F.15

8.5K 1.4K 135
                                    



Sorry for typo(s)







Hari sekolah telah kembali, Jaemin bangun lebih pagi sembari melakukan video call dengan sang kakak kembar yang masih bergelut dengan selimut dan sesekali mendengkur karena ketiduran. Fakta yang baru saja mereka ketahui kemarin membuat Haechan tidak bisa tidur dan berakhir memainkan game sampai dini hari.




"Echaaan! Bangun!"




Bibir si sulung mengerucut sembari merengek, ia menghadap pada layar ponsel dengan alis bertaut, "Iya, iya!" jawabnya beralih menjadi duduk dan mengangkat ponselnya dan menyilakan surainya ke belakang.




"Nanti bertemu di sekolah, ya?"




"Owkaaay! Dadah Echan!"




Haechan memperlihatkan ekspresi cium jauhnya di sana membuat sang adik tertawa kecil. Panggilan mereka berakhir dan Jaemin kembali merapikan tatanan surainya. Setelah selesai, ia meraih tas sekolah kemudian keluar dari kamar.




Tujuan utamanya adalah kamar Jeno saat ini, ia membuka kamar dengan semangat. Namun, keningnya berkerut melihat saudara angkatnya itu masih bergelung dalam selimut. Berjalan menghampiri dan mengintip dari atas.




"Jeno-ya?"




Hanya suara dengkuran yang terdengar seraya semakin meringkuk dalam selimut.




"Oh, Sayang? Sudah siap?"





Tubuhnya berbalik melihat sang Ibu yang memasuki kamar dengan membawa sebuah wadah besar dan handuk kecil di sana. Kebiasaan ini dilakukan ketika salah satu dari mereka saat sedang demam. Sebelum bertanya, Jaemin mengulurkan tangan dan memegang dahi Jeno.





"Tadi pagi tiba-tiba dia mengeluh pusing lalu Ibu cek suhu tubuhnya, sepertinya Jeno tidak bisa masuk sekolah. Tolong izinkan dulu ya, Nak."




"Kenapa bisa sakit, Ibu? Jeno jarang seperti ini."




Seulas senyum terukir di bibir Seohyun, ia sudah duduk di tepi ranjang sembari memegang tangan si bungsu, "Tidak apa-apa, namanya juga masih manusia. Bisa sakit juga, sudah Jaemin berangkat. Ibu sudah bilang dengan Paman Kyunghee dan bekalnya di atas meja, ya."





Namun, anak itu justru menggelengkan kepala, "Tidak usah, Ibu. Jaemin naik bus saja, nanti juga Ibu harus ke rumah sakit untuk periksa," tubuhnya membungkuk sejenak seraya memberi kecupan pada pipi beliau, "Jaemin berangkat dulu!"




"Hati-hati, Nak!" seru wanita itu masih memperhatikan kepergian putra bungsunya.






**






Bersandar pada besi penyangga di sana, Jaemin menundukkan kepala. Pertama kalinya untuk berangkat sekolah sendiri, ia juga merasa khawatir pada Jeno. Jemarinya ingin mengambil ponsel yang dibawa untuk menghubungi Haechan, tetapi segera diurungkan niat karena pasti sang kakak juga tengah bersiap-siap berangkat tanpa peduli pada ponsel.





Sebuah klakson membuat Jaemin terlonjak, bus yang sedang ditunggu sudah datang. Beberapa penumpang dipersilakan naik terlebih dahulu oleh dirinya apalagi mereka adalah perempuan.





"Hiks..."





Keningnya berkerut kala mendengar suara tangisan kecil, ia menoleh ke belakang dan menemukan sosok anak kecil tengah bersembunyi di balik tong sampah. Jaemin melupakan bus yang sudah tertutup pintunya dan melaju kencang.





Fratelli✓Where stories live. Discover now