❇5❇ SAKIT 1 (Revisi)

240 26 0
                                    

~Anathan~
.
.
.

Jika dideskripsikan,
bolehkan khawatir menjadi pilihannya.
Karena pandanganmu meminta
agar kau egois.
Tak ingin ia pergi,
namun juga tak ingin ia datang.

***

Kring kring kring.

Terdengar begitu keras, alarm putih itu terus saja berbunyi. Tak lama kemudian, gadis yang sedang tertidur di sampingnya mulai terusik. Dilihatnya gadis itu malah menaikan selimutnya sampai kepala, namun tidak berhasil. Jam alarm itu terus saja berdering.

Dengan gerakan lambat, gadis itu mulai meraih jam alarmnya. Ia awalnya berniat mematikannya tapi, tak lama kemudian ia urungkan.

"Jam 06.45" gumamnya kecil. Tapi ada yang aneh disini.

1...

2...

3...

"YA AMPUN! OMG HELLO! ITU JAM PASTI SALAH, PONSEL MANA LAGI, PONSEL AKU?! PONSEL YUHU KAMU DIMANA? HANY!" teriaknya histeris. Sembari meraba raba dimana ponselnya itu.

Fika akhirnya menemukan ponselnya itu, membuka layar dan benar ini jam 06.45. Itu artinya, lima belas menit lagi dirinya masuk kelas.

"Gimana nih? Apa dulu ya? Makan apa mandi? Ya tentu mandi, bagaimana ya kalo telat? Haduh makanya buruan Ana, ya elah" monolognya.

Seakan itu menjadi penutup  setelah banyak langkah terbuang percuma, antara kamar mandi apa dapur. Fika melakukannya hampir sepuluh kali, Repot bukan? Dirinya pun mulai bergegas mandi, lalu bersiap untuk pergi ke sekolah. Baginya, tiada hari tanpa bertemu Nathannya.

Setelah selesai, Fika bergegas turun menuju parkiran menggunakan lif. Beruntung saja para karyawan belum datang, karena mereka akan datang kesini saat sudah tepat jam 08.00 pagi. Dia pun segera bergegas memajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, karena nyawa lebih penting dari pada ego.

Hasilnya tidak begitu memuaskan, karena gerbang sudah di tutup. Fika lalu berteriak pada satpam yang bertugas menjaga, nampak tidak ada guru yang piket di sana.

"Pak, buka dong. Saya mau masuk, kolo gak saya tabrak nih. Bapak mau kena omel?" ucap Fika sambil membunyikan klakson mobilnya.

"Maaf neng, tunggu guru piket bentar. Nanti saya di omelin lagi neng" balasnya dengan wajah yang lumayan miris.

"Pak, bukain aja gak bakal diomelin kok. Gimana kalo saya traktir, gimana pak? Lumayan loh pak, rezeki" ucap Fika lagi, memberi penawaran. Terlihat pak satpam sedang berpikir keras, namun akhirnya tidak begitu buruk.

"Ya udah neng, bentar saya bukain" pak satpam pun membukakan pintu gerbang, Fika segera masuk. Tapi sebelum itu ia memberi lima lembar uang seratus ribu kepada pak satpam, sambil mengucapkan terimakasih.

Berhubung tempat parkir agak jauh dengan tempat guru piket berada. Fika pun bisa memarkirkan mobilnya dengan tenang, tapi sepertinya itu tidak bertahan lama. Karena setelah beres memarkirkan mobilnya, ada seseorang menepuk bahunya.

ANATHAN  || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang