Day Three

6.6K 1.1K 194
                                    

"Hyung, aku berangkat!"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Hyung, aku berangkat!"

Blam!

Setelah dirasa sudah cukup aman, Chenle mengendap masuk kedalam kamar Jisung, dibukanya laci meja belajar milik Jisung, tangannya menggapai sebuah barang yang sudah diincar dari kemarin. Kemudian Chenle keluar dari kamar, mendudukkan diri di sofa sembari memandang sebuah kotak obat yang bertuliskan Benzodiazepine.

Hng?

Nama yang asing dibenak Chenle. Karena setumpuk rasa penasaran, Chenle membuka handphonenya berniat mencari fungsi obat itu digoogle, namun, baru saja ia menyalakan gawainya, layar kunci tiba-tiba berubah menjadi layar panggilan dengan nama Hendery Ge yang terpampang.

Dengan rasa malas yang menguasai, Chenle mengangkat panggilan tersebut. "Ada apa, Ge?"

"Pulanglah, Ayah sudah memaafkanmu."

"Pardon? Memangnya kapan aku meminta maaf?"

Yang di seberang sana mengecapkan lidah. "Berhentilah bergurau. Ngomong-ngomong, kau dimana sekarang? Tidak mungkin 'kan, setelah diusir kau malah tinggal di kolong jembatan?"

"Aku bukanlah anak emas yang diberi hadiah ulang tahun berupa rumah oleh Ayah, maka dari itu aku berbagi uang sewa tempat tinggal dengan seseorang sekarang."

Sarkasme Chenle diterima Hendery dengan jelas, namun dia memilih abai. "Hm, sudah? Kalau sudah, pulang."

"Tidak bisa," ucap Chenle tegas, memang setelah tinggal disini Chenle merasa diberi amanat untuk menjaga Jisung. Karena apa? Anak itu masih labil, dia sakit mentalnya dan tentu saja tidak bisa ditinggal sendirian. Beberapa lembar kisah milik Jisung kemarin belum cukup untuk menceritakan betapa sakitnya Jisung.

"Baiklah jika keputusanmu begitu. Tapi beritahu kau tinggal dimana dan dengan siapa, supaya aku dapat mengawasi bocah bejat sepertimu."

Chenle tidak marah ketika dipanggil bocah bejat oleh saudara kandungnya, toh memang itu kenyataannya. "Jisung Park. Untuk alamatnya—"

"Gotcha!"

"Hng? Gotcha? Maksudmu?"

"Tidak. Siang ini setelah menyelesaikan pekerjaan, aku akan berkunjung, tolong kirim alamatmu di Line, kutunggu. Bye."

Setelah serentetan kalimat itu dilontarkan, telepon dimatikan sepihak, Chenle yang sudah memaklumi kebiasaan tidak sopan kakaknya itu hanya bisa mendengus sebal. Walaupun kesal, dia tetap membagikan alamat rumahnya kepada Hendery.

Dan benar saja, tepat pada pukul dua siang Hendery datang dengan setelan kantor yang masih melekat di badan. Chenle meletakkan dua gelas milk tea yang baru saja dibuatnya lalu duduk disebelah Hendery.

"Jisung, dimana dia? Aku ingin bertemu dengannya," ucap Hendery tanpa basa-basi, langsung to the point.

"Kenapa kau datang-datang malah menanyakannya? Kau tidak rindu dengan adikmu ini?"

7 Days | ChenJiWhere stories live. Discover now