🌹 6

1.1K 118 8
                                    

Aku meregangkan kedua tanganku ke atas, mengambil botol mineral dan menengaknya.

"Pelan-pelan kalau minum." Itu suara si manusia es menyebalkan, Yoongi. Aku tidak tahu apa yang terjadi padanya sampai pemuda itu mengajakku jogging pagi-pagi.

Kurasa kepalanya terbentur ke lantai saat ia tertidur, tumben sekali ia mengajakku jogging. Oh, tidak. Tumben sekali ia bangun pagi-pagi. Garis bawahi ini, Yoongi pemuda malas yang gemar tidur ini sangat susah bangun pagi.

Aku mungkin masih bergeming di tangga bila Mama tidak menegurku, aku terkejut saat melihat Yoongi tengah berbincang dengan Papa. Sumpah, aku kira sedang berhalusinasi.

"Yoon," Panggilku dan Yoongi berdeham, lelaki itu nampak asik memainkan ponsel miliknya, "Kok tiba-tiba mengajak jogging?" Lanjutku

"Ingin saja." Yah ingin sih ingin, tapi jangan mendadak juga. Untung aku tidak punya riwayat sakit jantung. Kalau kalian berfikir Yoongi akan bersifat mengemaskan seperti saat aku marah tempo hari, maaf saja kalian salah.

Min Yoongi aslinya adalah manusia es menyebalkan berwajah datar, ia hanya berubah menjadi manis pada saat-saat tertentu, dan salah satu dari 'saat' itu adalah saat aku merajuk.

Okay, kembali ke realitanya. Kami terdiam di bangku taman, Yoongi sibuk dengan ponsel miliknya sementara aku sibuk menatap sekitar.

Walaupun masih terbilang pagi, taman sudah mulai ramai, banyak keluarga datang membawa anak mereka yang masih kecil bermain di taman, tak jarang juga aku melihat pasangan yang sedang kencan di pagi-pagi buta.

Aku terkekeh melihat anak kecil bertubuh gempal yang sedang berlari mengejar saudaranya yang memiliki postur tubuh lebih tinggi dan ramping darinya, karena tubuhnya gempal ia jadi kesulitan berlari dengan cepat dan akhirnya malah terjatuh.

Anak kecil itu menangis dan untungnya saudaranya datang menghampiri lalu menenangkan anak itu dengan memeluknya. Astaga, mereka manis sekali.

Aku tiba-tiba teringat Namjoon di rumah, walaupun menyebalkan dan kaku tidak bisa diajak bercanda, Namjoon tetaplah kakak yang baik. Aku ingat saat kecil dulu, Namjoon juga pernah menenangkanku saat aku terjatuh dari tangga persis seperti yang kedua anak itu lakukan.

"Sedang memikirkan apa?" Yoongi bertanya sambil melirikku

Aku menunjuk dengan dagu kedua anak kecil yang kini tengah berlarian lagi, "Aku tadi lihat mereka main terus teringat dengan Namjoon-oppa di rumah." Jawabku dan alis Yoongi berkerut, nampak tidak paham.

"Teringat Namjoon-oppa menghiburku saat aku jatuh dulu." Aku mencoba menjelaskan dan Yoongi mengangguk mengerti.

"Jadi ingin punya anak yang akrab," Aku bermonolog, "Aku mau punya anak sepasang, satu lelaki dan satu perempuan. Kalau bisa yang sulung lelaki, supaya bisa melindungi adiknya nanti, tapi kalau yang sulung perempuan, juga tidak apa-apa sih."

"Ingin sekali punya anak?" Tanyanya

"Tentu saja, siapa sih yang tidak ingin punya keturunan. Lagipula pasti mengemaskan melihat wujud dirimu dalam bentuk anak kecil." Aku memang menyukai anak kecil, mereka itu menggemaskan dan ada saja tingkahnya.

"Kalau begitu tunggu aku lulus dulu."

"Hah?" Aku menoleh dan menatap Yoongi yang kini tengah mendongakkan kepala ke langit, bertumpu pada sandaran kursi.

"Tunggu aku lulus baru kita menikah." Ia berujar dengan mudah sekali terasa itu bukanlah beban, tapi aku yang mendengarnya sudah berdebar tidak karuan.

Aku memalingkan wajah dengan cepat secepat jantungku berdegub. Aku selalu merasa iri bila melihat tayangan drama di mana sang aktor pria bersikap romantis, tapi giliran merasakan langsung malah berdegub begini.

"Pipimu memerah, Ji." Yoongi menatapku jenaka, "Kau tersipu ya?"

Aku menutup pipi dengan kedua tangan, "Mana ada!" Tapi justru Yoongi malah terkekeh, ia jadi semakin gencar menjahiliku.

"Jelas-jelas pipimu memerah bak kepiting rebus begitu saat aku mengucapkan kalimatku barusan."

"Sabar ya, Ji. Tinggal sidang dan aku akan lulus lalu kita-" Yoongi mengantungkan kalimatnya dan menaik turunkan alisnya.

"Ihh, Yoon!" Aku memukul lengannya dan ia tertawa memperlihatkan gummy smile yang selalu menjadi favoritku.

"Kau menggemaskan." Sial. Kurasa kepala Yoongi benar-benar terbentur sesuatu tadi.

Aku bangkit dari dudukku dan menjauh dari Yoongi, menyelamatkan sisa harga diri dan merah dipipiku.

Sial, kenapa aku mudah tersipu begini? Ishh, ini gara-gara Yoongi!

"Heii, mau kemana?" Yoongi berlari lalu mensejajarkan langkahnya denganku, dari ujung mata aku masih dapat melihatnya terkekeh.

"Yoon, sudah jangan ketawa." Aku menatapnya kesal tapi Yoongi tetaplah Yoongi, tidak akan menuruti omonganku.

"Kau mengemaskan, Ji. Apalagi saat memerah begitu." Aduh, Tuhan. Kemana Yoongi yang cool dan swag?

"Ini gara-gara mu. Lagipula kepalamu habis terbentur sesuatu atau apa sih, Yoon? Kok bisa mengatakan hal seperti tadi?"

"Hal seperti tadi yang mana? Yang akan menikahimu kalau aku sudah lulus?" Dibahas kembali.

"I-iya." Yoongi tersenyum puas, menyebalkan. Sudah berapakali aku menyumpah serampah gara-gara Yoongi.

"Hanya mengutarakan keinginanku." Keinginan apa?! Keinginan untuk menikah? Keinginan untuk mengerjaiku? Keinginan apa?!

"Ayo pulang. Aku lapar." Yoongi merangkul bahuku lalu berjalan. Okay, Yoongi benar-benar tidak waras hari ini.[]

=====

My Cold BoyfriendWhere stories live. Discover now