Chapter 8- Seven

399 63 79
                                    

Chapter 8
Seven

"Lucy!!!" teriak Naell.

Dengan gerakan cepat. Lu menerjang Naell dalam sebuah pelukan, ketika cowok Servamp itu berada di hadapannya.

Seluruh wajah Lu nampak pucat pasi. Kedua tangannya memegang erat kaos baju Naell dengan kuat.

Ada yang terjadi, batin Naell. Dia berusaha mencari luka atau sesuatu yang membuat Lu terluka. Tetapi nihil, dia tidak menemukannya.

Tubuh Lu tampak baik-baik saja. Tetapi seluruh tubuhnya seolah gemetaran akan perasaan ketakutan terhadap  sesuatu.

"Lu, ada apa?" bisik Naell dengan pelan. Dielusnya surai Lu dengan lembut.

"Peluk gue," balas Lu, "gue hanya butuh itu."

Sedikit tersentak kaget. Namun, Naell tetap menuruti keinginan Lu. Di peluknya tubuh sang Akaishi dengan dekapan yang semakin erat. Bahkan dirinya sendiri bisa merasakan seluruh tubuh Lu hanya dalam sebuah pelukan.

Suara bising akan pertempuran masih berlangsung di belakang mereka. Naell sedikit menengok untuk melihat laju pertarungan.

"Diwangka sangat kacau, Lu. Gue pikir, gue harus membantu mereka."

Lu tak menjawab. Hanya cengkraman di kaos Naell yang semakin menguat. Memberi jawaban bahwa dia hanya ingin Naell tetap disisinya.

Lu sendiri berusaha sekuat mungkin menjernihkan pikiran dan hatinya tentang apa yang ia lihat. Setelah cukup yakin untuk beberapa saat. Lu pun melepaskan pelukannya.

"Kita harus menyelamatkan para sandera," seru Lu. "Klan Kurosaki mengepung seluruh kastil dan mencari artefak sihir milik masing-masing asrama."

"Hmm," gumam Naell.

"Gue ingin lo tinggal dan membantu mereka untuk menghancurkan pelindung yang dibuat Kurosaki."

"Dan lo?" tanya Naell dengan tidak terima.

"Gue akan ke suatu tempat."

"Tidak!" larang Naell.  "Kemana lo pergi. Gue akan ikut."

Lu menggeleng kepalanya pelan. Lalu meraih kedua jemari tangan Naell dan menggenggamnya dengan erat. Sorot matanya terlihat sendu.

"Gue akan manggil lo. Saat gue merasa terdesak. Ini masalah perempuan."

Lu tahu, Naell tidak akan ikut campur kalau sudah menyangkut masalah kewanitaan. Raut wajahnya berubah aneh. Tetapi, dia tetap mengontrol emosinya.

"Dengan siapa?" tanya Naell dengan sorot mata posesif. Tetapi dia langsung sadar, sedetik kemudian bahwa pertanyaan itu sia-sia saja. Hanya ada satu wanita yang akan Lu cari jika sudah berkaitan dengan masalah seperti itu.

.
.
.

"Mia!!!"

Lu terus mengetuk pintu rumah sahabatnya itu. Tetapi tidak ada tanda-tanda keberadaan seseorang. Pasir hitam masih setia bergelut di atas langit Aveyard.

"Sial!!" Lu mengumpat kesal. Sebab dia baru teringat. Kalau seluruh penduduk Aveyard telah diungsikan ke tempat yang lebih aman.

Namun, masalahnya sekarang adalah Lu tidak tahu. Di mana tempat pengungsian tersebut berada.

Lu memandang ke sekitar. Sepi dan senyap. Tidak ada tanda-tanda keberadaan seseorang.

Lu berpikir keras. Mungkin dia harus pergi ke tempat dimana seseorang bisa memberikannya sebuah informasi.

RAIKAGE (Season 4 Penyihir Diwangka)ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang