[8 : paksaan]

92 9 19
                                    

|Ended in regret|

Vote + coment, thanks^^

Happy for reading
___________

Nada tersenyum, apa yang dirinya lihat saat ini bagaikan ilusi. Dalam hati gadis itu berdoa agar apa yang dirinya lihat bukanlah sebuah ilusi.

"Lo gila?, Ini udah malem. Jangan main hujan" Ucap pria itu tetap dengan wajah datarnya, pria itu sedikit kesal dengan tingkah Nada saat ini. Mengapa gadis itu hujan hujanan pada malam hari begini.

Nada tetap tersenyum, perlahan gadis itu berdiri. Lalu menatap pria di hadapannya penuh arti.

"Hiks, Bara..." Panggil gadis itu dengan isakannya, ya. Itu Bara, siapa sangka pria di hadapannya ini ternyata memiliki hati. Ini bukti nyata bahwa hati Bara murni tak terbuat dari batu, walau memang Bara selalu bersikap semaunya.

Bara menatap Nada dengan tak tega. Dengan cepat pria itu menarik tangan Nada untuk ikut bersamanya, kebetulan di dekat cafe itu ada sebuah toko. Mereka berdua bisa berteduh sejenak di sana, setidaknya sampai hujan mereda.

•••••

Nada tak henti hentinya tersenyum menatap Bara yang sedang menatap datar hujan deras di hadapannya.

"Jangan gr lu, gw kebetulan aja lewat sini" Ujar Bara seakan akan Nada bertanya kepadanya.

Nada terkekeh geli mendengar ucapan Bara tadi, tak apa. Ntah apapun alasan Bara tadi, namun satu yang dirinya pikirkan. Setidaknya Bara datang di saat dirinya memang tak punya siapa siapa.

Come on, sudah berkali kali tertulis. Bahwa Bara lah satu satunya pria yang bisa membuat Nada tersenyum, walau Nada tak ada apa apanya di bandingkan dengan Bara yang menjadi idola seantero Smaga.

"Ngapain ketawa Lo" tanya Bara menndengar kekehan Nada tadi.

"Ng-nggak, a-aku cu-cuma gemes aja" jawab Nada dengan gigi yang sedang gemetaran, Bara menoleh menatap gadis di sebelahnya. Tampaknya Nada diam diam kedinginan.

Bara berdecak, pria itu lalu membuka jaket kulit yang sedang dirinya pakai sekarang. Lalu menaruhnya di kedua lengan Nada.

Gadis itu terpaku, walau se sederhana ini. Namun dirinya sangat bahagia. Gadis itu kembali tersenyum, sementara Bara tetap santai setelah memperlakukan Nada tadi.

Pria itu kembali menatap hujan dengan wajah datarnya itu.

Namun Nada tak tahu, Bara sedang mati Matian menahan dingin sekarang. Daya tubuh pria itu melemah karena penyakitnya.

Namun Bara masih bisa menahan itu, perlu kalian ketahui bahwa Bara sekuat itu. Pria itu bisa saja pingsan sekarang, namun Bara tak selemah itu.

"Kamu suka hujan?" Tanya Nada membuka suara.

Bara terdiam, namun tak lama pria itu menjawab. "Gw ga tau" jawabnya Sangat singkat dan tak pasti.

Nada mengangguk, lalu gadis itu menatap kembali hujan.

"Aku suka hujan, ada hari di mana aku bener bener sedih. Tapi hujan bisa nutupin semuanya buat aku, seakan akan aku menangis bersama hujan" Ungkap gadis itu dengan tersenyum.

Ended in regretWhere stories live. Discover now