Day Five

6.2K 1.2K 146
                                    

Terimakasih banyak! Berkat orang-orang baik seperti kamu, cerita tijel ini bisa mencapai 1k readers. Ueueueueue makasih banyak pokoknya!!😭💕

Tapi banyak yang sider ya, yang voment kudoain jadi jodohnya Taeyong deh

Tapi banyak yang sider ya, yang voment kudoain jadi jodohnya Taeyong deh

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.

Mentari datang menggantikan tugas rembulan yang berjaga semalaman. Sinarnya menyelinap melalui celah-celah jendela salah satu kamar di rumah Jeno yang Chenle tempati.

Kini sang pemeran utama dalam cerita tengah berpamit pulang kepada pemilik rumah. Selain memutuskan pulang karena khawatir dengan Jisung, rumah ini juga akan kosong karena pukul jam sembilan pas Jeno dan Mark akan terbang menuju Canada. Jadi tidak ada alasan lain lagi untuk Chenle menetap disini.

Setelah turun dari taksi yang ditumpanginya, dengan buru-buru Chenle memasuki rumah, entah kenapa firasat buruk menyelimuti Chenle sejak kemarin malam. Dan rasa gundah itu terbukti ketika membuka pintu kamar Jisung, entah sudah yang keberapa kali Chenle melihat Jisung dengan kondisi seperti ini. Duduk meringkuk di sisi ranjang dengan keadaan yang kacau balau, matanya sembab berlinang air mata, rambutnya lepek karena dibasahi oleh keringat, pakaiannya masih sama dengan yang kemarin ia pakai. Bedanya dari yang kemarin, kondisi kamar ini sama kacaunya dengan pemiliknya.

Chenle menggerakkan bahu Jisung, bertanya padanya apakah ia baik-baik saja walaupun jelas jawabannya adalah tidak. Yang lebih tua melirik lengkungan hitam dibawah manik yang lebih muda, dia tidak tidur? Duganya.

Drrt! Drrt! Drrt!

Dengan lancangnya tangan Chenle terulur mengambil handphone yang baru saja bergetar di atas kasur. Netra gelapnya membulat ketika membaca pesan singkat dari nomor tak dikenal, mulutnya mengeluarkan serapah tak terima di saat itu juga.

+82xxxx

| Hey, kemari ke tempat biasa, sekarang
07.00

| Wah, sudah berani mengabaikan pesanku, ya?
07.05

Dua panggilan tak terjawab

| Sialan
| Masih belum puas dengan apa yang kulakukan kemarin siang?
07.20

| Anak miskin modal beasiswa sepertimu saja banyak belagak
| Lihat saja besok, akan kubuat kau bertekuk lutut kepadaku
08.00

Bohong kalau dibilang Chenle tidak mengetahui apa yang terjadi dengan Jisung. Dia sudah banyak mengetahui Jisung lewat Hueningkai, termasuk pembulian yang dialami Jisung. Hanya saja, dia menunggu waktu yang tepat untuk membasmi semuanya.

Dan sekaranglah saat yang tepat.

Chenle menggenggam gadget Jisung kuat-kuat hingga layarnya sedikit retak. Sial, amarah sudah memenuhi seluruh raganya. Pemuda itu berdiri, dengan gawai yang masih berada ditangan kanannya dia berlari penuh emosi menuju sekolah Jisung, masa bodoh dengan jaraknya yang cukup jauh dan keadaan Jisung yang sedang tidak baik. Pokoknya sekarang dia sedang marah.

7 Days | ChenJiOù les histoires vivent. Découvrez maintenant