Day Seven

6.8K 1.1K 417
                                    

Big thanks for 3k readers! I namu namu luv you!♡

Btw aku mau nanya, penting banget, harus dijawab. Disini ada yang mulfand nggak? Kalau ada, ngestan grup apa aja?

 Disini ada yang mulfand nggak? Kalau ada, ngestan grup apa aja?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hari ini masih sama seperti kemarin. Sakit yang dirasa oleh Jisung belum juga membaik, malah kian memburuk. Kemarin malam, dia mengeluarkan kembali apa yang telah dimakannya, hidungnya mimisan sampai tiga kali jumlahnya. Sejak itulah Chenle tahu bahwa sakit yang diderita Jisung bukanlah demam biasa, melainkan..... Chenle juga tidak tahu ia kenapa, maka dari itu sekarang dia sedang memaksa Jisung untuk pergi ke dokter bersamanya.

"Aku bilang tidak mau, ini hanya sakit biasa. Kenapa kau malah bersikap seolah-olah aku sedang sakit kanker?"

"Jangan pernah menyepelekan sesuatu Jisung-ah. Aku ini khawatir denganmu, kenapa kau tidak menurut padaku walau hanya sekali?"

"Aku bisa urus diriku sendiri. Dan—"

Jisung terdiam sejenak. Pualam obdisidannya menurun; menatap tanah yang dipijak, entah bermaksud apa.

"—aku tidak butuh perhatianmu." Intonasinya bergetar. Tampak tidak yakin dengan kata-katanya barusan.

Chenle tentu saja tertohok mendengar Jisung mengatakan hal itu. Dia sudah rela tidak tidur ataupun mengeluarkan banyak uang demi Jisung. Namun, apa yang kini dia dapatkan?

"Terserah." Membanting pintu, dia meninggalkan Jisung sendirian.

Jujur saja, sejak tinggal dengan Jisung, Chenle jadi sedikit terbebani. Tapi dia rela, bahkan ia sudah menganggap Jisung sebagai anggota keluarga sendiri, awalnya. Sebelum sikap Jisung barusan membuat pola pikir Chenle sedikit berubah.

Chenle yang bingung akan pergi kemana akhirnya memutuskan untuk pergi mengunjungi kantor Hendery. Bukan ingin bertemu dengan kakaknya, melainkan disana terdapat banyak makanan enak yang dapat Chenle konsumsi dengan cuma-cuma.

"Tolong bukakan pintu, hehehe," titah Chenle pada penjaga keamanan yang sedang berdiri tepat disamping pintu ruangan CEO. Bukan menyuruh semena-mena lantaran ia merupakan adik dari sang CEO, melainkan tangannya yang penuh dengan sepiring ratatouille serta sekaleng minuman soda menyebabkan ia tidak bisa membuka pintu sendiri.

"Silahkan, tuan muda."

"Terimakasih," ucap Chenle pada pria itu, lalu sorot matanya mengarah pada Hendery yang sedang fokus pada lembaran kertas ditangannya.

"HALO GEGE JELEK KAYAK KELEDAI, AAAAAAA!" Hendery disapa oleh teriakan Chenle, iseng saja, ingin membuat kakaknya marah.

"Berhentilah berteriak, jelmaan lumba-lumba. Suaramu bisa sampai mengusir klien yang berada di ruangan sebelah." Pria itu masih sibuk dengan berkas-berkasnya.

Chenle cengengesan, dia menaruh makanan khas Prancis itu di meja Hendery. Menusuknya dengan garpu kemudian melahapnya, lalu dia berdecak kagum karena rasanya yang lezat.

7 Days | ChenJiWhere stories live. Discover now