[3 : gelang hijau]

68 8 15
                                    

|Ended in regret|

Vote & coment, thanks^^

Happy for reading
__________

Bara memasuki rumah megah keluarga Pahlevi tersebut, rumah itu terlalu megah untuk di tinggali dua orang menurutnya. Bahkan rumah itu kadang tak berpenghuni jika Bara dan Ayahnya tak ada di sana.

Bara masuk ke dalam rumahnya itu tanpa menghiraukan Zayn-ayahnya, yang sedang fokus dengan laptopnya. Bara tak peduli apapun yang Zayn lakukan, Zayn bahkan jarang mempedulikan keadaannya yang bisa di bilang sekarat.

"Besok kamu ga boleh bolos cek up lagi." Ucap Zayn dengan mata yang masih fokus ke arah laptop, perkataan Zayn tadi membuat langkah Bara terhenti.

Pria itu terkekeh kecil, "Sejak kapan ayah peduli sama Bara?" Tanya Bara membuat Zayn yang sedang sibuk dengan laptopnya kini menghentikan kegiatannya, lalu perlahan menoleh ke arah Bara.

"Bara, kamu seharusnya nurut sama ayah kamu!. Ini semua demi kesehatan kamu!" Tegas Zayn.

"Lebih baik Bara mati dari pada hidup sama ayah yang gila kerja." Ujar Bara, lalu kembali melangkah kan kakinya santai menuju tangga.

"Bara!, Ayah kerja demi kamu!. Kalau ayah ga kerja siapa yang bakalan nafkahin kamu!?" Ucap Zayn dengan nada bicara lebih tinggi kali ini.

Bara menghentikan langkahnya lagi, lalu kini menoleh ke arah Zayn.

"Kenapa baru sekarang?, Kalau aja dulu ayah bisa nafkahin keluarga kita lebih layak bunda pasti ga bakalan sama laki laki itu yah!"

"Itu bukan salah ayah!, Memang dasarnya bunda kamu saja yang mata keranjang!"

Bara terdiam, tangannya terkepal. Seharusnya dirinya memang tak pulang hari ini. Dengan cepat pria itu memutar balik tubuhnya, dan melangkah keluar rumah.

"BARA!" teriak Zayn namun tak di ubris putra semata wayangnya itu.

•••••

Bara melajukan motor ninjanya itu dengan kecepatan tinggi, kali ini emosinya benar benar tak terkendali. Bahkan pria itu sesekali melewati lampu merah membuat pengendara lain berteriak protes.

Untungnya jalanan hari ini tak terlalu ramai karena malam ini sudah menunjukkan pukul setengah 12 malam.

Tak butuh waktu lama, Bara kini sudah sampai di rumah kecil, tempat di mata markasnya dan teman temannya berada.

Sebenarnya Bara bergaul dengan banyak pria di luar sana, bahkan banyak yang lebih tua darinya. Pergaulan Bara sebenarnya terlalu liar untuk remaja seumuran dengannya.

"Widih bro!, Akhirnya lu datang juga!" Ucap Yudhi, pria pengangguran yang hobinya berkeliaran tengah malam. Dan yang paling penting, punya hobi balapan.

Bara menatap semua orang yang ada di markas nya itu dengan wajah datar, lalu membaringkan tubuhnya di atas sofa lusuh yang sudah lama ada di sana.

"Hari ini gw yang balapan" ucap Bara dengan mata yang terpejam.

"Serius?, Lo tau kan kali ini kita bakalan tanding bareng siapa?" Kini Didi yang bersuara, pria itu sedang bermain catur dengan Tio sekarang.

Ended in regretWhere stories live. Discover now