16

7.4K 631 34
                                    

"Kamu ragu sama aku?" tanya Devanno sekali lagi.

Dengan pelan, Adelia mengangguk. "Aku takut hal ini bisa terulang lagi, mas."

Devanno paham betul apa yang dirasakan oleh Adelia. Rasa kecewa yang timbul dihati seseorang tak bisa langsung hilang dengan mudah.

Pria itu menghela napas, "Ok ngga apa-apa kalo kamu ngga bisa jawab sekarang. Yaudah aku mau mandi dulu ya, gerah." katanya yang diangguki Adelia.

Setelah mandi, Devanno melihat sudah ada baju diatas kasur yang  sudah disiapkan Adelia.

"Mas Devan, mau makan ngga?" tanya Adelia.

"Kamu masak apa?"

"Tadi El minta spaghetti, jadi aku bikin itu. Mas mau aku masakin apa?"

"Kok El makan itu terus sih? Ngga mau makan nasi?"

"Lagi susah makan mas. Aku udah tawarin segala yang dia suka, tapi maunya itu."

"Nanti kalo kita belanja, ngga usah beli itu deh. Jadi dia ngga minta."

Adelia mengerucutkan bibirnya, "Tapi kan aku juga mau."

Devanno terkekeh. "Itu mah kamu berarti yang mau. Bukan El." godanya mengacak rambut Adelia.

"Iihhh kebiasaan!" kata Adelia merapikan kembali rambutnya. "Jadi mau makan apa?"

"Apa aja deh. Yang penting dibikinin sama kamu."

Adelia memutar bola matanya malas. "Halah, gombalnya mulai deh." katanya yang langsung pergi ke dapur.

"Adik bobo ya, yaang?" tanya Devanno seraya mengambil gelas, lalu menuangkan air putih.

Adelia mengangguk. "Abis minum obat."

"Vernon pulang kerumah mama?"

"Iya! Dia harus urusin tiketnya yang dibatalin. Jadi ngga enak aku."

"Yaudah ngga apa-apa. Nanti biar aku beliin lagi aja. Dia ngga jadi pulang kan gara-gara kita."

"Uangku di ganti ngga?" tanya Adelia polos.

"Ih, enggaklah. Kenapa jadi aku yang ganti?" kata Devanno seraya menengguk minum.

"Iihhh itu kan uang tabunganku. Niatnya mau jalan-jalan, malah ngga jadi."

"Itulah akibatnya kalo ngeluarin uang, tapi ngga izin sama suami. Jadi hilang gitu aja kan."

"Nyebelin!"

Devanno kembali terkekeh. "Iya iya. Nanti aku gantiin. Tenang aja."

"Eh mas ngomong-ngomong, anak kamu dari Rani, sekarang dimana?"

Wajah Devanno langsung berubah. "Itu bukan anak aku, Aya."

"Ya apapun itu. Siapa namanya?"

"Kevin?"

"Iya itu Kevin. Sekarang ada dimana?"

"Mana aku tau. Ngga perduli aku." jawab Devanno asal seraya mengunyah kacang goreng.

Dengan keras, Adelia mencubit perut Devanno.

"Aduhhhh.. Sakit. Apa sih?"

"Kamu tuh asal aja deh. Biar gimana pun dia butuh orang tua. Enak aja bilang ngga perduli."

"Dia sama neneknya kali, yaang. Udah ah, males aku bahasnya."

"Gimana kalo kita rawat aja?"

Mata Devanno mendelik. "Rawat? Kita? Ngerawat anak dari perempuan itu?"

Adelia mengangguk santai. "Emang kenapa?"

"Nggak! Aku nggak mau!"

"Kenapa mas? Kasian. Dia seumuran Ariella kan? Bayangin deh. Dia masih butuh susu, masih butuh orang tua."

Devanno menahan kesalnya. "Kalo kamu masih anggep aku ayah dari El dan Ariella, please! Ikutin mau aku. Aku ngga mau ngerawat Kevin apapun alasannya!!" katanya tegas.

"Tap-----"

"Tolong, Adelia. Saya lagi ngga mau berdebat."

Adelia tau betul kalau Devanno kesal jika sudah mengubah kalimatnya lebih formal seperti ini.

"Mas marah?"

"Gimana aku ngga marah coba? Pertama, dia bukan anak aku. Kedua, dia adalah anak dari perempuan yang udah ngebuat kita cerai. Ketiga, aku ngga mau El sama Ariella deket sama dia." jawab Devanno. "Aku paham kalo kamu baik. Tapi tolong deh, sifat baiknya di kurangin sedikit aja untuk hal ini." sambungnya.

"Kamu pernah bayangin ngga, gimana rasanya kalo Ariella ada di posisi Kevin? Kan kasian."

"Ngga mungkin lah itu terjadi. Ariella punya kita kok. Kenapa jadi dia kaya Kevin?"

"Mas sekarang jadi emosian.." kata Adelia pelan.

Devanno menghela nafas. "Aku ngga maksud emosi, sayang. Tapi aku bener-bener ngga suka sama pikiran kamu kali ini. Pokoknya, keputusan aku ngga akan ada yang bisa ngubah. Aku ngga mau rawat Kevin."

Adelia terdiam lalu kembali fokus ke makanannya.

"Ngambek deh pasti.."

"Enggak!"

"Coba mana senyumnya?" pinta Devanno mencolek dagu Adelia.

"Iihh apaan sih? Emang aku anak kecil?"

"Oh iya jelas. Kamu emang anak kecil buat aku. Soalnya ngegemesin." goda Devanno mencubit pipi Adelia.

"Sakiiiitt ah!!"

"Eh ajak anak-anak jalan-jalan yuk?"

"Kemana?" langsung saja wajah Adelia berseri.

"Giliran jalan-jalan aja langsung cepet deh,"

Adelia cengengesan. "Kemana mas? Ke Dubai?"

"Maunya kamu itu mah ke Dubai.."

"Terus kemana?"

"Ke Hongkong gimana? Kita ke Disney?"

"Tapi bawa si embak ya? Biar jagain anak-anak?"

"Terus kamu?"

"Ya aku main lah."

"Tapi dengan satu syarat..."

"Apa?"

"Jadiin jalan-jalan kita ini, sebagai bulan madu kedua kita. Deal?"



Tbc.

My Lecture My Husband-Part 2Where stories live. Discover now