3

1.9K 304 18
                                    

Seokjin benar-benar ingin menghajar Taehyung saat itu juga. Pria itu bahkan tidak memberitahu Seokjin perkara pemindahan tempat tinggal.

Seokjin tidak tahu-menahu bahwa saat mereka resmi menjadi bagian dari Savior, mereka akan tinggal di dalam gedung instansi tersebut.

Well, sebenarnya, itu tidak buruk. Semua tanggungan makanan memang sudah menjadi tugas instansi Savior.

Tapi, tetap saja. Seokjin bahkan tidak sempat mengucapkan selamat tinggal kepada bilik kecilnya di gedung runtuh tersebut. Setidaknya Seokjin sudah menempati bilik pas-pasan itu selama lima tahun terakhir.

"Kau yakin orang-orangmu akan membawa seluruh perabotanku?"

Namjoon memandang Seokjin dengan tatapan mengejek, "Memangnya kau punya apa disana?"

Seokjin benar-benar ingin menghantam rahang pria itu.

"Aku akan membunuhmu jika pistol el diablo-ku tidak berhasil di selamatkan. Aku membayar mahal untuk itu"

Namjoon mengernyit, "El diablo? Serius?"

Seokjin mengangguk, "Kenapa? Kau tidak tahu pistol itu?"

"Aku tahu. Hanya saja kau sangat ceroboh meninggalkan pistol seberharga itu tanpa pengawasan"

Seokjin berdecak, "Intinya, bawa pistol itu kemari"

Namjoon mengedikkan bahunya, "Bukan masalah"

.

.

.

Namjoon berderap dengan cepat kearah kamar Seokjin yang baru. Oh-- dan juga Taehyung, tentu saja.

Kesan pertama Seokjin baginya?

Laki-laki indah itu benar-benar dingin, dan juga keras.

Namjoon mengurungkan niatnya, karena awalnya, Namjoon benar-benar tidak bisa mengalihkan pandangannya dari bibir laki-laki itu.

Ia bahkan masih sedikit bingung karena makhluk indah seperti Seokjin masih ada di bumi. Selama hidupnya, Namjoon hanya menghindari makhluk-makhluk yang telah terinfeksi, bertahan hidup, sembari tumbuh dan berkembang menjadi Namjoon yang sekarang.

Yah, hidupnya sangat monoton.

"Kamar baru kalian"

Seokjin dan Taehyung melangkah masuk ke ruangan tersebut. Namjoon mengikuti mereka di belakang. Taehyung tampak lumayan puas, sorot matanya lembut dan jinak. Namjoon yakin ia bisa mengandalkan laki-laki itu untuk menggertak sekelompok bandit dan preman-preman jalanan.

Sedangkan Seokjin.

Umm, Seokjin? Namjoon tidak tahu. Laki-laki itu terlihat sangat anggun, dan juga lemah lembut. Tetapi juga menakutkan disaat yang bersaman. Namjoon tidak mengerti darimana datangnya perawakan keras dan kata-kata menusuk yang kerap kali dilontarkan oleh Seokjin.

Mungkin ia belajar dari pengalaman. Namjoon bisa mengerti itu.

"Bagaimana?" ujar Namjoon.

"Apakah gedung ini dulu adalah hotel? Atau semacamnya?"

Seokjin menelaah ruangan itu. Ia begitu yakin gedung ini dulunya adalah hotel. Karena terdapat dua single bed yang tertata rapi, meja serbaguna yang pastinya dulu dijadikan tempat untuk meletakkan televisi dan minuman, serta kamar mandi disebelah kanan, berdekatan dengan pintu masuk kamar tersebut.

PetakaWhere stories live. Discover now