Trouble : : 21

1.5K 220 141
                                    

Happy reading...

_____________________________

Beberapa hari kemudian...

Setelah Devin diberi izin untuk pulang dari rumah sakit, dia dan keluarganya melakukan sebuah piknik kecil dekat danau.

Sebuah karpet lebar direntangkan Hendra, di sana Devin malah membawa bantal guling kamarnya agar bisa tertidur kapan pun yang ia mau. Sedangkan Devan, sudah sibuk mengeluarkan makanan dari tas Bundanya. Ya ... Devan si pecinta makanan, dan Devin si hobi tiduran.

Devin menepuk-nepuk bantal gulingnya kemudian langsung merebahkan diri di sana. Ia melihat lurus ke arah langit biru dengan gumpalan awan yang bagaikan kapas.

"Vin... Kamu ke sini buat piknik, atau tiduran sih?" tanya Dian seraya menggelengkan kepalanya.

"Mmm... Dua-duanya, Bun," balas Devin.

"Kalau si kakak beda, makanan pasti yang pertama." Hendra tertawa sambil geleng-geleng.

Devin bangkit dan duduk, "Kita sebenernya ke sini buat ngapain sih?"

"Ya ... piknik." Hendra menggidik bahunya.

"Iya, Devin tau kita lagi piknik. Tapi piknik itu acaranya ngapain aja?" tanya Devin kembali.

"Lo kayak nggak pernah piknik ... oh iya, gue lupa." Devan menggaruk keningnya ketika ingat bahwa selama ini Devin memang tidak pernah keluar dan selalu terkurung. "Oke, gue jelasin. Piknik itu sama kayak tamasya."

Devin hanya mengangguk, "Oohhh..." Cowok itu mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Tempat di mana ia sedang berada saat ini, memang sangat indah. Terdapat rumput hijau halus dan juga pepohonan rindang yang menyejukkan mata. Apalagi ditambah dengan hamparan danau jernih dan luas di depan sana. Sungguh indah!

Tempat ini memang sangat cocok digunakan untuk berpiknik. Terasa sangat sejuk dan damai. Hingga pandangan Devin terhenti pada satu titik. Di bawah salah satu pohon rindang, ada seorang gadis yang sedang memejamkan matanya sembari memetik senar gitar dan juga bernyanyi.

Dia Key, gadis itu bersandar di bawah pohon sembari mengalunkan sebuah musik. Devin tersenyum kecil, walaupun ia sendiri tidak tahu bagaimana gadis itu bisa berada di tempat yang sama sepertinya saat ini. Devin menghela napas, "Bunda, Ayah... Devin mau pergi bentar. Boleh, kan?" tanya Devin.

Hendra dan Dian saling bersitatap, kemudian kembali mengalihkan pandangan ke arah Devin. "Mau ke mana?" tanya Dian.

"Iya, bentar aja... Deket kok," ujar Devin seraya berdiri kemudian merapikan bajunya yang sedikit terlipat.

Devan yang sedang makan, tak menggubris hal itu. Tapi ada rasa sedikit penasaran dalam lubuk hatinya. Ke mana Devin akan pergi? Ah, sudahlah... Ia tahu bahwa Devin tidak akan pergi jauh-jauh, karena cowok itu baru pertama kali datang ke tempat ini.

Devin berjalan ke arah Key yang masih memejamkan mata sembari memainkan gitar di sana. Devin memasukkan tangannya ke dalam saku, ia sendiri tidak tahu mengapa hatinya menyuruh agar ia menghampiri gadis itu. Dan sepertinya, Key tidak menyadari kedatangan Devin. Ia hanya bersandar di bawah pohon sembari bernyanyi indah.

Devin berjalan mendekat, senyum kecil tiba-tiba terpasang di bibirnya ketika mendengar suara merdu Keysia. Ia tidak pernah menyangka! Gadis cuek, ganas, sadis, tomboy sepertinya, bisa menyanyi seindah itu. Devin mulai berpikir, segampang itukah Key melupakan traumanya?

I know, you know, we know
You weren't down for forever and it's fine
I know, you know, we know,
We weren't meant for each other and it's fine

TROUBLE [TELAH TERBIT] ✅Where stories live. Discover now