[6 : 'Gw yang anter']

58 9 19
                                    

|Ended in regret|

Vote & coment, thanks^^

Happy for reading
__________

Bara terdiam di depan pintu UKS, pria itu tampak ragu untuk masuk ke dalam ruangan tersebut. Ntahlah, di dalam pikirannya tidak terlalu penting juga kehadiran dirinya di sana. Namun di sisi lain dirinya juga merasa kasihan kepada Nada yang sedang berbaring lemah di sana tanpa seorang pun menemaninya.

Tak ingin berpikir lama, dengan perlahan tangan Bara memegang ganggang pintu UKS di hadapannya itu. Segera membukanya.

Namun belum di buka, Bara tampak sedang meringis kesakitan lalu memegang bawah perut sebelah kanannya dengan keras.

Ah, itu sangat sakit. Dirinya selalu merasakan ini jika pria itu tak pergi cek up sesuai jadwalnya.

Dirinya benci cuci darah, dirinya benci bau obat obatan. Menurut Bara, biarkan dirinya mati perlahan. Toh semua juga akan kembali padanya.

Perlahan sakit yang tadi menghilang, namun tubuh Bara masih merasa lemas.

Dengan cepat pria itu pergi dari sana, seharusnya Bara memang tak kesana.

Seharusnya memang dirinya tak melakukan itu.

•••••

Gadis cantik yang sudah sedari tadi tertidur di atas ranjang itu terbangun, perlahan kelopak matanya terbuka.

Hal pertama yang dirinya lihat adalah sebuah ruangan yang di dominasi warna putih tulang, juga bau obat obatan yang menyeruak ke dalam Indra penciuman nya.

Tak ada seorangpun di ruangan tersebut, tentu saja. Lagi pula siapa yang mau melihatnya.

Perlahan Nada mengubah posisi tidurnya menjadi duduk. Sesekali memegangi pelipisnya yang masih sedikit pusing.

"Ssshh" ringisnya.

Gadis itu lalu menatap ke arah jam di dinding, ah sial. Dirinya bahkan tak dapat menemui Bara di saat jam istirahat nya. Sekarang sudah pukul 11 siang lebih.

Sudah saatnya untuk pergantian jam.

Gadis itu menghela nafas, lalu berniat untuk beranjak dari ranjangnya.

Namun di detik berikutnya pintu UKS tersebut terbuka, Nada tersenyum. Lalu menatap ke arah pintu UKS berharap Bara peduli dan datang untuk menjenguknya.

"Bar___" Ucapannya terpotong, senyumnya juga sirna saat mengetahui bukan Bara yang datang. Melainkan Tsania.

Gadis itu terlihat sedang tersenyum puas seraya menatap ke arah Nada sekarang.

"Kenapa?" Tanya Nada membuka suara.

"Lo di panggil sama buk Tina" jawab gadis di hadapannya.

"Ngapain?" Tanya Nada tak paham.

Tsania berdecak, gadis itu lalu mendelik. "Ya mana gw tau!, Ke sana aja Napa!. Buang buang waktu gw aja" jawab gadis itu dengan sarkas, lalu pergi meninggalkan Nada yang masih terdiam di sana.

Ended in regretWhere stories live. Discover now