12 •• Bodo Amat

13.4K 879 5
                                    

"An, tau nggak, Devon tadi ngeboncengin cewek. Kata orang-orang sih dia adek kelas, dia murid baru, belum lama ini masuknya. Kata orang-orang dia cantik loh An." Andrea sudah tidak tertarik lagi mendengar nama Devon disebutkan di pagi barunya ini. Sinta yang melihat sahabatnya yang terlihat aneh itu mulai berpikir macam-macam.

"An, lo dengerin gue ngomong nggak sih?" Andrea yang ditanya seperti itu hanya menoleh sebentar lalu mengangguk. Sinta yang melihat tanggapan Andrea barusan malah kembali berpikiran yang tidak-tidak. Tumben sekali sahabatnya ini cuek-cuek saja mendengar cerita Devon.

"Kok lo nggak ada kepo-keponya sih? gue tadi bicarain Devon loh ya An! biasanya kalau tentang Devon, lo langsung ikutan nyerocos. Kenapa lo?" Tanpa ada jawaban dari Andrea satu kata pun.  Sinta menoleh ke depan ke arah pandangan Andrea berhenti.

Andrea berhenti sebentar, tepat di koridor ia melihat Devon dan cewek yang diceritakan oleh Sinta. Andrea sebenarnya gugup, mulutnya juga sudah gatal untuk meneriakkan nama Devon. Sebisa mungkin, Andrea menahannya. Devon yang melihat Andrea terdiam juga menghentikan langkahnya.

Syakila yang melihat Devon berhenti, langsung menatap ke arah mata Devon memandang. Di depan sana terlihat gadis cantik tinggi, rambut lurus yang diurai. Dia juga menatap ke arah Devon. Syakila langsung paham, pasti dia Andrea. Hal itu, karena namanya sering ia dengar dari cerita teman-temannya yang sering menggosip tentang cewek itu. Dari cara Andrea memandang Devon, Syakila bisa menyimpulkan jika cewek itu sangat mencintai Devon.

Andrea tidak bisa menyebut nama Devon sesenang dulu. Dari arah kelas Andrea, Fila meneriakkan nama Devon. Hal itu mengundang para murid lain untuk memandang ke arah mereka.

"An lo yang kuat ya..." ucap Sinta yang melihat sahabatnya langsung lesu itu. Andrea mencoba untuk tetap tegar dan tersenyum. Sakit? iya. Apalagi kalau cuma pura-pura dan ditanggapi seperti nyata.

"Gue nggak apa-apa kok Sin, thanks udah care sama gue." Andrea melanjutkan langkahnya menuju ke kelas. Tanpa Andrea sadari, Devon memperhatikan kepergian Andrea dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.

"Von, kok lo diam aja sih! dia siapa von?" tanya Fila kepada Devon penasaran. Fila juga kesal sendiri melihat Devon. Lelaki itu ditanya malah bengong saja.

"Ohh, dia Syakila. Sya kenalin ini yang namanya Fila." Syakila hanya pura-pura tersenyum mendengar ucapan Devon. Syakila berusaha untuk mengajak Fila kenalan dengan mencoba mengajak bersalaman, namun jangankan Fila membalasnya, ia malah mengabaikannya. Devon yang melihat hal itu pun mencoba untuk mengalihkan pembicaraan.

"Yaudah, kamu mau kemana? soalnya aku mau masuk ke kelas." Tanya Devon dengan senyuman mengembang kepada Fila. Tangan Devon juga tidak lupa untuk mengacak-acak rambut Fila karena gemasnya. Syakila yang melihat itu pun serasa ingin muntah seketika. Bagaimana Devon mudah jinak hanya karena Fila? sungguh tidak masuk akal.

"Gue juga mau ke kelas aja von, ini kan udah mau masuk. Oh ya, nanti istirahat ke kantin bareng ya." Devon mengangguk paham lalu masuk ke kelas meninggalkan Syakila dan Fila.

Fila yang melihat Devon sudah masuk ke kelas, mulai mendekati Syakila. Ia berbisik secara tajam di telinga Syakila. Syakila sempat melirik ke arah Fila, terlihat jelas di wajah gadis itu perasaan tidak sukanya. Yang bisa dilakukan oleh Syakila saat ini ialah mencoba untuk tetap tenang agar tidak terpancing emosi. Syakila tidak ingin dirinya sampai kelepasan menghabisi perempuan di depannya ini. Dia yakin, jika sudah terbawa emosi ia tidak akan segan-segan menghajar orang yang melecehkannya.

"Gue bakal ngebuat perhitungan sama lo, karena udah berani ngedeketin Devon! adik kelas aja belagu!" Fila berjalan meninggalkan Syakila yang terdiam di sana. Emosi Syakila sudah mencapai ubun-ubun. Siapa dia seenaknya mau bikin perhitungan dengan Syakila? namun Syakila tetap mencoba tenang menanggapi hal itu.

B U C I NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang