Trouble : : 05

2.8K 339 327
                                    

Happy reading...

Selamat memompa jantung lagi wkwkwkwk

___________________________

Happy Birthday to you.
Happy Birthday to you.
Happy Birthday dear Devan...
Happy Birthday to you.

"Selamat ulang tahun, Sayang..." Dian mencium pipi kanan dan kiri Devan kemudian disusul oleh Hendra yang langsung mendekap putranya.

"Cie, yang udah enam belas tahun. Kapan punya pacarnya nih?" canda Hendra ke Devan.

Devan terkekeh, "Mmm... Udah ada calon pacar kok. Ya ... kalau dia mau. Tapi kayaknya dia nggak mau deh." Devan menggelengkan kepalanya sembari tertawa.

"Ah kalian! Ini kita lagi rayain ulang tahunnya Devan. Kok malah ngomongin cewek?" Dian tertawa kecil.

Seketika senyum di wajah Devan memudar. Ia mengingat sesuatu. Saat ini ada orang lain yang juga berulang tahun sama sepertinya. Dia Devin, kembarannya yang sudah lama tidak pernah merasa bahagia.

Devan terus berpikir, apakah dia sudah bahagia hari ini? Ia tidak tahu, tapi ia berharap begitu.

"Eh, ngelamun mulu. Ini make a wish dulu habis itu tiup lilinnya. Ntar keburu cepet meleleh loh!" ujar Dian ke Devan.

Cowok itu berusaha memperlihatkan senyum sekilas, ia memejamkan mata dan berdoa dalam hati kecilnya. Tuhan, semoga hari ini Devin bisa kembali lagi. Aku mohon...

Devan membuka matanya kemudian meniup lilin berangka enam belas itu. Dian dan Hendra bersorak gembira, berhasil membuat Devan berpikir kembali. Apakah orangtuanya itu lupa akan Devin? Semudah itukah mereka melupakannya?

Di balik senyumnya, Dian dan Hendra tentu saja menyimpan duka mereka masing-masing. Mereka tidak ingin merusak hari istimewa Devan hanya dengan tangis. Walaupun sejujurnya, mereka teringat akan sosok Devin yang pastinya sedang berulang tahun juga sekarang.

Dian menatap lurus ke arah Devan. Wajah putranya itu sama percis seperti Devin. Jika mengingat hal ini, selalu membuat hatinya terluka.

Devin sayang, kamu ada di mana? Lagi ngapain? Kamu baik-baik aja, kan? Selamat ulang tahun juga. Semoga kamu masih bisa bahagia di mana pun kamu berada. Bunda sayang sama kamu. Bunda ingin meluk kamu lagi, batin Dian dalam hati. Seketika air matanya jatuh.

Jantung Dian berdenyut sakit manakala ia teringat dengan Devin yang entah berada di mana. Devinnya jauh ... dan tak terjangkau. Selalu ada hari di mana Dian akan memimpikan putranya di setiap tidur, dan juga dapat mendengar suara lirihan putranya setiap kali ia memejamkan mata. 

Dan sekarang Dian tengah memejamkan matanya. Membiarkan bayangan dan suara lirihan Devin terputar jelas di kepalanya itu.

Devin berusaha menggapai tangan Dian, "Bunda..." Guratan kepedihan tampak jelas di wajahnya yang telah beranjak dewasa.

Bayangan Devin menghilang, digantikan oleh suara-suaranya yang mampu memenuhi kepala Dian.

"Bunda..."

"Devin nggak kuat..."

"Bunda... Tolong Devin..."

"Bunda, Devin nyerah. Devin udah nggak sanggup lagi. Bunda... Devin boleh pergi, kan?"

"Bunda... Devin ingin beristirahat. Dengan tenang..."

"Makasih Bunda... Devin sayang Bunda."

Dian menggeleng lalu menangis. Nggak, Vin... Jangan... Jangan tinggalin Bunda... 

"Bunda kenapa nangis?" tanya Devan.

TROUBLE [TELAH TERBIT] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang