BAGIAN DUA BELAS| HURT

33 27 6
                                    

Nesya sedang membalas chatan dari driver ojol yang tengah di pesannya tersebut. Mengingat hari ini ia harus berkuliah dikarenakan ada kuis dadakan.

Nesya harus memesan ojol hari ini karena Fares dari kemarin sampai sekarang tidak ada kabar sedangkan Fahar memberi tau bahwa ia sedang ada urusan. Alhasil ia sekarang sedang mencari tiang sebagai tempat patokan pertemuan antara dia dan abang ojolnya.

"Tiang mana sih." Ucap Nesya kesal karena pagi ini begitu panas walaupun, katanya panas pagi sehat. Tapi, panas ya tetap panas baginya. Tidak enak.

"Ardhito gang?" Ucap pria berjaket khas driver online tersebut, wajahnya yang tertutup masker dan sebuah helm yang bertangkup dikepalanya.

"Iya Mas, saya lama nih nunggu." Ucap Nesya blak-blakan karena kesal lama menunggu.

"Maaf, Mbak. Maps nya tadi error."

Saat si Driver hendak memberikan helm kepada Nesya, ia terkejut melihat mata pelanggannya yang bengkak dan berwarna merah keunguan akibat tonjokan kemarin.

"Eh, Nesya? Mbak yang kemarin bener kan?"

"Ya ampun gak nyangka bisa ketemu sama lo lagi, haji kan?" Ucap Nesya memastikan.

"Saya belum haji mbak, saya Aji." Koreksi Ajisaka Mahamar Driver online yang sial kemarin karena terlibat keuwuwan antara Fahar dan Nesya kemarin.

Setelah, Nesya memakai helm tersebut ia pun langsung mendudukkan tubuhnya ke jok motor Aji.

"Iya, sengaja gue plesetin dikit nama lu. Biar gak kayak kanebo kering kaku banget."

Aji hanya cengengesan mendengarkan penuturan Nesya. Lalu, kemudian melajukan motornya ke arah tempat tujuan.

"Mbak, kalau boleh saya tau matanya kenapa?" tanya Aji melalui kaca spion motornya karena wajah keduanya saling dapat melihat satu sama lain.

"Jangan panggil gue Mbak, lo pikir gue kasir minimarket apa? Panggil gue nama aja." bantah Nesya.

Untuk kesekian kali Aji cengengesan dengan pelanggannya yang satu ini. Pasalnya selama baru 6 bulan menjadi ojol online ia belum pernah bertemu pelanggan semacam Nesya ini. Dan, Aji pun baru kali ini berani mengajak pelanggannya bercerita. Biasanya paling tidak dia hanya mengajak pelanggan berbicara tentang alamat ataupun menanyakan arah tujuan tidak lebih.

"Lo nanya mata gue kenapa? biasa anak muda."

Aji hanya mengangguk-anggukan kepalanya mendengar ucapan Nesya. Apakah Nesya menganggap bahwa Aji itu bukanlah anak muda pikir Aji. Sampai-sampai ia tidak di beritahu akibatnya secara rinci.

Tak sampai 10 menit Nesya tiba ke kampusnya. Perjalanan yang amat terkesan santai namun, terasa cepat baginya.

Ia turun lalu, memberika uang berwarna hijau kepada Aji.

"Makasih ya," Kata Nesya sambil diiringi dengan senyuman tipis tapi terkesan manis.

"Sama-sama Ayu." balas Aji tak kalah juga saat menampilkan senyuman.

Merasa aneh dengan panggilan Aji kepada ia pun bertanya. "Kok Ayu?" tanya Nesya menautkan alisnya.

"Kata Mbak tadi, panggil nama aja. Nama Mbak Nesya Lituhayu kan?" lontar Aji.

"Iya bener. Tapi, kenapa Ayu? Belum ada yang manggil gue Ayu." tanyanya heran.

"Ayu itu artinya cantik, sama kayak Mbak.  Jadi, gak salah kalau saya manggil Ayu sama Mbak soalnya sama arti sama-sama cantik." ucap Aji kemudian menghidupkan motor kemudian meninggalkan Nesya yang masih berdiri.

"Bisa aja kaleng khon guan."

***

Setelah, selesai dengan kuisnya tadi Nesya sekarang sedang dilanda khawatir dengan seseorang. Perihalnya sejak kemarin ia belum mendapat kabar darinya sampai saat ini. Tidak mungkin pria itu lupa dengan Nesya?

MADE FOR EACH OTHER [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang