20

6.6K 535 13
                                    

Keesokkan harinya, Devanno langsung saja pergi ke tempat dimana penculik itu menyekap El. Ia pergi seorang diri sesuai apa yang di minta oleh para penculik itu demi keamanan El. Dibawanya sebuah tas berisi uang tebusan yang diminta. Devanno tak main-main jika menyangkut anaknya. Ia akan melakukan apapun demi keselamatan buah hatinya itu.

Sesampainya disana, Devanno bertemu dengan seseorang yang tinggi besar dengan kepala botaknya. Pria itu memakai kaos hitam serta celana hitam.

"Dimana anak saya?" tanya Devanno.

"Kemarikan dulu uangnya." ucap pria itu.

"Saya ingin lihat anak saya dulu. Baru saya akan kasih tas ini."

Kemudian pria itu, memberi isyarat kepada temannya agar membawa El keluar. Devanno geram saat melihat El yang diikat tali, serta mulutnya yang ditutup menggunakan lakban hitam.

"Apa yang kalian lakukan pada anak saya? Cepat lepaskan!!!" bentak Devanno.

Pria yang menggandeng El, membuka lakban di mulutnya.

"Ayah.. Ayah... El takut.." kata El menangis.

"Jangan nangis kak. Ayo kita pulang." kata Devanno.

"Berikan tas itu."

"Ini?" Devanno mengangkat sedikit tasnya, lalu melemparkan tas itu ke depan orang tadi. "Sekarang lepaskan anak saya." lanjutnya.

Penculik itu tersenyum jahat. "Tidak semudah itu. Bos kami tak bodoh."

Devanno ikut tersenyum. "Kalian pikir, saya juga bodoh?"

Bertepatan dengan itu, beberapa polisi datang sembari menodongkan pistol. Tak tinggal diam, para penculik itu mengancam dengan menodongkan pisau ke leher El.

"Ayaaahh..." teriak El.

"Jauhkan pistol kalian atau anak ini mati!!" ancam penculik itu.

"Ayaahh.. El takut." ketakutan itu membuat El menangis.

Dengan keberanian, Devanno menghampiri El.

"Jangan coba-coba mendekat!!"

"Kalian boleh sakiti saya, tapi lepaskan dulu anak saya." kata Devanno.

"Menjauh!!!! Kalian pikir kami main-main?"

"Cepat letakkan senjata kalian atau kami tak segan menembak kalian." ancam polisi itu pada mereka.

Melihat kesempatan  yang baik, segera Devanno berlari mendekat lalu menendang penculik itu kemudian ia tarik El untuk mendekat padanya. Namun naas, seorang penculik yang membawa pistol menembakkan pelurunya ke arah Devanno.

"Ayaaaahhhhhhh!!!!" teriak El saat Devanno jatuh berlumuran darah. Perutnya sudah dipenuhi darah segar yang keluar akibat tembusan peluru.

Seketika itu pula, polisi berhasil melepaskan tembakkan yang mengenai kaki kedua penculik tersebut.

"Cepat ringkus mereka..." titah komandan polisi.

"Ayah... Ayah ngga apa-apa kan?" Tangis El pecah.

Devanno yang menahan sakitnya, tersenyum seraya mengusap pipi El. "Ayah ngga apa-apa. El ngga boleh takut ya. Ada ayah disini."

Anak itu mengangguk, namun masih menangis. "Ayah.."

"El ngga usah nangis. Ayah baik-baik aja." kata Devanno yang sesekali meringis kesakitan.

"Pak Devan. Bertahanlah. Kami sudah panggil ambulance untuk membawa anda." kata komandan polisi.

                                               ......

My Lecture My Husband-Part 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang