LDR 19✨

122 10 14
                                    

Happy reading ❤️

"Sedih bisa tertutupi hanya dengan sedikit candaan. Tapi tak bisa menghapus sedih yang sudah membekas."

Malam ini, mereka berlima sedang menunggu waktu keberangkatan. Kurang dari dua puluh menit waktu yang tersisa. Reina mengecek kembali ponselnya, barangkali pesan yang tadinya ceklis berwarna biru mendapat 'kan balasan. Namun, semuanya hanya khayalan semata.

Reina menatap sekelilingnya, berharap menemukan sebuah jawaban. Kemudian, jemarinya menari dibenda persegi itu. Mengetik sebuah pesan untuk mengatakan perihal keberangkatan dirinya.

Aku berangkat dulu
Aku sayang sama kamu, Han
Di sini udah malam, night, ya🤗

Reina ingin menangis detik ini juga, entah lah. Akhir-akhir ini Reina merasa jika hubungan nya dengan Farhan sedang tidak baik-baik saja. Bukan Reina yang sudah tidak percaya lagi dengan Farhan. Namun, sikap lelaki itu sudah menunjukkan ketidak tertarik 'kan lagi.

Terdengar suara yang mengatakan keberangkatan mereka, Reina pun menarik kopernya.

Mereka berlima tidak terlalu banyak membawa barang, hanya koper berukuran sedang dan sebuah sling bag.


"Oowh iya, Rei nanti kita nginap di hotel dekat bandara aja, ya. Kalau kita langsung ke villa gue, gak memungkinkan. Mengingat kita tiba di sana sekitar jam sebelas kurang," ucap Jesi.

"Yaudah, gue ngikut aja. Dan, yang lo bilang ada benarnya juga. Kita butuh istirahat juga."

Mereka pun memasuki pesawat, untuk pergi menuju kota Lombok.

Tak terasa sudah hampir tiga jam waktu yang mereka gunakan di dalam pesawat. Reina dan yang lainnya mengambil koper mereka, dan berjalan keluar area bandara.  Jesi sudah menghubungi taxi online untuk mengantarkan mereka ke hotel yang berada didekat bandara.

Sesampainya di hotel, mereka semua langsung membersihkan tubuh mereka di kamar mandi. Mereka memesan kamar yang cukup untuk menampung mereka berlima.

Setelah selesai mandi, Aulia berinisiatif untuk menyediakan makan malam untuk mereka. Sebenarnya tadi mereka sudah makan didalam pesawat. Namun, yang namanya habis perjalanan jauh pasti lapar.

Hotel ini juga menyediakan berbagai bahan makanan mentah bagi para penghuninya. Setiap kamar disediakan bahan makanan. Aulia mulai memotong bawang merah dan putih. Kemudian, Aulia mengambil lima bungkus mie instan untuk dimasak.

Terdengar suara derap langkah orang, yang tak lain adalah Jesi.

"Lo, mau ngapain, Aul?" tanyanya sembari mengambil buah yang ada dikulkas.

"Gue mau masak, pasti lo semua pada lapar 'kan," tebak Aulia yang mengetahui sifat temannya ini.

"Mau gue bantuin gak?" tawar Jesi.

"Gue cuman masak indomie goreng doang, gak usah. Lo mending duduk aja, atau gak panggil yang lain!" saran Aulia.

"Yaudah, gue panggil mereka, ya," ucapannya kemudian pergi meninggalkan Aulia yang sibuk dengan kegiatannya.

Aulia mengambil sebuah panci, mengisinya dengan air minum dan memasukkan mie instan tadi untuk direbus. Setelah beberapa menit direbus hingga lunak, mie instan ditiris 'kan. Kemudian ia mengambil wajan untuk menumis bawang putih, bawang merah, jahe, sosis yang sudah dipotong kecil-kecil. Setelah ditumis dengan sedikit minyak sayur, Aulia pun memasukkan mie yang sudah ditiriskan tadi kedalam wajan. Kemudian, memberikan saus dan kecap.

Long Distance RelationshipWhere stories live. Discover now