Bab 3 : Rahasia

25.7K 2.7K 93
                                    

Sudah 15 menit aku memakai maskerku. Masker yang aku pakai berwarna hijau. Wajahku seperti Hulk saja dan ini sudah pukul 9 malam. 

Tadi sore aku menanyakan kabar Rena tapi dia katanya sudah baik-baik saja syukurlah kalau begitu.

Suara bel berbunyi. Siapa yang berkunjung malam-malam seperti ini. Aku berjalan ke arah pintu dan melihat ke layar cctv yang menghubungkan kepada orang yang berada di luar pintu. Ternyata Rena.

Aku segera membuka pintu. Dia berteriak kaget sehingga membuatku kaget juga karena berbarengan dengan Juna yang sedang lewat.

Juna melihat kepadaku dengan kesal. Begitu juga dengan Rena. "Lana, kamu mengagetkanku." Protesnya. Sepertinya disni memang aku yang salah.

"Maaf." Kataku sambil menyentuh wajahku. Juna akhirnya berjalan ke apartemennya.

"Aku sudah menghubungimu tapi nomermu tidak aktif." Ucap Rena terlihat tidak nyaman. Aku melirik Juna. Kenapa dia masih berdiri mematung di depan pintu apartemennya. Bukannya langsung masuk saja. Apa dia menguping pembicaraanku.

"Oh, handphoneku mati karena lowbate jadi lagi di cas. Yasudah ayo masuk. Kok berdiri di pintu." Kataku menarik tangan Rena untuk masuk dan aku masih sempat melirik Juna yang akhirnya masuk ke dalam apartemennya.

Aku menyuruhnya duduk di sofa. "Jadi, apa ada sesuatu yang mendesak sehingga kamu malam-malam bertamu?" Kataku penasaran.

Rena terlihat gelisah untuk mengatakannya. Aku menggemgam tangannya. "Kalau belum siap tidak apa-apa." Kataku mencoba untuk mengerti.

Rena tersenyum. "Aku takut tidur sendirian. Boleh aku tidur disini semalam saja." Pintanya memelas.

Aku tersenyum pada Rena. "Aku kira kenapa, tidak apa-apa tidur saja disini."

"Terima kasih Lana."

"Aku mau cuci mukaku dulu." Kataku pamit. Rena hanya mengangguk.

Setelah selesai mencuci muka aku kembali ke ruang tamu. "Apa kau mau tidur sekarang?" Tanyaku.

"Ah tidak aku masih belum ngantuk."

"Oh baiklah."

"Boleh aku minta air minummu?"

"Oh yaa tunggu."

"Tidak biar aku saja." Ucap Rena berjalan ke arah dapur. Dia terlihat tertekan dia memakai sebuah sweeter rajut yang berwarna coklat terlihat kurusan. Dia meletakan handponenya di meja.

Sewaktu Rena ke dapur handphonenya berbunyi ada yang menelepon. Aku mengambil handphone itu dan ingin memberikannya pada Rena tapi panggilan itu sudah berhenti lalu ada pesan wattsup dan aku tidak sengaja membacanya. Dan handphone Rena tidak ada pengamannya.

Gugurkan janin itu!

Aku membulatkan kedua mataku dan berulang kali aku membacanya takutnya aku salah membaca. Rena nampak biasa ketika aku mengetahui pesan itu.
Bahkan dia tersenyum untukku.

"Boleh aku menceritakan rahasiaku padamu." Ucapnya.

Aku memandanginya dengan seksama. "Jika kamu percaya padaku silakan saja."

Kami kembali ke sofa. Pesan dan telepon saling bergantian dan Rena sama sekali tidak terusik. Dia meminum air gelas tersebut dengan sekali tegukan. Lalu dia mematikan handphonenya.

"Aku hamil Lana." Ucapnya.

Aku tidak merespon aku hanya ingin mendengarkan dia sampai selesai berbicara.

"Kenapa aku ingin menceritakan padamu. Karena kamu baik. Kamu tahu aku hamil dan kamu tidak bertanya padaku. Dan aku tahu pasti jawabanmu privasi. "

Hello, Mr. Jutek Where stories live. Discover now