Bab 5 : Jangan Salah Paham

26.3K 2.5K 43
                                    

Jam sudah menunjukan jam sepuluh malam. Tapi mataku tetap terbuka. Aku sedang tidur miring sambil menatap handphoneku. Antara ingin menghubunginya atau tidak.

Orang yang aku maksud adalah Juna. Sejak kejadian tadi Juna memberikan nomer teleponnya padaku. Dan sejak saat itu aku mendekam di apartemenku. Kalian tahu apa yang aku lakukan? Aku seperti orang gila. Senyum-senyum sendiri karena sikap Juna padaku yang begitu manisnya. Sampai-sampai aku sering memegang pipiku sendiri.

Aku tidak menyangka dibalik sikap jutek dan dinginnya dia padaku dia bisa bersikap manis seperti itu. Wah, apa dia punya kepribadian ganda?

Selama seharian ini aku memikirkan sikap Juna bahkan dia juga mengirimkanku makan siang dan juga makan malam. Bukan dia yang mengirim sendiri tapi seorang kurir yang mengantarkannya padaku.

Jadi saat ini aku sedang menggigit bibirku sendiri setidaknya itu ada sisi baiknya. Aku tidak pernah takut lagi ketika aku sendirian karena sikap Juna yang mampu menghilangkan rasa takut itu menjadi rasa yang menggelitik di hatiku.

Di sebelahku ada tongkatku. Juna juga memberikan tongkat yang berlistrik padaku sebagai jaga-jaga katanya dan tentu saja aku menerimanya. Ketika aku sedang bergelut dengan pikiranku ada satu pesan baru yang ternyata dari Juna.

"Sudah tidur?" Tanyanya di pesan tersebut.

Aku langsung mengetik pesan balasan tapi aku mengurungkannya. Apa tidak terlalu cepat aku membalasnya dikira aku memang sedang menunggu pesannya. Ok tunggu satu menit lagi. Untuk pertama kalinya satu menit begitu lama bagiku.

Lalu setelah satu menit berlalu aku membalas pesan Juna dengan menjawab belum. Kemudian dia mengirim sebuah foto gedung-gedung yang tinggi yang disinari oleh lampu-lampu yang indah serta sebuah bulan sabit di atasnya. Sepertinya dia sedang ada di balkonnya.

Kalau belum bisa tidur coba keluar lihat pemandangan malam. Begitulah isi pesan perintahnya padaku.

Aku menuruti perintah Juna. Aku berjalan ke arah balkon dan benar saja pemandangan kota di malam hari sangat indah. Aku melihat ke arah kananku tepatnya balkon apartemen milik Juna dia sedang menatapku ternyata. Kenapa aku jadi deg-degan sendiri.

"Mana selimutmu?" Tanyanya.

"Hah? Selimut?" Tanyaku tidak mengerti.

"Memangnya kamu tidak kedinginan?" Kali ini suaranya terdengar menyebalkan bagiku. Dia kembali pada sifat juteknya. Aku menjawab pertanyaan Juna dengan sebuah gelengan.

"Ambil." Perintahnya. Tapi aku bergeming. "Ambil Lana." Perintahnya lagi dengan suara yang lebih halus dan kali ini aku menuruti permintaannya.

Heol, kenapa aku jadi penurut sama dia?

Aku kembali masuk ke dalam dan keluar dengan selimut yang menyelimuti tubuhku. Dan aku lihat Juna sedang tersenyum melihatku. Dia senang sekali memerintahku dan sepertinya dia senang karena aku menuruti perintahnya. Dan aku tidak tahu kenapa aku bisa menuruti perintahnya.

"Kamu suka pemandangannya?" Tanyanya lagi. Dan aku hanya menjawab satu kata yaitu YA. Setelah itu tidak ada percakapan lagi diantara kami. Aku mulai bosan dan mengantuk sehingga membuatku menguap.

"Tidurlah." Perintahnya lagi. Dia senang sekali memerintahku. Sepertinya dia akan mempunyai hobi baru yaitu memerintahkan sesuatu padaku.

Aku berjalan ke dalam apartemenku dan Juna seperti mengatakan. "Mimpi Indah."

"Apa?" Tanyaku yang tidak begitu jelas mendengar tentang apa yang dikatakannya. Soalnya suara yang dia ucapkan padaku tidak keras seperti halnya ketika dia memerintahkan sesuatu padaku tadi.

Hello, Mr. Jutek Where stories live. Discover now