Day Four

6.6K 1.2K 287
                                    

600 pembaca, terus ada juga yang masukin ff ini ke reading list nya, terharu banget, terimakasih!♡

600 pembaca, terus ada juga yang masukin ff ini ke reading list nya, terharu banget, terimakasih!♡

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tok! Tok! Tok!

Chenle yang sedang bersantai di karpet depan televisi mendengus kala mendengar suara ketukan pintu yang brutal, dia tahu siapa pelakunya.

"JIKA ITU JEONGIN MAKA AKU TAK AKAN MEMBUKANYA!" teriak Chenle dari dalam rumah dengan posisi yang masih sama seperti tadi.

"Tenanglah. Ini aku, Beomgyu." Bukannya suara cempreng yang Chenle dengar melainkan suara beroktav rendah yang ia terima.

Mampus! Batin Chenle, walaupun Beomgyu itu masih satu spesies dengan Jeongin.... Ya tetap saja dia masih mempunyai urat malu. "Baiklah, aku keluar."

Seketika dia menyesal telah membukakan pintu karena bocah yang berasal dari Daegu itu tidak datang sendirian, Jeongin tengah berdiri disebelahnya sembari memamerkan cengiran tanpa dosa. Huh, pantas saja Chenle bingung darimana Beomgyu mendapatkan alamat rumahnya padahal tidak ada yang tahu selain Hendery dan Jeongin.

Blam!

Pintu dibanting dengan keras. "Aku tidak ingin bertemu denganmu!" ujar yang didalam dengan intonasi penuh dendam. "Sudah kubilang jika aku sedang mabuk, jangan antar aku kerumah! Biasanya juga kau meninggalkanku sendirian diklub!" sambungnya lagi.

Jeongin yang mendengar itu mendadak sewot. "Waktu itu aku juga mabuk, bodoh! Keluarlah, aku ingin meminta maaf."

"Netnot! Permintaan maaf tidak diterima, anda harus rela membayar denda berupa sogokan makanan," ucap Chenle dibuat sedramatis mungkin.

"Menjijikkan! Cepat keluar atau traktiranku untukmu hangus?" Ancam Jeongin yang berhasil membuat pintu terbuka dan menampilkan Chenle dengan kurva bahagianya.

"Lihatlah, kau terlihat seperti orang miskin! Biasanya juga kau yang sering menraktirku," ejek Jeongin, sementara Beomgyu hanya tertawa renyah mendengarnya.

"Kau... Orang ketiga yang mengatakan ini." Chenle memegang dadanya dramatis, tangannya menyeka mata seolah-olah ia sedang menangis, namun seperdetik kemudian ia kembali bersikap normal. "JISUNG, AKU AKAN PERGI MAKAN BERSAMA TEMANKU. BYE BYE, NANTI KUBAWAKAN JUGA UNTUKMU!" teriak Chenle pada Jisung yang tengah berkutat dengan laptopnya dikamar, seperti biasa. Kemudian dia menutup pintu lalu merangkul kedua temannya seolah lupa bahwa tadi ia masih memiliki dendam.

...

Satu jam setengah berlalu, Chenle berjalan diiringi nyanyian kecil ditengah-tengah perjalanan pulang menuju rumah. Tangan kanannya menenteng sekantung plastik yang berisi cheese burger juga mousse cake—itu menu yang paling mahal dari restoran ngomong-ngomong, mana mau dia melewatkan kesempatan emas seperti ini. Jisung pasti menyukainya, batin Chenle.

Chenle membuka pintu, tetapi pintu itu tidak bisa dibuka, alias terkunci. Lelaki itu mencoba merogoh kantong celananya, namun kunci tidak kunjung ditemukan. Lalu kemudian Chenle tepuk jidat ketika menyadari bahwa kunci itu berada di tas ranselnya, dan tas itu kini berada dikamar.

7 Days | ChenJiWhere stories live. Discover now