F.18

9.2K 1.5K 101
                                    


Sorry for typo(s)







Salah satu keberuntungan dalam hidup adalah dikelilingi oleh orang-orang baik, Jaemin sangat bersyukur bahwa ia tumbuh dalam keluarga Jung selama ini. Kedua orang tua yang saling menyayangi dan dua kakak protektif di sana. Apalagi ketika ia mengetahui bahwa kakaknya juga berada di keluarga yang menyayanginya.




Meskipun terpisah, tetapi mereka masih memiliki orang-orang yang mau memperlakukan dengan baik dan penuh kasih sayang.




"Jaga dirimu baik-baik, ya? Maaf kalau selama ini Mom melakukan kesalahan padamu."



Sudut bibir Jaemin terangkat melihat bagaimana Haechan memeluk ibu angkatnya tersebut. Jemarinya masih bertaut pada sang Ayah yang berdiri di sampingnya, melihat perpisahan yang dilakukan si sulung pada keluarga Seo.




Beralih pada dua kakaknya di sana, Jaemin tertawa kecil melihat interaksi mereka. Haechan bukanlah sosok kakak di sana, ia menjadi seorang adik yang dimanja.




Setelah selesai mengemasi barang-barang, Siwon berdiri menghadap rekan satu perusahaannya dulu dan membungkuk seraya mengucapkan terima kasih.





"Aku tidak tahu harus membalas kalian bagaimana, terima kasih sudah merawat Haechan selama ini."




"Kau harus membayarnya," celetuk Tiffany sembari melipat kedua tangan di dada, "Buat dua putramu itu bahagia dan sehat. Aku berharap kalian akan pindah ke sini lagi."





Pria Na tersebut menyunggingkan senyum dan menganggukkan kepala, "Jika waktunya sudah tepat. Kami akan kembali."




Kelapangan dada dua keluarga tersebut membuat Siwon bersyukur luar biasa, bisa membawa dua anaknya sekaligus untuk pulang. Apalagi mengingat Donghae mengetahui keadaan Yoona sebenarnya, ia tidak tahu harus mengatakan pada Haechan dan Jaemin.




Namun, ia mengingat perkataan Donghae sebelum pergi tadi bahwa Haechan bisa mengatasinya nanti.




Di dalam mobil, Jaemin dan Haechan masih belum melepas pelukannya pada sang Ayah. Berada di kursi belakang, dada bidang Siwon menjadi bantal bagi si kembar.




Ingin sekali Siwon melontarkan berbagai pertanyaan selama hampir sepuluh tahun, tetapi ia tidak ingin merusak momen hangat ini. Lengannya masih bergerak mengusap masing-masing punggung kedua putranya.




"Bagaimana Ayah tahu?"




Atensi Siwon beralih pada si sulung Na yang bertanya seraya mendongakkan kepala, begitupula Jaemin yang merasa penasaran.




"Kepolisian Seoul menghubungi Ayah dan mengatakan bahwa ada seorang pemuda yang melaporkan penculikan anak bernama Na Jaemin," jawabnya sembari menoleh pada si bungsu, Siwon menghela napas panjang, "Ayah sempat panik karena tak mendengar nama Haechan dalam keluarga Donghae di sana. Tanpa membawa apa-apa, Ayah langsung saja ke sini untuk memastikan."




Pelukan Jaemin terlepas, bibirnya mengerucut dan tangan itu terangkat menunjuk wajah kakaknya, "Echan, Ayah! Aku memakai nama asli supaya mudah ditemukan, tapi dia memakai nama palsu, Donghyuck!" adunya kesal.




Ya, kalau saja sejak pertemuan pertama mereka saling mengetahui nama asli masing-masing pasti tidak akan berlangsung lama perpisahan ini.




"Aku kan sudah minta maaf, Nana! Masih terbawa janji dengan Ayah dan Mama, kan."




Mereka masih sama di mata Siwon, bagaimana ia melihat Haechan yang membujuk adiknya untuk tidak kesal lagi membuat pria tersebut menyunggingkan senyum lebarnya. Tangannya terangkat menggenggam kedua pergelangan tangan si kembar.





Fratelli✓Where stories live. Discover now