BAGIAN TUJUH | MISI BALIK KANAN

83 53 11
                                    

Happy reading all

Now playing : Billie eilish - Party Favor

"Ketika mulut dan otak sedang tidak berteman ujungnya ya pasti dipermalukan" - Fahar Hartigan

"Rasa sayang sebesar gunung akan kalah dengan rasa gengsi seujung kuku" - Nesya Lituhayu


05 Juli 2o2o

___________________________________________

Ketika Nesya baru saja melangkah keluar dari kelasnya yang baru saja selesai. Ia dikejutkan oleh sosok aneh. Tampak seorang lelaki tinggi yang baru ia temui beberapa hari yang lalu sedang berbincang dengan pria tua yaitu dosen Nesya.

Fahar.

"Lo ngapain disini?" tanya Nesya dengan nada ketus.

Fahar sekarang sedang berbincang bersama dosen yang mengajarnya tadi.

"Nesya, apakah itu cara kamu menyambut tamu?" ujar dosen itu kepada Nesya.

"Hah? Tamu? Sorry, Sir. Dia ini temen saya udah saya suruh tunggu diluar tapi tiba-tiba udah nongol disini tan-," ungkap Nesya terpotong.

"Dia ini anak pemilik universitas ini, tidak seharusnya kamu bersikap seperti itu." potong Dosen berambut gundul tersebut.

Fahar sekarang sedang tersenyum. Entah senyuman apa itu Nesya tidak dapat mengartikannya.

"Ah, Sir jangan ngadi-ngadi dia ini-," kalimatnya dipotong lagi oleh seseorang.

"Baik Pak. Kalo begitu saya permisi dulu, saya ada urusan mau mandiin anak trenggiling saya." pamitnya sambil menarik lengan Nesya menjauh dari hadapan Dosennya tersebut.

Sekarang Nesya telah berada didalam mobil Fahar dengan mata yang mulai menyipit berhawa sinis ke pria disampingnya.

"Kenapa lo gak bilang kalau lo punya ini kampus?!"

Fahar yang baru saja menghidupkan mesin kendaraan itu pun memilih untuk tidak menanggapi terlebih dahulu pertanyaan Nesya.

Setelah, dia mengeluarkan mobilnya dari parkiran dan sekarang sudah melaju kejalanan barulah ia menjawab pertanyaan perempuan itu.

"Sorry, gak ngasih tau lo sebelumnya" berikan tanggapan atas pernyataan Fahar.

"Telat." tukas Nesya dengan pandangan kedepan.

"Gue beneran itu bukan punya gue, tapi punya Bokap." jawab Fahar membela diri dan tidak ditanggapi oleh Nesya karena telah membuat dia bertambah kesal.

Nesya sekarang sedang berpikir. Apakah pada saat test masuk kesini kemarin ada campur tangan Fahar kah? dan bukan murni sesuai kemampuannya. Jika itu benar, sungguh Nesya akan langsung memutuskan angkat kaki dengan terhormat dari Universitas itu.

"Gue punya alasan."

"Berbohong itu gak baik, sekalipun dibaliknya ada niat yang baik." sindirnya.

Fahar hanya menggaruk kulit kepalanya walaupun tidak ada rasa gatal disana.

"Mmm, ah iya! Gue mau suprise sebenarnya waktu itu. Eh, tapi udah keburu putus. ya gitu deh jadinya." ungkap Fahar berbohong.

"Udah ah, kan gue mau jalan-jalan bukannya mengenang masa lampau." sambungnya.

Nesya berusaha bersikap profesional dalam pekerjaannya ini. Ia tidak ingin memperdalam kenyataan yang ia baru ketahui sekarang.

"Nes, ini dimana? Gue dari tadi nyetir-nyetir aja, gue gak tau jalan."

MADE FOR EACH OTHER [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang