20

1.2K 202 31
                                    

"Haruskah kita melewati rumah itu?"

Seokjin mencuri pandang kearah Namjoon, lantas mengangguk lesu.

"Sepertinya, ya. Hanya itu satu-satunya jalan. Rumah lain sepertinya dikunci atau diblok oleh tumpukan barang tidak berguna"

"Kenapa kita tidak memeriksa rumah yang lain terlebih dahulu?" Namjoon bergidik, "Makhluk itu terlalu menjijikkan--"

Namjoon terpaku. Makhluk tersebut baru saja memuntahkah sesuatu dari mulutnya.

"Apa. Yang. Barusan. Aku. Lihat?"

"Spora"

"Spora? Spora? Maksudmu-- S p o r a?"

Seokjin berdecak, "Demi Tuhan, Namjoon. Jangan bertingkah bodoh!"

"Spora?!"

"Ya!"

Seokjin memekik frustasi, "Apa bicaraku kurang jelas?!"

"Tidak. Maksudku, bagaimana bisa?"

Seokjin mendesah, lalu menatap Namjoon lekat, "Dengar, IQ 148. Kau tahu mengapa makhluk itu disebut bloaters?"

Namjoon menggeleng dengan wajah lugunya.

"Karena mereka memuntahkan spora. Lalu spora-spora tersebut terbang ke udara layaknya asap. Dan itulah alasan mengapa makhluk besar menjijikkan itu disebut bloaters¹"

Namjoon terperangah, "S-Sebentar," Namjoon memijat keningnya, "Lalu kita bisa saja terinfeksi jika menghirup sporanya?"

Seokjin menegang, lalu mengangguk ragu, "Ya"

"Keparat"

Namjoon mendesah keras, "Akan menjadi konyol jika aku berubah menjadi runners tetapi tidak memiliki luka sedikitpun"

Seokjin mendesah, "Aku kebal. Serahkan bloaters sialan itu padaku. Kau hanya perlu mencari jalan keluar selama aku menahannya"

Namjoon menggeleng keras, "Tidak. Kau bisa dicabik-cabik--"

"Aku bersumpah, Namjoon. Berhentilah membangkang dan ikuti perintahku. Aku bukan anak remaja yang memiliki nol skill dalam bertahan hidup."

Menyebalkan, seperti biasa, batin Namjoon.

"Baiklah, astaga. Berhenti melubangi kornea mataku dengan tatapanmu"

Seokjin memutar bola matanya, sedikit kesal karena Namjoon bertingkah seperti anak kecil ditengah kondisi genting seperti ini.

"Baiklah. Bawa Monie bersamamu, aku tetap berusaha agar kita tidak terdengar oleh makhluk itu. Jika makhluk itu tersadar akan keberadaan kita, aku yang akan melawannya"

Namjoon masih sedikit khawatir dengan rencana Seokjin. Bagaimanapun, makhluk itu sangat besar dan berbahaya.

"Tolong, jaga dirimu"

Seokjin menangkap sebersit sorot kekhawatiran pada mata Namjoon, tiba-tiba saja dada Seokjin terasa dihantam oleh sebongkah kayu.

Namjoon mengkhawatirkannya.

Seokjin tersenyum tipis, lantas mengangguk, "Pasti. Jangan terlalu mengkhawatirkanku"

Membulatkan tekadnya, Seokjin melangkah perlahan kearah rumah yang dijadikan sarang oleh bloaters.

Seokjin tahu betul ia tidak akan bisa menembak mati bloaters tersebut hanya dengan satu peluru. Seokjin harus melayangkan tembakan beberapa kali hingga makhluk sialan itu dapat tumbang.

PetakaWhere stories live. Discover now