19 •• Tragedi Perburuan

8.5K 658 8
                                    

••••
Untuk saat ini, biarkan aku memperjuangkanmu. Kalau besok atau lusa, aku tidak tau masih di tempat yang sama untuk memperjuangkanmu atau malah ganti meninggalkanmu.
••••

"Kak Vita! Ini gimana cara make'nya coba? Masa iya, gue make' baju kurang bahan ginian?" Andrea berlari menuju ke arah Vita yang masih duduk di kursi. Vita yang ditanya pun menoleh ke arah gadis itu sebentar, sedetik kemudian, ia langsung tertawa melihatnya.

"Lah ngapain kakak ketawa? Ini gimana coba make'nya? Perasaan kaya' kebalik deh?" ucap Andrea lalu menunjukkan ke arah bagian lehernya. Sungguh gadis bodoh, memakai baju seperti itu saja tidak bisa, malah cita-citanya setinggi angkasa pengen jadi model internasional. Itulah cita-cita Andrea yang baru ia rancang dua minggu lalu. Ia berkeinginan untuk menjadi model terkenal.

"Ini mah emang kebalik! Udah sana, cepet ganti! Setengah jam lagi pemotretan dan lo belum dimake-up in!" Andrea berlari kecil ke arah ruang ganti. Gadis itu kesal melihat pakaian yang akan dikenakannya itu. Jelas-jelas fashion yang dia pakai kali ini memperlihatkan bagian kaki jenjangnya yang putih mulus itu. Andrea tidak rela jika orang-orang melihatnya seperti bayangannya.

Lima menit di ruang ganti, akhirnya ia keluar dengan tampilan yang terlihat mengesankan. Pantas juga kalau Andrea menjadi primadona sekolah, baru pakai baju seperti itu saja sudah kelihatan aura cantiknya.

Vita mengajak Andrea untuk segera ke ruang make-up. Ia akan dirombak agar menjadi cantik luar biasa. Setelah terpilihnya Andrea menjadi model majalah itu, ia memutuskan untuk mengangkat Vita sebagai manager nya. Ya, walaupun untuk awalan ini Andrea belum mendapatkan pemasukan dari pekerjaannya menjadi model, ia tetap optimis dan Vita juga tidak mempermasalahkan gajinya itu.

Setelah selesai dirombak, Andrea sungguh terlihat menjadi seorang model yang dewasa. Polesan natural tetapi flawless  itu berhasil mengubah tampilan wajah Andrea.

"Gila! Lo cantik banget kalau dimake-up in! Kalau gini mah, gue yakin majalahnya juga bakal laris!" Andrea berdecak kesal. Biasanya yang norak kan dirinya, kenapa malah jadi Vita sih yang norak. Dunia memang cepat berbalik.

"Biasa aja sih kak! Nggak usah ngegas juga lah," Vita yang mendapatkan respon tajam dari Andrea itupun langsung memutar bola matanya.

"Bocah emang selalu benar," tambah Vita dengan wajah malasnya.

Andrea yang melihat ekspresi Vita itupun menahan tawanya, memang kalau mengerjai Vita itu adalah hal paling menyenangkan. Apalagi status Vita yang masih jomblo, walaupun dia sendiri juga jomblo sih.

"Oh ya kak, nanti habis pemotretan ke rumah gue dulu ya. Sekali-kalilah kakak main ke rumah ku," ucap Andrea antusias.

"Ada niatan apa lo ngajak gue ke rumah? Nggak macem-macem kan?" Andrea mendengus pelan, sedangkan Vita tersenyum puas karena berhasil membuat gadis itu jengkel.

"Nggak jadi deh, niatnya gue tadi mau ngajak makan, tapi kakak kaya' nya nggak mau?" Vita segera menggelengkan kepalanya dan menatap memelas ke arah Andrea.

Giliran gratisan aja langsung mode on, dasar!. Batin Andrea.

~BUCIN~

Alangkah baiknya kalau waktu liburan itu digunakan untuk hal-hal yang bermanfaat. Berbeda dengan gadis satu ini, siapa lagi kalau bukan Andrea.

Sejak pukul lima tadi, gadis itu sibuk mengobrak-abrik isi kamarnya termasuk pakaian di lemari hanya untuk mencari kompas.

Sabtu ini, gadis itu bermaksud untuk mengajak Vita, Sinta, Fano, Mia dan Farhan untuk pergi berburu ke hutan.

Kalau orang lain memilih menghabiskan liburan ke tempat wisata, Andrea malah berpikir untuk menghabiskan waktunya berburu di hutan.

B U C I NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang