🌹 5

1.2K 130 4
                                    

Aku memandang ponsel dengan kesal, seharian ini Yoongi tidak ada kabar sama sekali. Aku sudah mencoba untuk menghubunginya, tapi tidak ada balasan sama sekali. Pesan tidak di balas, telepon juga tidak diangkat.

"Kenapa wajahmu jelek begitu?" Jimin berujar sembari membawa cola di tangannya, aku mengeleng saat tangannya terulur dan memberi gesture menawarkan cola.

"Yoongi tidak ada kabar." Jawabku

Jimin menengak minumannya sebelum berujar, "Mungkin sibuk. Dia mau skripsi'kan?"

Iya, mungkin saja. Tapi tumben saja Yoongi tidak memberi kabar sama sekali, biasanya ia akan memberitahu apa yang sedang ia lakukan.

"Tapi kan harusnya ia memberi kabar, Jiiimmmm." Rengekku membaringkan kepala di atas meja kantin, beruntung suasana sekitar sedang sepi, jadi aku tidak perlu malu sikapku barusan menjadi bahan tontonan.

"Tapi dia sibuk, Jiii." Jimin mengikuti nada bicaraku dan aku memicing kesal. Sok imut sekali.

"Sudalah, jangan terlalu dipikirkan. Dia'kan sebentar lagi mau lulus, lebih baik pikirkan lelaki tampan di hadapanmu ini."

"Gila!" Jimin terbahak

"Aku serius, Ji. Sekali-kali pikirkan tentang aku." Ucap lagi di sela-sela tawanya.

"Iya, aku akan memikirkan bagaimana caranya untuk membunuh teman menyebalkan sepertimu." Mata Jimin menyipit dan pipinya terangkat karena tertawa lagi. Tangannya tersandar pada pinggiran meja, menjadi tumpuan agar ia tidak terjatuh akibat terlalu asik tertawa.

Aku menyilangkan kedua tangan menunggu Jimin menyelesaikan tawanya, bisa-bisanya ia tertawa saat temannya sedang kesusahan begini.

"Sudah puas tertawanya, tuan Park?"

"Sudah, nyonya Park." Aku bergidik geli.

"Ayo ke kelas. Sebentar lagi pelajaran Oh ssaem." Aku bangkit dari duduk diikuti Jimin, kami lantas segera berjalan menuju kelas, hanya tersisa beberapa menit lagi sebelum pelajaran berlangsung.

Berbincang dengan Jimin membantuku melupakan Yoongi sejenak, walaupun pembicaraan tidak bermutu. Setengah jam awal aku tidak memikirkan Yoongi dan fokus belajar, namun tiba-tiba aku memikirkan Yoongi lagi.

Melirik ponsel, dan mendapati tidak ada satu notifikasi dari Yoongi.

'Kihyun-oppa.'

Kihyun itu teman seperjuangan Yoongi di kampus. Salah satu temannya yang kukenal.

Aku menekan tombol kirim dan tak butuh waktu lama balasan masuk.

'Yoi. What's up?'

'Sedang bersama Yoongi, tidak?'

'Tadi iya. Kami baru bubar kelas. Kenapa?'

'Yoongi tidak membalas pesanku. Aku mau tahu dia kemana' (read)

'Oppa?
Kihyun oppa?'

"Nona Kim." Oh no, terlalu lama berkutat dengan ponsel membuatku lupa kalau aku masih berada di kelas. "Apa ponselmu lebih penting daripada pelajaran saya?"

"Ti-tidak ssaem."

"Taruh ponsel anda." Aku mengangguk meletakkan ponsel di tas, namun saat Oh ssaem berbalik badan, aku mengambil kembali benda berbentuk persegi panjang tersebut.

'Yoongi baik-baik saja. Ia tadi pergi menemui dosen pembimbing'

'Bisa tolong suruh Yoongi balas pesanku?'

My Cold BoyfriendWhere stories live. Discover now