Trouble : : 01

3.9K 411 303
                                    

Happy reading...

Kalo nemu typo atau semacamnya, komen aja ya.

˜”*°•.˜”*°• @inyasidhyaa •°*”˜.•°*”˜
______________________________

Delapan tahun kemudian...

Priiitt...

Suara peluit terdengar menandakan pertandingan dimulai. Para penonton mulai riuh dan bersorak mendukung tim masing-masing. Ini adalah pertarungan basket antara SMA Adhireksa melawan SMA Garuda.

Devan, ketua tim basket SMA Adhireksa telah membobol ring lawan berulang kali. Posturnya tinggi gagah, begitu juga tambah manis dengan senyuman indah di wajahnya. Cowok itu adalah kapten sekaligus pemain andalan SMA Adhireksa.

"Devan, semangat!" teriak Harlly, salah satu sahabatnya.

"Serang lagi, Van!" Kini Aldi berteriak menyemangati.

Suara sorakan penonton terdengar semakin menggelegar di ruangan besar tertutup itu. Devan masih fokus dalam permainan. Tak peduli seberapa tenaga dan keringat yang terkuras. Satu hal yang harus tetap ada dalam dirinya adalah tingkat fokus yang tinggi.

Puluhan menit telah berlalu. Dua menit lagi, pertandingan akan selesai. Sialnya, tim lawan selalu dapat membobol ring tim SMA Adhireksa hingga seimbang. SMA Garuda bukanlah lawan yang dapat dikategorikan mudah. Perlu tingkat fokus yang tinggi untuk dapat memenangkan pertandingan ini.

Hanya tinggal dalam hitungan detik, pertandingan akan segera selesai. Devan merebut bola dari salah satu pemain lawan, dan menggiring bola tersebut hingga mendekati ring.

"Van, shoot!" teriak para penonton dari SMA Adhireksa.

Devan meloncat, memasukkan bola basket itu ke dalam ring tepat tiga detik sebelum pertandingan usai.

"Menang!"

Suara riuh penonton sekaligus pendukung tim SMA Adhireksa bersorak gembira. Begitu juga dengan pemain satu tim yang langsung memeluk Devan setelah melakukan selebrasi.

"Hebat, bro! Kita menang!" Bian menguyal kepala Devan dengan penuh semangat. Begitu juga dengan pemain lain yang ikut merayakan hal ini.

"Bukan gue yang hebat, kita semua satu tim yang hebat." Devan tersenyum girang menatap satu per satu teman setimnya.

Ternyata ada seseorang yang ikut menonton putranya tak terlalu jauh. Hendra tersenyum bangga melihat Devan yang bermain dengan sangat baik. Itu semua mengingatkannya dengan masa lalu, saat ia bermain basket dengan kedua putranya. Devan dan tentu saja ... Devin.

Devan si atlet, dan Devin si seniman. Tapi Devin juga tak kalah jago bermain basket. Apalagi dulu Devan selalu saja menangis dan mengadu kepadanya ketika dikalahkan oleh Devin. Tapi walaupun begitu, Devan adalah sosok kakak yang baik.

Kini itu semua hanyalah bayangan masa lalu. Setiap kali ia melihat Devan, akan selalu teringat pada Devin. Sampai saat ini Hendra masih tidak tahu putranya itu berada di mana, sedang apa, dan bagaimana kabarnya. Banyak polisi yang dulu telah menghentikan pencarian karena tak dapat menemukannya.

Air mata Hendra jatuh begitu saja ketika mengingat hal itu. Tapi seketika ia menghapus cairan bening dari matanya saat Devan datang mendekat.

"Kamu hebat!" ucap Hendra dan langsung mendekapnya.

"Ayah, ini Devan keringetan loh. Nanti baju Ayah kotor."

Hendra semakin tertawa, begitu juga dengan Devan yang ikut menyusul tawanya. Tak peduli dengan baju kotor, Hendra hanya ingin memeluk putranya dengan rasa bangga.

TROUBLE [TELAH TERBIT] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang