❇4❇ MEMORI (Revisi)

138 23 0
                                    

~Anathan~
.
.
.

Jika seorang aktor memutar film untuk melihat hasil yang ia perankan.

Maka, seorang pengenang akan memutar memori, untuk
melihat seberapa takdir
mampu mempermainkan mereka dalam sebuah perbedaan.

Masa lalu, masa kini, dan masa sekarang.

***

Sepi, seyap, sunyi, dan damai. Tidak seperti biasanya. sama seperti sang angkasa yang sekarang sedang ramai, dengan warna kelabu yang sebentar lagi mungkin akan menurunkan kristal indah dari langit.

Tapi warna itu, entah mengapa akhir-akhir ini angkasa seperti sedang mencoba memahami kesedihan seorang Fika. Padahal, angkasa tak pernah. Maksudnya, belum pernah mendengar Fika berbagi kisah kelam dengannya. Tapi Fika rasa, ada sebuah telepati dan ikatan yang kuat antara angkasa dan Fika.

Biasanya, rumah ramai dengan canda tawa orang terkasih
Namun, tidak untuk sekarang. Karena di rumah ini hanya ada Fuma. Fika lihat dia sedang duduk di ruang tamu, ia ingin bertanya, namun ia urungkan. Karena tidak ingin mengganggunya, baiklah masih ada si Mbok bukan.

Fika pun menuju ke dapur untuk bertanya pada si Mbok.

"Eh, non udah pulang toh?" sapa si Mbok.

"Iya Mbok, eh ngomong ngomong pada kemana Mbok? Tumben sepi?" tanya Fika.

"Oh itu, kalo tuan sama nyonya lagi ada me.. me.. me apa itulah si Mbok lupa?" jawabnya sedikit mengerutkan kening, karena melupakan sesuatu.

"Me.. met.. metting Mbok" jawab Fika, meneruskan kalimatnya.

"Nah itu metting, kalo aden Zaki lagi ada kelas siang katanya, dan aden Dirga ada di kamar non" jelasnya.

"Oh ya udah Mbok, makasih ya Fika mau ke kamar dulu" ujar Fika, yang di balas anggukan oleh si Mbok.

Fika pun menaiki anak tangga, tanpa menghiraukan Fuma yang sedang asik disana. Sebelum ke kamarnya, Fika pasti melewati kamar Fuma, abangnya dan Dirga 'Dkunci gak ya? Ana mau masuk' gumamnya saat melewati kamar abangnya.

Kemudian, ia pun mendekat ke pintu dan mendorongnya pelan. Ternyata tidak dikunci, mungkin dia lupa menguncinya. Dengan segera, ia masuk dan pandangan pertama yang dilihatnya adalah balkon kamar yang indah.

Dihiasi lampu tambler warna putih, meja juga sopa yang sama berwarna putih. Dirinya masih ingat, tempat itu tempat yang sangat berkesan. Tempat penuh dengan memori indah.

Fika sungguh merindukannya, ia mulai masuk ke dalam dan menemukan kamar yang bernuansa maskulin itu. Dengan cat abu dan kebanyakan perabotnya bewarna putih. Mulai dari lemari, meja belajar, kasur, sampai ubin juga karpet dan sopa.

Jangan lupakan dinding kamarnya yang polos. Tidak sama seperti dinding kamar Fika, tapi Fika tahu betul dimana foto-foto itu disimpan.

Sama seperti biasanya, pasti dilaci. Fika berjalan menuju laci, membuka kuncinya dan terbukti banyak foto keluarganya saudara kembarnya, Fika, Dirga dan Fuma. Sedikit melihat senyuman itu, yang tak lagi terlihat di wajahnya sekarang. Dirinya sangat merindukan itu.

ANATHAN  || ENDWhere stories live. Discover now