24# Not an Option

1.1K 229 67
                                    

Tzuyu gemetar di bawah tatapan lelaki itu, setelah semua kejutan dan hal buruk dalam hidupnya, ia merasa tidak mampu untuk bertahan. Ia menatap nyalang papan nama yang menghiasi meja, perasaannya sudah tidak seterguncang kemarin, tapi jauh dari kata baik-baik saja.

Lelaki yang sejak tadi sibuk membaca berkas di hadapan Tzuyu ikut membisu, terlihat menghayati peran sebagai salah satu pihak pengambilan keputusan yang gadis itu ambil.

Tzuyu menghela napas lelah lalu mengerjapkan matanya yang berembun, tanpa sadar, membuat sosok baru yang asing cukup tahu tentang kegundahan yang dirasakannya.

"Berarti kau tau Profesor Yoon sudah berhenti?" tanyanya menatap Tzuyu membuat gadis itu mengangguk, "Jadi karena itu kau datang?"

Tzuyu kembali mengangguk, tak berani menatap sosok itu. Segelintir rasa malu masih menyeruak, mengingat kesan pertama pertemuan mereka beberapa waktu lalu jauh dari kata baik dan pantas.

"Maaf lancang, Pak, tapi aku jadi anak bimbingmu." setelah sekian lama akhirnya Tzuyu bersuara. Lelaki itu menarik napas dalam, sedikit menghilangkan penat yang membuat Tzuyu jadi tidak nyaman. "Maaf, Pak."

"Tidak apa, ini sudah bagian dari tugasku, aku juga minta maaf jika kurang memberi kesan baik. Ah iya, apa kita perlu berkenalan lagi?"

Tzuyu tahu maksudnya, ada pujian yang tertuju pada lelaki yang menjabat sebagai dosen pembimbing akademiknya yang baru. Lelaki ini punya kemampuan untuk mengubah kesan tanpa menyinggung perasaan lawan bicaranya. Tentu saja jika Tzuyu tak termasuk orang yang terlalu jeli dalam menyikapi sesuatu.

"Chou Tzuyu?" gadis itu baru sadar bahwa ia melamun tadi.

"Maaf, Pak--"

"Sehun, kau masih ingat namaku, bukan?" Tzuyu mengangguk lagi, lelaki itu menyimpan berkas di tangannya, duduk menumpu kedua tangan di meja. "Kau yakin dengan keputusanmu?"

Tzuyu mengerjap, kemudian mengangguk, membuat Sehun kembali menyandarkan tubuhnya di kursi.

"Mengambil percepatan wisuda bukan hal mudah."

"Aku sudah yakin, Pak."

"Tidak ingin memikirkannya lagi?"

"Aku sudah berpikir banyak tentang ini."

"Sejak kapan?" pertanyaan Sehun kali ini membuat Tzuyu menatapnya sulit, Sehun tersenyum, memahami arti tatapan itu. "Mungkin terdengar lancang, aku minta maaf."

Hening kembali menyergap membuat Tzuyu masuk lagi dalam pusaran dunia lamunan. Sehun kembali membaca berkas Tzuyu, mengulanginya sekali lagi. Ia menatap heran dengan kerutan di dahi, melihat Tzuyu yang hanya diam saja.

Lelaki itu berdeham, mengembalikan kesadaran Tzuyu.

"Kau tau bukan jika pembimbing akademik tidak hanya menjadi dosen?" Tzuyu masih diam, belum mengerti arah perkataan Sehun. "Kami juga jadi konsulen, bahkan pembela mahasiswanya."

Tzuyu mengangguk menyetujui.

"Akan menjadi hal yang membanggakan jika kau berhasil, aku tidak meragukanmu sama sekali setelah melihat berkas yang kau lampirkan, hanya saja aku perlu mengingatkan, setiap keputusan harus diambil secara matang dan penuh keyakinan," ucap Sehun membuat Tzuyu tertegun, "Mengambil sebuah keputusan besar hanya untuk menghindari masalah itu bukan pilihan bijak."

Sehun berhenti, menunggu respons dari Tzuyu, namun ia tak bisa berharap lebih karena ternyata gadis itu masih tetap diam.

"Hanya seorang pengecut yang lari dari masalah," tambah Sehun membuat Tzuyu kelu menatapnya, mereka sama-sama diam sampai akhirnya setitik air mata jatuh membuat Tzuyu tersenyum, menganggukkan kepala.

An Dara [COMPLETED]Where stories live. Discover now