[9 : 'seharusnya' ]

91 8 5
                                    

|Ended in regret|

Vote & coment, thanks^^

Happy for reading
__________

Nada terdiam menatap formulir yang di bagikan oleh Bara untuk kelasnya Minggu lalu, gadis itu menatap formulir di hadapannya dengan pikiran yang sedang melayang ntah ke mana.

Kejadian tadi masih terngiang di memory nya.

Bara menatap Arka dengan tatapan elang, pria itu turun dari motornya lalu mendorong Arka dengan sangat keras.

"Jauhin cewe gw, anjing!" Umpat Bara kasar.

Nada sempat terdiam mendengar ucapan Bara, pria itu bahkan malu mengakui bahwa Nada miliknya. Namun mengapa pria itu berbeda di depan Arka?.

Arka mengeluarkan smirk nya, pria itu kembali mendekat.

"Emangnya Lo pernah hargain kehadiran Nada?" Ucap Arka menggoda Bara agar emosi pria itu naik.

Arka berdecih, pria itu mengeluarkan mimik wajah pura pura terkejut. "Oh iya gw lupa!, Nada kan cuma bahan taruhan lu doang" Ungkap Arka untuk ke sekian kalinya. Pria itu lalu tertawa penuh kemenangan, seakan akan membangkitkan emosi Bara.

Bara masih terdiam, ini bukan tempat yang tepat untuk dirinya mengeluarkan seluruh emosinya kepada Arka.

Tak mau ambil pusing, Bara kini menatap Nada. Gadis itu tampak sedang terdiam dan berpikir. Sebenarnya apa maksud Arka?, Mengapa pria itu selalu saja berkata tentang 'bahan taruhan'?

"Lo pulang" perintah Bara seolah tak ingin di bantah.

Nada mengangguk menuruti ucapan Bara, setelahnya gadis itu pergi.

Nada tak tau bahwa Arka menatap kepergiannya dengan wajah kesal, padahal niat pria itu baik. Dirinya hanya ingin melindungi Nada dari ayahnya yang pemberontak, siapa tau saja jika Alex Tiba tiba bermain fisik dengan Nada.

Nada menggeleng kan kepalanya menyadarkan dirinya sendiri dari lamunannya itu.

Gadis itu kini kembali menatap formulir persami nya yang akan di adakan besok, dirinya sangat senang tentunya. Karena gadis itu bisa melihat Bara dengan sepuasnya.

Secara Bara adalah wakil ketua OSIS, jadi pria itu bisa saja selalu memberi pengumuman pengumuman penting untuk para siswa/siswi yang mengikuti persami.

Hitung hitung membantu Angga Pratama, sang ketua OSIS yang super sibuk.

TOK! TOK! TOK!

"WOI! KELUAR KAMU!" Teriak seorang pria paruh baya, Nada tau pasti itu Alex.

Nada meringis, tubuhnya gemetar. Setiap Alex berteriak seperti itu pasti pria itu sedang mabuk sekarang.

"KELUAR KAMU!" Teriak Alex lagi.

Nada tetap terdiam di tempat, gadis itu selalu takut jika Alex selalu berteriak dan memukul mukul pintu kamarnya. Oleh karena itu Nada selalu mengunci pintu kamarnya agar Alex tak bisa masuk semudah itu.

BRAK!

Nada terkejut, ah sial. Pintu kamarnya di dobrak begitu saja oleh sang ayah. Air mata Nada dengan cepat berkumpul di pelupuk matanya.

Alex menatap Nada dengan penuh nafsu, pria itu pasti ingin menjual nya lagi untuk pria cabul.

Nada menangis dalam diam, Alex semakin mendekat.

Ended in regretWhere stories live. Discover now