27# Feeling

1.3K 224 51
                                    

Tak ada kegiatan lain, selain dalam mode menghemat energi sampai bisa mengisi perutnya yang tengah kelaparan, Tzuyu memang tak berminat melakukan apa pun, ia bergerak hanya sebagai sebuah keharusan.

Helaan napas panjang diambilnya setelah mendudukkan tubuh di salah satu deret kursi di dalam perpustakaan, memilih sedikit melipir dari kawasan yang ramai. Tzuyu bersandar, menatap ke atas langit-langit dengan pandangan kosong. Napasnya teratur, mungkin jika tidak melihat matanya yang terbuka, orang-orang akan mengira ia tidur.

Entah mengapa, ia tiba-tiba memikirkan Joohyun, tidak, Tzuyu memang selalu memikirkannya, hanya saja ada segelintir rasa tak enak saat sosok sang kakak mampir di benaknya.

Akhir-akhir ini, Tzuyu terlalu menikmati mengisi waktu kosong dengan melamun, walau tak kadang tak berisi apa-apa. Sampai-sampai ia tak menyadari kehadiran sosok yang ditunggunya di sini, Sehun. Pria itu menautkan alis, tadinya ia menilai bahwa yang sedang dilakukan gadis itu adalah kekonyolan, tapi kini bercabang saat menyadari gadis itu tenggelam dalam lamunannya.

Tzuyu mengerjap ketika mendengar dua kali ketukan, ulah jari Sehun yang mengetuk meja. Tak ada respons apa-apa yang diberikan selain pergerakan untuk merubah posisi duduk. Sehun melakukan hal yang sama, menarik kursi di depannya lalu memberikan selembar kertas dari dalam tas kerja.

"Waktunya 45 menit, jumlah soalnya 50." Tzuyu hanya mengangguk, mengeluarkan alat tulis yang ia butuhkan. Sehun menatapnya sebentar, sebelum mengelilingkan pandangan ke sekitar. Tatapanna jatuh kembali pada Tzuyu saat sebuah praduga hadir di kepalanya, bukankah gadis ini menjauhi keramaian?

"Pak," panggil Tzuyu menghentikan lamunan lelaki itu, ia menoleh melihat peserta didiknya yang menunjukkan pulpen. "Sepertinya aku harus pergi ke koperasi sebentar, bolpoin--"

Ucapan Tzuyu terhenti saat pergerakan Sehun terlalu cepat untuk menyodorkan sebuah pena berwarna perak kehadapannya. Terlalu banyak melamun sepertinya mengikis kecerdasan Tzuyu, ia bahkan sampai harus mengerutkan dahi hanya untuk memahami maksud dari dosennya.

"Apa--"

"Pakai itu, dan segera selesaikan, aku ada urusan lain."

Tzuyu mengangguk kaku, lalu meraih benda tersebut. Sekilas, ia melihat nama Sehun dengan sederet gelar di belakangnya dan kembali membaca soal yang sempat luput dari perhatiannya tadi.

Sehun mendesah, merasa bosan. Ia terbiasa untuk jarang berinteraksi sekali pun dengan orang-orang yang telah dikenalnya lama, apalagi dengan gadis yang baru saja ia temui. Terlebih kali pertama pertemuan mereka, Sehun sedikitnya mengetahui bahwa anak didiknya ini mengalami hal yang kurang mengenakan, walau ia belum jauh mengetahui hal tersebut. Tapi yang pasti, energi negatif yang ada pada gadis ini tiba-tiba saja menular.

Pria itu beranjak, membuat derit kursi terdengar. Tzuyu sempat terdiam, tidak mendongak dan hanya menatapnya dari posisi yang masih menunduk. Lalu, saat mendapati dosennya berjalan menuju salah satu rak, ia kembali fokus pada soalnya.

Beberapa menit berlalu, tetap dalam keheningan. Karena nyatanya, Sehun masih betah mencari buku yang hendak ia baca, sedangkan Tzuyu terlalu fokus pada soal-soalnya. Alis lelaki itu bertautan saat matanya menatap salah satu buku di rak bertuliskan fiksi, tangannya terulur untuk meraih benda bersampul soft purple tersebut. Ia diam, memutar-mutar buku tersebut, lalu fokus membaca deret kata sebagai sinopsis di halaman belakangnya.

Sudut bibirnya terangkat, novel pertama yang mampu menyedot perhatiannya sampai sejauh ini dan tentang percintaan, karena sebelumnya buku-buku ensiklopedialah yang biasa menemani lelaki itu.

Sehun berjalan cepat menuju meja yang Tzuyu tempati, satu tangannya masih memegang buku itu dan yang lainnya berada dalam saku celana.

"Aku--"

An Dara [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang