16

1.3K 208 30
                                    

Rupanya Namjoon sedikit marah.

Memang, semua salah Seokjin. Mengapa ia begitu bodoh dan mengutak-atik peralat radio? Betapa bodohnya Seokjin karena sudah mengaktifkan walkie-talkie.

Seokjin merasa malu.

"Jimin pernah bilang padaku bahwa ia memiliki seorang teman"

Seokjin mengernyit, "Teman?"

Namjoon mengangguk, "Kurasa tidak begitu jauh dari Ozark."

"Dimana?"

"Sparta"

"Oh," Seokjin berkacak pinggang, "Itu dekat"

Namjoon mengangguk, "Jimin bilang padaku sebelum ia bekerja di Savior, Jimin tinggal bersama temannya itu"

Seokjin menaikkan satu alisnya, "Lalu mengapa ia jauh-jauh datang ke Kansas?"

"Jimin bilang kontrak kerjanya sudah habis dengan temannya itu"

"Seharusnya ia memperpanjang kontraknya"

"Itu bukan urusanmu, Seokjin"

Seokjin mendesah, "Ya, ya. Maafkan aku"

Namjoon mengalihkan pandangannya, lalu mengepaki beberapa barang terakhir.

"Oke, jadi sepertinya kita harus berjalan lagi?"

Seokjin meringis, "Tidak usah menyembunyikan amarahmu, Namjoon. Aku tahu aku salah"

Namjoon memutar bola matanya, "Oke, aku memang marah."

Sudah Seokjin duga.

"Dan aku ingin kau mendpatkan hukuman"

Kali ini, Seokjin tidak terima.

"Apa? Kenapa kau seperti anak kecil?!"

Namjoon terkekeh, "Tidak ada bercinta selama satu minggu"

Mata Seokjin membelalak, "Namjoon!"

Namjoon menampakkan wajah penuh kemenangannya, "Kenapa? Kau tidak sanggup?"

"Bukan begitu..,"

Seokjin bersumpah Namjoon sedang mepermainkannya.

"Oke. Deal. Lagipula bagian bawahku masih sakit karena kemarin kau bermain kasar!"

Namjoon mengedikkan bahunya, "Kau yang memancingku. Tapi kau menyukainya, kan?"

Seokjin mendengus, "Terserah. Aku tidak peduli"

Seokjin menyelipkan pistol el-diablonya, lalu meraih tas punggungnya. Ia tidak suka berjalan tanpa arah dan tujuan.

Oh, ralat. Mereka akan pergi ke Sparta. Menemui teman Jimin.

"Siapa nama teman Jimin? Apakah dia akan menerima kedatangan kita?"

Namjoon berkedik, "Aku tidak tahu siapa namanya. Tetapi Jimin memberitahuku dia seorang dokter"

Seokjin menegang.

"Dan... mengapa aku membawaku kesana? Tidakkah aku bisa terbunuh?"

"Jimin berkata padaku ia adalah orang yang sangat baik. Kurasa aku percaya padanya"

"Kau belum pernah bertemu dengannya"

"Aku percaya pada Jimin. Jika Jimin berkata orang itu baik, maka aku akan percaya padanya"

Seokjin berdecih, "Kau tahu hal apa yang mungkin saja membunuhmu suatu saat nanti?"

"Apa?"

"Kepercayaan"

PetakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang