25# Accepted

1.2K 215 28
                                    

Senyum di wajah Joohyun meredup, membuat langkah yang Jungkook ambil memelan dan berhenti.

"Di mana Sally?" tanyanya membuat Jungkook tertegun mendapati sorot kecewa dari wanita itu. "Dia tidak datang?"

Gelengan kepala dari Jungkook membuat harapan yang hanya setitik itu resmi pupus, membuat Jungkook tahu bahwa Joohyun kehilangan semangatnya kali ini. Lelaki itu mendekat, mendekap erat Joohyun yang masih saja mematung.

Ada rasa bersalah yang menyeruak kuat saat ini, membuat Jungkook semakin mengeratkan pelukannya.

"Jangan sedih, kita masih bisa menemui Sally lain kali."

"Tapi kenapa? Apa dia tidak merindukanku?" tanya Joohyun membuat Jungkook kembali tersenyum, tangan lelaki itu terulur mengusap pelan pipi sang istri berusaha menenangkan. "Jungkook, kau juga gagal membujuknya?"

"Aku harap kau juga mengerti, aku juga manusia, aku takut jika sebelum kau berhasil menghilangkan perasaan itu justru aku membuatnya terbalas."

Lelaki tertegun, berusaha mencerna ucap dari gadis yang sudah terisak dengan memalingkan wajah. Lalu, rasa hangat dan sakit datang bersamaan saat otak lambatnya sudah bisa menguraikan itu dengan baik.

"Sally?"

Tzuyu menggelengkan kepala, menghapus air matanya.

"Tidak, kau salah paham jika mengira sekarang aku juga mencintaimu, Oppa," ucap Tzuyu menjeda kalimat lalu tersenyum getir, "Yang aku katakan suatu hari nanti."

Tangan Jungkook masih gemetar dengan embun di matanya saat kini Tzuyu tengah kembali menatapnya dengan sorot mata pedih.

"Aku hanya seorang yang naif yang tidak mengenal apa itu cinta, aku hanya mengandalkan akal sehat untuk menilai bahwa tindakan dan perasaanmu adalah sebuah kesalahan." Tzuyu menarik napas, menundukkan kepalanya. "Tapi manusia tempatnya khilaf, bukan?"

"Menurutmu semuanya adalah kekhilafan, Sally?"

"Aku tidak tau bagaimana itu dinilai dari sudut pandangmu, tapi yang aku tau dunia menilai itu adalah sebuah pengkhianatan." Tzuyu menghapus lagi pipinya. "Yang aku takutkan aku akan merasa nyaman, hingga satu hari yang mengerikan akan datang, di mana aku membalas perasaanmu."

Bukan hanya Tzuyu, tapi air mata Jungkook juga sudah meluruh.

"Aku tetap manusia, aku tetap perempuan, walau aku tau bahwa perasaanku salah masih ada sisi di mana aku dengan tidak tau malu meminta perhatianmu, memintamu untuk mengutamakan diriku,"

"Lalu, saat suatu hari hubungan kita semakin jauh sedangkan kau menyadari bahwa yang terjadi hanya sebuah kekeliruan, aku bisa apa?"

"Bukankah akan sangat membingungkan ketika aku menginginkanmu tapi di satu sisi aku tak ingin menyakiti Eonni, lalu kau akan dihadapkan pada satu keadaan di mana harus memilih antara kami berdua." Tzuyu menutup mulutnya dan menggigit sweater yang ia kenakan. "Apa yang akan kau lakukan saat itu terjadi, Oppa?"

Jungkook diam, merasakan hatinya ditusuk ribuan belati saat melihat Tzuyu terisak sakit saat ini.

"Jika kau tetap bersikeras dengan perasaanmu baiklah, aku sudah pada tahap menyerah untuk mengingatkan." Tzuyu kembali menatap lekat Jungkook yang masih saja mematung. "Tapi yang aku tau cinta takkan pernah sanggup meninggalkan luka, bukan?"

Jungkook memalingkan wajahnya, mengusap pipi yang sudah basah.

"Oppa, jawab aku." lelaki itu menengadahkan kepala.

An Dara [COMPLETED]Where stories live. Discover now