21

6.6K 575 22
                                    

"Mamaaamm... Al gangguin kakak nih.." teriak El.

Rasa keingintahuan Al yang besar kerap kali membuat El kesal. Adiknya itu selalu mengambil mainan apapun yang sedang di pegang oleh El. Kadang jika mood El sedang baik, ia akan mengalah. Tapi jika sedang tak baik seperti sekarang, ia akan berteriak atau marah.

"Kenapa kak?" tanya Adelia.

"Aku lagi main tapi mainannya di ambil sama adik Al." rengek El.

"Lho kan bisa main bareng. Kenapa kakak teriak-teriak?"

"Iya sih tapi kan aku lagi main dinosaurus. Adik Al kan perempuan, jadi ngga boleh."

"Adiknya cuma pengen tau siapa nama Dinosaurus nya. Kakak kan tau, jadi adiknya diajarin."

Dengan wajah yang masih cemberut, akhirnya El mendekat ke arah Ariella.

"Adik mau yang mana?" tanya El.

Ariella dengan polosnya tersenyum, lalu mengambil sebuah mainan. Melihat adiknya yang lucu, El pun ikut tersenyum.

"Itu namanya Brontosaurus. Dia makannya tumbuhan. Adik suka ini?" tanya El lembut yang membuat Adelia juga tersenyum.

"Anak ayah main apa?"

Tiba-tiba Devanno menghampiri mereka bertiga dengan masih memegang perutnya. Dengan manja, Ariella memintanya untuk menggendong.

"Adik. No no no." kata El seraya menggerakkan jari telunjuknya ke kanan dan ke kiri. "Ayah masih sakit. Al main sama kakak aja. Ini boleh buat Al tapi harus nurut." kata El berlagak dewasa.

Devanno terkekeh. "Pinter anak ayah."

"Mas mau makan?" tanya Adelia ke Devanno.

Devanno menggeleng. "Enggak. Aku bosen di kamar terus."

"Masih sakit ngga perutnya?" tanya Adelia seraya mengusap luka Devanno.

"Udah sembuh karena di usap sama kamu." bisik Devanno.

"Ck! Aku serius."

"Aku juga. Aku sembuh cuma karena kamu, tau."

"Udah ah ngegombalnya. Malu sama anak-anak." kata Adelia tersipu malu.

Sesaat kemudian, Brian datang dengan membawa beberapa kertas di tangannya.

"Pak Devan. Ini ngga bisa di biarin." kata Brian langsung ke intinya.

"Apa? Tentang apa?"

"Kasus penculikan El kemarin. Ternyata ada dalang dibaliknya." kata Brian.

Brian memang menawarkan diri dengan sukarela bekerjasama dengan polisi untuk mengungkap siapa dalang dibalik penculikan El. Beruntung Brian dengan akalnya yang brillian, ia berhasil menemukan bukti-bukti konkret. Serta keterangan para penculik yang di interogasi oleh polisi agar mengaku siapa yang menyuruhnya untuk menculik El.

"Siapa?" tanya Adelia.

"Rani."

Jawaban Brian tadi membuat Devanno juga Adelia terkejut.

"Gimana bisa, Bri? Rani kan di penjara sekarang." kata Adelia.

"Dia kerjasama bareng ibunya. Penculik-penculik itu ngaku sendiri."

"Tapi darimana mereka tau rumah ini? Saya ngga pernah kasih tau alamat rumah ini sama mereka." kata Devanno.

"Mereka pernah ikutin bapak pulang waktu itu. Saya juga belum tau pasti gimana perkaranya pak. Saya masih komunikasi sama polisi." kata Brian.

"Terimakasih ya, Bri. Udah mau bantu saya dan keluarga." kata Devanno.

Brian tersenyum, "Keluarga Aya, berarti keluarga saya juga pak. Saya udah anggep kalian ini bagian dari keluarga. Wajar aja kalo saya bantuin."

"Kamu baik banget, Bri. Makasih banget ya." kata Adelia.

"Nyesel kan dulu putusin aku?" canda Brian sembari menaikkan kedua alisnya.

"Ck! Kamu baru aja saya puji loh." kata Devanno mendecak.

                                             ......

"Yaang..."

Panggilan yang berasal dari kamar Devanno itu, membuat Adelia yang sedang diluar, menghampirinya.

"Kenapa mas?"

"Perut aku kok sakit ya?"

Adelia melirik panik ke arah luka Devanno. "Sakit? Mau ke dokter aja ngga? Aku takut."

"Aku sakit karena laper."

Adelia mendecak kesal. "Yang serius kenapa sih ih."

"Serius aku laper, Ya. Tadi siang aku belum makan lho."

"Siapa suruh? Kan aku udah tawarin makan."

"Tadi belum laper. Sekarang nih lapernya. Suapin ya?"

"Ih ngga mau. Orang kamu yang sakit perutnya, kenapa minta suapin?!"

"Ah Aya maaahhh.." rengek Devanno. "Aku kan pengen kamu manjain." lanjutnya sembari memeluk dari belakang.

"Makanya sembuh. Kita mau jalan-jalan aja ngga jadi terus."

"Iya sayang. Setelah aku sembuh, terus kasus penculikan El ini kelar, aku bakal bawa kalian jalan-jalan."

Adelia menoleh seraya tersenyum. "Bener ya?"

Devanno mengangguk mengiyakan.

"Yaudah kalo gitu aku buatin makanan sekarang."

Saat Adelia hendak pergi, Devanno menahannya yang membuat Adelia kembali menoleh.

"Kenapa?"

"Aku mau kasih tau sesuatu."

Adelia mengernyit. "Apa?"

Devanno berdiri, lalu berbisik. "Tadi Ariella minta adik ke aku."


Tbc.

Dikit aja ya hehehe

My Lecture My Husband-Part 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang