Day Six

6.2K 1.2K 178
                                    

Udah 2k aja makasih banyak banyak UEUEUEUEUEUE😭💕

makin banyak yang baca makin insyekur aja huhu, soalnya datar bgt cerita ini tuh, maaf yaಥ‿ಥ

makin banyak yang baca makin insyekur aja huhu, soalnya datar bgt cerita ini tuh, maaf yaಥ‿ಥ

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jika kau duga kehidupan Chenle lebih baik dari Jisung, maka dugaanmu salah. Faktanya, sifat badung yang dia miliki bukanlah sifat yang melekat begitu saja dari lahir. Kamu ingin mengetahui sesuatu tentangnya?

Oke, kalau begitu. Here we go.

Dari umur empat tahun setengah, Chenle hidup tanpa bimbingan seorang ibu. Kala itu, Chenle yang masih belum mengerti apapun hanya menonton ketika bunda meneguk racun dihadapan keluarga kecil Zhong. Duduk bersila dengan santainya sementara ayah Zhong dan Hendery yang waktu itu berumur dua belas tahun berusaha mencegah sang bunda mengakhiri hidupnya sendiri. Namun naas, dewa keberuntungan tidak memihak, belum sempat anak dan ayah itu menghalau, racun sudah masuk kedalam organ pencernaan ibunda. Tumbanglah dia setelah beberapa detik racun diteguknya.

Berbeda dengan kakak dan ayahnya yang langsung wara-wiri panik memanggil ambulan atau apa saja yang bisa menyelamatkan nyawa bunda. Dengan polosnya Chenle menghampiri bunda yang tergeletak di lantai, mulai mengeluarkan cairan bening dari mulutnya "Bunaa, jangan tidur disini. Tidur sama Lele dikamar, yuk?" Begitu katanya.

Bukan, bukan kdrt penyebab wanita itu melakukannya. Mabuk yang sudah menjadi bagian dari keseharian Zhong membawa petaka bagi keluarga kecilnya. Seorang wanita berambut sebahu tiba-tiba datang mengunjungi rumah keluarga Zhong untuk meminta pertanggungjawaban, tangannya memangku bayi laki-laki yang baru saja berumur sekitar satu bulan.

Tentu saja kedatangannya yang membawa kabar mengejutkan itu tidak membuat nyonya Zhong percaya begitu saja pada seorang stranger yang baru saha mengaku melahirkan seorang anak berdarah Zhong. Sampai pada akhirnya tes dna menunjukkan bahwa keduanya cocok. Nyonya Zhong yang depresi memutuskan untuk mengakhiri hidupnya sendiri.

Nah, sejak kepergian istrinya, sikap si suami jadi tak terkendali. Dari yang awalnya minum sembari bersembunyi menjadi minum dimanapun kapanpun. Dan pada suatu hari, Chenle menemukan sebotol vodka yang tinggal sisa setengah di meja ruang kerja ayahnya. Lalu.... kau tahu apa yang terjadi selanjutnya, bukan?

Serakah itu memang membawa buntung. Nyatanya, bukan dia saja yang kena durinya, darah dagingnya juga.

Kalimat terakhir. Jika kamu menduga si wanita berambut sebahu itu dipertanggungjawabkan, berarti, dugaanmu salah besar.

•Seven Days•

Chenle saat ini mencoba menguak siapa pelaku yang mengacau kamar Jisung. Satu-satunya clue untuk membongkarnya ya Jisung sendiri, tapi Jisung tetap tidak mau membuka mulutnya hanya untuk sekedar membahas kejadian kemarin. Karena jika dia maupun, percuma, toh dia juga tidak mengetahui apapun.

Pikiran Chenle benar-benar buntu. Mau dibiarkan, tetap tidak bisa. Dia takut hal ini terjadi lagi. Chenle sudah bertanya pada Hueningkai mengenai foto seroang wanita yang berstatus sebagai bunda Jisung beserta tulisannya yang mungkin bersangkutan dengan kejadian ini. Sayangnya, dia tidak mengetahui apapun. Yang dia ketahui hanyalah soal penindasan, cacat, miskin yang memang satu sekolah Jisung tahu akan hal itu.

Menghela nafas kasar, menyimpan segelas kopi yang asapnya masih mengepul-ngepul dimeja lalu memijat pelipis. Tidak ada satupun orang yang bisa ia curigai jika dia sendiri tidak tahu apapun. Ingin mencurigai pelaku penindasan yang melakukannya pada Jisung, tapi tidak bisa, karena Chenle tahu bahwa sang pelaku bukan mengincar kekurangan Jisung, melainkan masa lalu keluarga Jisung.

Notasi menunjuk pada pukul dua belas, sudah waktunya makan siang. Chenle memutuskan untuk keluar mencari makan, sebelum itu, dia pergi memeriksa dahulu ke kamar Jisung terlebih dahulu karena sang pemilik kamar itu belum juga menunjukkan batang hidungnya sejak kemarin malam.

Chenle menatap badan Jisung yang masih dibalut dengan selimut hangat. Lalu matanya bergulir pada wajah yang lebih muda, hidungnya merah, suhunya panas. Dia demam.

Chenle mengurungkan niatnya untuk pergi ke restoran terdekat. Lebih baik dia membuat bubur dan mengobati Jisung disini.

"Jisung, bangunlah. Kau harus minum obat, tapi sebelum itu kau harus makan terlebih dahulu." Dia menyibak selimut, lalu mengusap pelan pucuk kepala Jisung yang sedang memunggunginya.

Tanpa menunggu lama, Jisung membuka mata. Kemudian Chenle mengambil semangkuk bubur abalon di nakas, tangannya berancang-ancang menyuapkan sesendok untuk Jisung.

Tapi Jisung malah menolak, katanya dia bisa sendiri.

"Kau yakin?" Jisung mengangguk sebagai jawabannya. Dia mengambil alih mangkuk dan sendok yang semula berada di tangan Chenle.

Hening. Yang terdengar hanyalah suara dentingan sendok yang beradu dengan mangkuk. Sampai akhirnya dentingan itu berhenti kala bubur sudah habis.

"Minum obatnya, kau harus segera sembuh."

Jisung menerima sodoran obat dari Chenle. Menelannya bulat-bulat tanpa meminum air putih.

"EH, KOK BISA?! KAU HARUS MINUM, NANTI TERSEDAK." Chenle panik sendiri melihat sekeping obat lenyap begitu saja dari pandangannya.

Jisung bingung, bisa tersedak bagaimana? Padahal dia sudah terbiasa mengonsumsi obat tanpa bantuan air putih. Malas berargumen, dia meneguk segelas air yang barusan disodorkan oleh Chenle.

Setelah itu, dia mengambil handphone yang terletak di dalam laci kemudian menyalakannya. "Lanjut tidur lagi sana. Jangan bermain handphone atau sakitmu tak akan hilang," omel Chenle, persis seperti seorang ibu yang tengah marah-marah pada anaknya.

"Sebentar saja. Aku hanya akan memeriksa pesan masuk saja, kok."

"Eh?" Jisung bergumam, Chenle yang penasaran bertanya apa yang terjadi dengannya.

"Ini aneh, tidak seperti biasanya. Wali kelas bertanya kabar dan alasan kenapa aku tidak bersekolah hari ini. Beberapa nomor tak dikenal juga bertanya demikian."

"Kalau begitu bagus, banyak orang yang peduli padamu."

Mendengar itu Jisung mencipta kurva bahagia sampai netranya berbentuk seperti bulan sabit. Jari-jarinya bergerak di layar handphone, mengetik sesuatu.

Cih, sekolah yang kotor. Batin Chenle.

author note:: Mungkin kamu gak sadar, disini Chenle ngelupain sesuatu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

author note
:: Mungkin kamu gak sadar, disini Chenle ngelupain sesuatu.

Udah hari keenam aja nih, bentar lagi tamat, HEHE.


















Udah hari keenam aja nih, bentar lagi tamat, HEHE

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Don't touch me, guys. I'm bengek.

7 Days | ChenJiWhere stories live. Discover now