08# Have a Date

1.3K 253 33
                                    

Joohyun melepas celemek, begitu meletakkan cangkir bekas kopi setelah acara sarapan tadi. Mengabaikan pelayan yang sekarang sibuk membersihkan peralatan makan dan terdengar sedikit bising.

"Di sini ramai sekali, tapi ada yang terlihat sedih." Jungkook menyimpan piring kecil setelah meminta tambahan manisan sebagai hidangan penutup, lelaki itu menoleh ke arah pelayan yang tampaknya langsung mengerti dan bergegas pergi setelah menyusun sendok terakhir. "Apa yang kau risaukan sepagi ini, Irene?"

"Kau butuh sesuatu?" Jungkook tahu itu pengalihan, Joohyun masih mencoba tersenyum meski dengan itu semua orang tahu bahwa ia melakukan tindakan bodoh.

"Haruskah aku yang bertanya?" perempuan itu menoleh ke arah suamianya, berbohong pada Jungkook adalah sebuah kemustahilan, percuma.

"Aku bahkan tidak tau kapan Sally pergi ke Kampusnya, melewatkan sarapan tanpa membawa bekal apa-apa," Jungkook tersenyum kala melihat Joohyun yang mengusap wajahnya gusar kali ini, "Dia selalu saja membuatku khawatir."

"Paman Hyunsik yang mengantarnya tadi pagi, dan aku yakin ia atau Bibi Areum takkan membiarkan Sally belajar dengan perut keroncongan." Joohyun mengangguk menanggapi, walau sebagian besar hatinya masih disesaki rasa cemas. Mengingat kejadian semalam membuat perasaan itu membuncah sedemikian rupa, menyesal mendengar kalimat terakhir Tzuyu yang tak selesai karenanya yang memilih pergi.

"Seharusnya aku tak pergi begitu saja, Sally pasti juga terluka." Jungkook menarik napas dalam, menarik kursi untuk duduk di hadapan Joohyun, merasa bersalah sebab kedukaan itu berasal dari perkataan ibunya. "Aku tidak bisa membayangkan apa yang Sally lalui semalam."

"Daripada terus mengkhawatirkannya, kenapa tidak kau coba untuk memberi sedikit ruang bagi Sally?"

"Maksudmu?"

"Irene, adikmu sudah beranjak dewasa, selai memerlukan perhatian dan kasih sayangmu Sally juga perlu ruang dan waktu untuk dirinya sendiri." Joohyun menggelengkan kepala, melepaskan tangan dari genggaman Jungkook.

"Aku tidak tau itu benar atau tidak, aku bingung."

"Kau terlalu mengkhawatirkannya--"

"Apa yang bisa aku perbuat? Maksudku, dia tumbuh dalam pengasuhanku yang juga masih beranjak dewasa, aku tak tau apa yang benar untuk kulakukan, aku hanya takut jika Sally--"

"Kau harus percaya padanya," Joohyun memejamkan mata mendengar kalimat terakhir Jungkook, "Berhenti bersikap khawatir berlebihan, Irene. Itu hanya akan mengekang Sally."

Joohyun mendesah, menyandarkan tubuhnya merasa lelah.

"Lalu seperti apa yang harus aku lakukan? Apakah seperti yang kau lakukan tadi malam?" Jungkook diam, merasa lidahnya kelu, benaknya dipenuhi pertanyaan tentang hal apa yang telah ia lakukan dan menjadi penyebab dasarnya.

"Aku tau, itu juga salah, maka dari sana aku menyadarinya," Joohyun kembali menatap Jungkook, "Kau tau apa yang kudengar dari Sally saat kau pergi? Dia merasa dirinya adalah penghambat kebahagiaanmu."

Joohyun menutup mulutnya dan menggelengkan kepala pelan.

"Kemarin saat kami bertemu di teras depan, Sally memintaku untuk membawamu pergi ke luar untuk honeymoon, dan dia mengatakan bahwa kau terlalu banyak memikirkan orang lain. Kau tau apa penyebab dia mengatakan itu? Karena merasa kau masih harus disusahkan untuk mengurusnya."

"Tidak, itu tidak benar--"

"Aku tau, tapi Sally terlalu cerdas untuk tidak bisa memahami semuanya, Irene."

"Tapi dia masih terlalu lugu, Jungkook apa yang harus aku lakukan?"

"Berhenti menganggapnya seperti anak kecil."

An Dara [COMPLETED]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon