BAGIAN EMPAT BELAS | SISI

28 22 10
                                    

"Bisa lo ceritain yang sepenuhnya jangan setengah - tengah, karena gue disini sama sekali gak mengerti masalah kalian bertiga." mohon Fares kepada Dira.

Mereka berdua sekarang tengah berada di rumah Dira. Tepatnya di halaman rumahnya di lantai tiga.

"Kak," decak Dira. "Gue gak mau lo berada di pihak Nesya. Gue tau gue egois gini, tapi jika lo sama dia gue gak punya siapa - siapa lagi sekarang." ungkap Dira.

"Gue bakalan selalu ada sama lo, tapi lo ceritain dulu biar gue mengerti." pinta Fares.

Dira tersenyum singkat setelah mendengarkan perkataan Fares.

"Dara sempat pernah tinggal di Jogja selama satu tahun, karena keinginannya sendiri saat setelah 1 bulan Papa Mama meninggal karena kecelakaan," ujar Dira sedikit sedih.

"Tahun itu bertepatan dia lulus Smp, dan otomatis dia akan melanjutkan sekolahnya di Jogja. Dan, ternyata satu sekolah dengan Nesya dan mantannya itu."

"Lalu? Masalahnya?" tanya Fares tidak sabar.

"Singkat cerita Dara pacaran sama Fahar, memang bisa dibilang baru tapi cinta Dara sungguh - sungguh. Tapi, tiba - tiba Fahar memutuskan hubungannya sepihak padahal tidak ada masalah antara keduanya. Itu membuat Dara terpuruk dan sedikit depres aku juga gak nyangka hanya gara - gara hal kecil itu timbul masalah besar," Dira menghembuskan nafasnya kasar.

"Setelah, putus dari Fahar Dira sering melihat kedekatan Nesya bersama dengan Fahar. Terbilang putusnya dari Fahar baru 1 minggu tapi Fahar sudah dengan mudah dekat dengan wanita lain. Dara berpikir jika Nesya itu adalah selingkuhan Fahar sebelumnya, setelah satu bulan pasca hubungannya berakhir itu, Dara seering bahkan tidak masuk sekolah dan kerjaannya diam di apartemennya gue dapat kabar itu dari salah satu temen akrab dia di sekolah. Gue sayang banget sama Dara, kak. Apalagi gue gak ada siapa - siapa selain dia setelah kematian Papa Mama. Gue mengunjunginya 2 hari setelah kabar dari temannya saat gue pertama kali masuk kondisi Dara sungguh sangat buruk dan kacau. Di sekeliling kasurnya banyak sekali kertas coretan nama bertuliskan Nesya dan Fahar dan juga coretan tanda silang berwarna merah."

"Dari, situ aku menyelidiki siapa keduanya dan apa yang terjadi sama Dara. Dan, sekarang Dara meninggal kak! Bukannya mereka salah satunya yang berperan besar ikut andil dalam menghilangkan nyawa seseorang?" lontar Dira.

Fares mencerna penjelasan Dira. Sejujurnya dia masih kurang jelas atas penjelasan Dira namun, ia berusaha menyikapinya dengan baik.

"Kalo kita mau nyari siapa yang salah dan benar gabisa, Dir." ujar Fares.

"Seseorang pasti punya alasan yang dapat membela dirinya agar menjadi benar. Maling aja bisa membela dirinya kenapa dia mencuri padahal sudah jelas dia salah. Dia bisa juga ngomong saya butuh uang, kalau saya gak ada uang saya bisa mati kelaparan." papar Fares.

"Gue setuju sama lo, kak." ucap Dira sambil menganggukan kepala.

Fares melihat Dira gemas lalu, mengacak rambut di kepalanya.

"Kalo gue boleh jujur, gue kayaknya udah suka sama lo."

***

Zanna sedang bersantai di Apartemennya hari ini adalah waktu weekendnya pertama kali selama ia bekerja disini.

Tapi, tidur di atas kasur ditemani dengan drama tionghua kesukaan itu hari ini tidak dapat dilakukannya.

Sedari tadi ia sedang bersiap - siap untuk bertemu dengan seseorang. Zanna itu dikenal dengan sosok yang perfeksionis. Apalagi masalah tampilan. Sekarang ia tengah mencatok rambut nya bagian bawah agar bergelombang.

Dia mengenakan pakaian tanpa kerah leher yaitu sabrina, berwana putih polos lengkap dengan jeans berwarna abu - abu.

"Aw," Zanna setengah berteriak saat besi hangat catokan mengenai lehernya tepat setelah ia selesai dengan rambutnya.

Dia mencabut colokan catokan lalu, menyimpan kembali catokan ketempat semula. Sungguh ia benar - benar benci dengan berantakan.

"Gue udah ditempat nih." suara tersebut timbul dari ponsel Zanna.

"Gue otw."

Setelah, mengatakan bahwa ia tengah on the way kepada si penelpon Zanna mengambil sepatu converse putihnya di rak yang tertata rapi lalu, kemudian pergi.

Hari ini Fahar akan menemui Zanna, sesuai janji keduanya kemarin. Pria tersebut sedang membawa kopi menggunakan tray yang baru saja ia pesan lalu, menaruhnya ke meja.

"Zanna!" panggil Fahar sambil berdadah kepada Zanna.

Zanna pun duduk di depan Fahar. Matanya langsung tertuju kepada beberapa sampah diatas meja milik Fahar dan miliknya. Tampak beberapa sampah gula kemasan berkeleparan di meja itu.

Zanna mengumpulkannya menjadi satu lalu, berdiri mencari tempat sampah hendak membuang sampah digenggaman tangannya.

Fahar yang mengetahui sifat Zanna hanya geleng - geleng kepala. Jika kalian mengira bahwa Zanna mengidap penyakit atau phobia jawabannya tidak.

Sifat ini terbentuk saat dia menempuh pendidikan di dunia perhotelan kemarin ditambah magang prakerin 1 tahun full tepatnya di sebuah hotel besar yang notebene milik Fahar di Jogja kemarin. Sungguh Zanna itu hospitality banget bahkan Nesya pun kalah.

Tampak hari ini di penglihatan Fahar Zanna memakai baju yang lumayan terkesan santai namun, Fahar merasa ia memakai pakaian Formal sangkin rapinya.

"Gue tau rasanya jadi mereka," ujar Zanna "karna gue tau susah, jadi gue setidaknya mau meringankan beban mereka."

"Kenapa? What's problem?" tanya Zanna sambil menyesap kopi yang diduga miliknya.

Belum sempat hendak menjawab Zanna memanggil waiter untuk datang kepadanya. Kemudian, ia menyebutkan pesanannya kepada sang waiter.

"Kenapa?" tanya Fahar kepada Zanna.

"Sejak kapan gue suka kopi hitam?" disodorkan Zanna cangkir kopi itu kepada Fahar.

"Eh," Fahar salah kopi yang ditangannya sekarang harusnya kopi Zanna dan kopi yang Zanna minum barusan adalah kopinya.

"Salah, ini kopi lo gue masih inget kok." ujar Fahar.

"Pekok dhewe." sengit Zanna.

Tak butuh lama si Waiter pun datang mengantarkan minuman Zanna. Zanna pun tersenyum ramah dengan senang hati mengambilnya.

Zanna menyicip rasa Ice Coffe miliknya. Dia sungguh menikmatinya mungkin dari sini dan untuk kedepan cafe ini akan menjadi tempat favoritnya untuk minum selama dia di Bali.

"Lo tau Dara Maheswari teman sekolah kita dulu?"

"Mantan lo?" Zanna mengangkat alisnya.

"Iya, Dia meninggal."

Zanna pun tersedak gara - gara kopinya mendengar hal itu. Pasalnya baru di ingatkan kembali dengan orangnya sudah berikan pernyataan bahwa orang tersebut sudah tidak ada.

"Terus masalahnya?"

"Ternyata pas waktu sekolah dulu Dara pindah sekolah gara - gara gue sama Nesya."

"Gimana? Gak ngerti gue?" Zanna tampak bingung dengan pernyataan Fahar yang hanya sebait - bait.

Setelah, itu Fahar menjelaskan semuanya kepada Zanna dengan rinci Zanna pun hanya mendengarkan dan tak sekali - kali dia menyesap minumannya.

Fahar menjelaskan semuanya tanpa jeda ketika dia selesai menjelaskannya ia segera memesan air es putih lalu, meminumnya hingga tersisa 2 cm.

"Gue gak nyangka Na, kalo bisa jadi gini." lirih Fahar.

"Har," panggil Zanna kemudian Fahar mengangkat alisnya. "Sebenarnya gue udah tahu ini lama." jujur Zanna.

***

Next yuk

MADE FOR EACH OTHER [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang