cara kerja di agensi barumu dan bagaimana cara meminta agar kamu tidak memiliki banyak jadwal lalu menghentikan schedule untuk kehamilanmu." ujar Seulgi.

"Kamu bisa langsung bilang ke direktur untuk itu."

"Berita tentang ini?" tanya Seulgi dan menunjuk perut rata Irene.

"Mungkin bisa dipublish mulai dari sekarang."

"Tapi kita harus menikah dulu."

"Apa pernikahan kita didasari karena cinta juga?"

"Kamu yang meninggalkanku, kenapa juga tanya hal itu kepadaku."

"Aku tidak mau kehilangan mu lagi." ucap Irene.

"Yang mulai dulu siapa?"

"Iya aku tahu. Maafkan aku."

••

Seulgi masih canggung untuk tidur diranjang yang sama dengan Irene. Setelahnya Irene tidur dia keluar kamar untuk minum sebentar dan tidur dikamar lain.

••

Paginya Seulgi bangun duluan dan membuat kopi, tidak lupa dia buat sarapan juga untuk Irene termasuk dirinya.

"Good morning." sapa Irene.

"Morning too."

"Tadi malam tidak tidur?" tanya Irene.

"Em, iya. Ada beberapa contoh lagu untuk dikirim ke Korea berkasnya." balas Seulgi.

"Kamu tidak mau mengajak ku berkeliling?"

"Kita makan dulu baru nanti aku ajak keliling rumah."

"Apa kita juga bisa ke tempat yang waktu itu kita datangi?"

"Dimana?"

"Waktu itu, sama Kai juga."

"Bukankah kamu tidak boleh terlalu lelah?"

"Tidak, aku baik-baik saja." balas Irene.

"Kita bisa melakukannya besok, kamu masih lelah bukan?"

"dua hari lagi aku ke Korea."

"Lalu?"

"Apa kamu ikut?"

"Hh. Tentu saja ikut."

Seulgi pov

Sekali sudah patah, mencoba kedua kali bukan hal mudah.
memulai rasa bukan soal aku sekedar suka dan mengaguminya, tapi soal siapkah untuk patah. (lagi).

Aku memang harus bertanggung jawab untuk bayi yang dikandungnya sekarang, namun ketakutan setelah dia lahir muncul dipikiranku. Aku takut jika Irene memutuskan hubungan secara sepihak lagi.

Rasa trauma itu selalu hadir, mengkhianati, membohongiku, tidak peduli sakit dihatiku.

"Terima kasih untuk sarapannya." ucapnya lalu mencium pipiku.

Shall We [SEULRENE] NC++Où les histoires vivent. Découvrez maintenant