Trouble : : 19

1.4K 226 92
                                    

Maaf baru up, barusan lemes bgt gara2 PMS. Tadi aja sampai berputar ria duniaku :v

Tapi berkat obat penambah darah, dengan beberapa makanan, bisa berenti uyeng-uyengannya 😂

Wakakaka.... Semoga suka ya sama chapter ini

Happy reading...

______________________________

"Arrggh!!! Gue bodoh!! Bego!! Aarrgghh!!" Devan memukul meja bar dengan lumayan keras. Cowok itu langsung menyambar minuman beralkohol di meja bar itu, kemudian meneguknya sampai habis.

Entah pemikiran yang berasal dari mana, membuatnya datang ke tempat seperti ini. Sudah banyak tempat yang ia kunjungi sedari tadi, tapi itu semua tak juga dapat membantu menghilangkan rasa sakit dalam hatinya. Devan sendiri tidak tahu mengapa, yang ada hati kecilnya malah semakin terasa sakit.

Ada rasa sesak dalam dadanya yang membuat Devan seperti kesulitan bernapas. Kejadian pahit tadi, benar-benar membuat Devan kembali merasa bersalah dan bodoh. Tak hanya mata yang menangis karena rasa perih, tapi hati juga sama. Bahkan ... mungkin lebih terasa perih.

"Gue anak bodoh!" Devan kembali menyambar minuman beralkohol lainnya. Devan memang tidak pernah mencoba untuk mabuk sebelumnya, tapi entah kenapa saat ini ia merasa sangat tertekan.

"Van?" tanya Roni yang berdiri tidak terlalu jauh. "Lo minum?"

Devan tak menggubris ucapan temannya itu. Ia hanya meremas-remas tangan untuk menahan rasa sakit di dada, kemudian meneguk minuman beralkoholnya.

Roni langsung datang mendekat, "Lo... Lo beneran mabuk? Ini lo Devan, kan? Atau Devin? Ah! Siapa ya lo kira-kira?" Roni tampak berpikir keras. "Ah, udah! Bodo amat. Mau lo Devan atau Devin, gue manggilnya Devan aja. Mau salah kek, gue nggak peduli."

Devan masih tak menggubris ucapan Roni. Air matanya terus menerus jatuh, rasa bersalah benar-benar memenuhi hati dan menghantui pikirannya saat ini. Bagaimana keadaan Devin sekarang? Ia harap adiknya itu tidak apa-apa. Lalu, apa ia masih pantas menginjakkan kaki di rumah sakit itu untuk menjenguk adiknya? Bukankah ia adalah kakak yang tidak baik?

Devan menangis, ia benar-benar takut akan membuat Devin dalam keadaan bahaya kembali. Mungkin Ayahnya benar, ia bukanlah kakak yang becus. Devan kembali menyambar minuman itu, lalu meneguknya. Tanpa ia sadari, entah berapa banyak minuman yang telah ia minum.

Devan mabuk.

🍁🍁🍁

"Dasar anak bodoh!"

"Gue bodoh," gumam Devan sembari tersenyum pahit, kemudian menyandarkan dirinya di tiang listrik dekat bar.

"Kayaknya kamu udah mulai lupa tugas seorang kakak."

"Devan emang kakak yang bodoh," ucapnya sembari bersandar lunglai setelah mabuk yang lumayan banyak. Ia memejamkan matanya sejenak, membiarkan seluruh rasa penyesalan menyelubungi lubuk hatinya.

"Van!" Roni berlari menghampirinya. "Van, lo mau ke mana? Lo habis minum banyak, Van! Ntar lo bisa ketabrak motor kalau lagi nggak sadar gini." Roni langsung meraih tangan Devan dan melingkari tangan itu di lehernya. Dengan sangat bersusah payah, dia berusaha mengajak Devan berjalan.

Devan menerawang sembari melihat ke arah Roni, "Lo... Lo temen gue di sekolah, kan? Yang paling nakal katanya." Cowok itu tertawa kecil dalam ketidaksadarannya.

"Van... Lo mabuk. Lo nggak biasanya kayak gini." Dengan berusah payah Roni mengajaknya berjalan.

Devan tersenyum pahit.

TROUBLE [TELAH TERBIT] ✅Where stories live. Discover now