Mereka Pulang (11)

0 0 0
                                    

"Tapi sebelum aku pergi, aku akan menghabiskan hari terakhir ini bersama mu dan Amanda. Oiya satu lagi, Yah. Clara dan Thalia belum pulang beberapa hari ini. Semoga saja mereka tidak kembali. Jadi sepeninggalku, ayah dan Amanda bisa hidup dengan tenang. Mengenai keuangan, aku sudah menabung banyak di rekening Amanda," kata Aline sebelum melangkahkan kaki ke pintu kamar.

Aline menutup pintu kamar ayahnya. Di ranjang, air mata menetes di wajah sang ayah.

-----

"Hmmm masakan Mami emang enak. Kalau tiap hari Mami masak begini, aku bisa gendut," ucap Alvin di meja makan. 


"Vin, kamu itu lebay. Mami cuma masak sop ayam ama perkedel doang kok," jawab Mami, Marta.


"Mi, aku gak lebay. Ini beneran enak. Lebih enak dari masakan Bi Surti," lanjut Alvin sambil menggoda Bi Surti.


Yang digoda cuma tersenyum. Sudah menjadi kebiasaan di keluarga Marta dan Alvin, Bi Surti duduk makan bersama di meja makan.


"Kalau Nyonya yang masak terus, lah tugas saya apa dong?" kata Bi Surti menanggapi godaan Alvin.


Alvin hanya tertawa kecil. Ia memang menghormati Bi Surti layaknya kerabat sendiri.


"Ah Bi Surti mah baper," godaan Alvin berlanjut.


"Sudah, sudah. Vin lanjutin makannya. Abis makan, kita ke ruang kerja. Ada yang mau Mami tanyakan," ungkap Marta pada anaknya itu.


"Siap, Komandan," jawab Alvin yang mengenakan seragam polisi dengan lambang dua balok berwarna emas tersampir di pundaknya.


---


"Jadi, kamu sudah siap?" 

tanya Marta kepada Alvin di ruang kerja.


Aura di ruang kerja berbeda dari ruang makan. Aura keseriusan terasa di antara ibu dan anak itu.


"Iya, Ma. Malam ini operasi dilakukan. Informan kami mengatakan mereka akan berada di rumah itu malam ini," jawab Alvin.


"Oke, tapi hati-hati ya Vin. Mereka itu kelas kakap lho," pinta Marta.


"Siap, Komandan," jawab Alvin serius.


Di pojok ruangan Gabriel tersenyum mendengar dialog ibu dan anak itu. Gabriel lalu berbicara dengan sosok malaikat di sebelahnya.


"Lucian, jalankan tugasmu," perintah Gabriel.


"Oke, Gab," jawab malaikat yang beraura biru itu.

---


Aline terus menatap jam. Tersisa lima jam lagi usianya berakhir.


"Kak, kok lihat jam terus? Kakak menunggu seseorang?" tanya Amanda pada kakaknya.


Keduanya kini berada di kamar sang ayah. Aline yang mengusulkan agar mereka makan malam bersama. Karena ayahnya tak bisa bergerak, Aline lalu membawa beberapa menu ke kamar ayahnya.


"Aline, kapan kamu menikah? Kamu sudah dewasa," tanya Robert pada putri sulungnya. Robert masih dalam kondisi lumpuh. Stroke yang ia derita cukup berat. Ia tak bisa menggerakkan seluruh tubuhnya. Bicaranya pun terbata-bata.


"Kalau udah jodoh, nanti datang sendiri kok, Yah," jawab Aline sekenanya. Aline berusaha tersenyum melepaskan jawaban itu untuk pertanyaan Robert.


Robert juga tersenyum mendengarnya. Berbeda dengan Hazarel. Ia yang sedang berdiri di sudut kamar melihat kesedihan sekaligus kekuatan Aline.


Ia tahu senyum itu menutup kesedihannya.

(Bersambung ---)

Utusan LangitDonde viven las historias. Descúbrelo ahora