8

7K 591 60
                                    

"Aku mau kita cerai kita mas." ucap Adelia yang membuat Devanno sangat terkejut.

"Aya! Please. Jangan gegabah kaya gini. Aku bisa jelasin semuanya."

Adelia memilih untuk tak menggubrisnya. "Aku pergi ya. Kasian anak-anak nungguin aku."

"Aya. Dengerin aku. Aku khilaf. Aku akui kalo aku salah. Please, maafin aku." Devanno menahan tangan Adelia.

Adelia tampak menahan tangis serta emosi setelah mendengar kalimat yang diucapkan Devanno barusan. Tapi ia memilih untuk tersenyum.

"Iya ngga apa-apa mas. Sampe ketemu lagi di pengadilan ya." ucap Adelia yang langsung pergi meninggalkan Devanno sendirian.

Keputusan Adelia saat ini sudah sangat bulat. Kalau boleh jujur, Adelia masih sangat mencintai Devanno. Tapi jauh di lubuk hati yang paling dalam, ia membenci kelakuan Devanno kali ini. Menurutnya ini sudah di luar batas. Secara tidak langsung, Devanno sudah menjelaskan bahwa ini semua benar adanya.

Setelah pergi menemui Vernon disebuah Cafe. Lelaki itu sengaja mengatur pertemuan sore ini dengan Adelia untuk mengenalkan temannya yang seorang pengacara hebat agar bisa membantu Adelia selama persidangan.

"Kenalin mbak, ini mas Pandu. Dia temenku yang juga bakal jadi pengacara mbak nanti." kata Vernon mengenalkan.

"Saya Adelia." ucapnya tersenyum.

"Pandu." katanya.

"Jadi.. Apa aja yang harus saya siapkan?" tanya Adelia langsung kepada Pandu.

"Mbak.. Mbak yakin sama keputusan mbak ini?" tanya Vernon.

"Yakin! Mas Devan udah keterlaluan kali ini. Aku udah ngga bisa mentolerir lagi." jawab Adelia penuh dengan keyakinan.

"Apa mbak ngga kasihan sama El dan Ariella? Mereka masih kecil mbak, masih butuh kasih sayang dari ayahnya."

"Aku.. Bisa... Menghidupi mereka. Jadi stop berfikir seolah kami ngga bisa hidup tanpa Devanno!!" kata Adelia tegas.

"Ok ok.. Tenang. Jangan pake emosi." ucap Pandu menengahi.

"Jadi bagaimana?" lanjut Adelia.

"Nanti ada beberapa tahap. Pertama mediasi dimana nanti akan di....."

"Apa harus ada mediasi? Saya mau melewatkan itu kalau memungkinkan. Saya ingin semuanya cepat."

"Semua harus dilakukan sesuai dengan tahapannya, ibu Adelia." jawab Pandu.

Disampingnya, Vernon menahan tawanya. "Ibu? Dia itu seumuranmu mas."

"Panggil saya Adelia aja, mas." kata Adelia.

"Baik mbak Adelia." katanya lagi.

"Apa tidak ada cara agar semua cepat, mas?" tanya Adelia lagi.

"Hmm.. Ada sebenarnya. Tapi saya tidak menyarankan itu." jawab Pandu.

"Apa itu?"

"Mbak Adelia hanya tidak perlu datang ke persidangan. Itu sudah membuktikan kalau pihak yang bersangkutan, tak ingin rujuk kembali."

"Baik. Saya akan lakukan itu." sahut Adelia.

                                          ......

Sepulangnya Adelia dan Vernon, Adelia memutuskan untuk membicarakan masalah perceraiannya kepada orang tuanya terlebih dahulu. Sesudahnya, baru ia akan menemui orang tua Devanno.

"Mah, pah. Aya boleh ngomong sesuatu?" tanya Adelia saat mereka tengah berada di ruang keluarga. Berkumpul bersama El dan Ariella serta Vernon.

"Ada apa, nak?" tanya mamanya.

"Aku mau cerai sama mas Devan, mah.. Pah..."

Jawaban Adelia tentu saja membuat orangtuanya sangat terkejut.

"Apa-apaan kamu ini? Ada masalah apa memangnya?" tanya papanya marah.

"Aku belum bisa kasih tau permasalahannya apa, pah. Yang jelas keputusanku kali ini udah bulat. Aku ngga bisa sama-sama lagi bareng mas Devan."

"Cerita sama kami. Ada masalah apa sebenarnya?" tanya mamanya lembut.

"Apa jangan-jangan dia selingkuh?" tanya papanya langsung.

Adelia terdiam tak menjawab. Mengisyaratkan kalau jawaban dari pertanyaan itu adalah 'iya'.

"Jawab papa, Aya!!" bentak papanya.

"Vernon, bisa tolong bawa anak-anak ke kamarnya?" pinta mama Adelia.

"Iya tante." sahut Vernon yang langsung mengajak El ke kamar.

"Jawab papa! Apa benar Devanno selingkuh? Kalau iya, papa akan kasih pelajaran buat dia."

"Pah, Aya mohon jangan pah. Aya sayang sama mas Devan." pinta Adelia.

"Papa ngga habis pikir sama dia! Apa sih maunya dia itu? Kurang apa kamu sebagai istri?!" Papa Adelia berdiri. "Ini ngga bisa dibiarin!!" lanjutnya.

"Pah, aku mohon pah. Biarin aja mas Devan. Aku ngga mau mas Devan kenapa-napa. Aku mohon jangan lakuin apa-apa ke dia, pah." Aya bersujud, menangis seraya memegang kaki papanya. Memohon agar papanya tak melakukan apapun terhadap Devanno.

"Bangun, Aya!" titah papanya. Namun Aya tak bergeming. "PAPA BILANG BANGUN!!!" Bentak papanya.

"Ayo nak. Bangun." mamanya membantu Adelia berdiri.

"Mah, aku sayang mas Devan. Tolong maafin mas Devan." Adelia menangis.

"Kamu itu sudah dibutakan sama cinta. Kamu disini memohon-mohon, tapi apa yang dia perbuat sama kamu?!" kata papanya.

"Aku yakin mas Devan punya alasan sendiri pah. Aya mohon maafin mas Devan. Biar bagaimanapun, dia masih ayah dari anak-anakku. Maafin mas Devan, pah."

"Alasan apa????? Dia selingkuh, Adelia! Selingkuh!! Mau apapun alasannya, dia tetap salah!!"

"Aya tau, pah. Karena itu, maafin mas Devan. Aya udah hukum dia dengan mutusin cerai sama dia. Jangan hukum mas Devan lagi."

Papa Adelia kembali duduk. Ia mengusap wajahnya kasar. Kesal dengan tingkah laki menantunya, juga dengan anak perempuannya ini.

Adelia mendekat duduk disamping papanya.

"Maafin aku, pah." katanya memeluk papanya.

Papanya membuang nafasnya kasar. "Papa mau tanya sama kamu. Apa kamu yakin kalo Devanno itu selingkuh?"

Dipelukan papanya, Adelia mengangguk. "Aya liat sendiri, pah."

Papanya memijat keningnya, menahan amarah. "Gimana nasib anak-anakmu, nak? Kasihan mereka."

Adelia melepas pelukannya. "Aku yakin bisa hidupin mereka, pah."

"Bukan masalah itu aja, Adelia. Mereka pasti akan tanya kemana ayahnya. Gimana nanti kamu jawab itu?" kali ini mamanya yang bertanya.

"Aku bakal buat alasan yang masuk akal, mah," jawab Adelia. "Mama sama papa ngga usah khawatir sama keadaan anak-anakku nanti. Sekarang yang Aya minta cuman satu. Tolong maafin mas Devan, demi Aya dan demi anak-anakku."

Tbc.

My Lecture My Husband-Part 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang