32 •• Jujur tentang perasaan

11.9K 721 88
                                    

Terserah kamu berada dipihakku atau tidak. Hidupku juga bukan tentang memilikimu saja. Kalaupun kamu tidak suka, itu tidak akan menghalangi jalan ninjaku untuk mencapai tujuanku.

- Andrea -

Dengan wajah datar tanpa ekspresi, Andrea menenteng tasnya di bahu sebelah kiri. Rambutnya yang dikucir sedikit awut-awutan tidak membuat kecantikannya luntur. Justru kharisma seorang gadis itu semakin terpancar jelas. Matanya sibuk melihat jalan ke arah kelasnya.

Banyak murid yang menatapnya kebingungan. Bagaimana tidak, baru-baru ini Andrea berubah menjadi gadis polos dan disiplin, lalu sekarang kembali ke mode awalnya. Urakan dan terlihat kejam.

Para murid yang melihatnya mulai berbisik-bisik, namun Andrea tidak perduli dengan semua itu. Gara yang awalnya ingin mengantar dirinya ke sekolah, juga mendapatkan penolakan tegas.

Konflik settingannya dengan Sinta juga sudah kelar minggu lalu. Tidak ada lagi hal yang harus dijelaskan, karena Andrea pikir orang bodoh akan mengambil jalan keingin tahuannya sendiri.

Dilihatnya Devon dan Fila yang berjalan berlawanan arah darinya. Mata Andrea memicing tajam ke Fila yang menggandeng tangan Devon dengan erat. Bibirnya melengkung misterius, memperlihatkan sesuatu yang tidak akan bisa dibaca. Pandangan Andrea juga sempat bertubrukan dengan Devon, namun segera mungkin Andrea memutusukan kontak langsung tersebut.

Nikmati apa yang lo punya sekarang Fil, karena setelah itu, gue bakal buat hidup lo hancur persis seperti hidup gue.

Andrea bergegas ke kelasnya dan mencari keberadaan Sinta. Dilihatnya sahabat kecilnya itu sedang bergelut dengan novel tebalnya. Tanpa babibu, kakinya dikompromikan untuk melangkah ke bangku Sinta.

"Woy! Serius amat bacanya," Sinta yang terkejut langsung menoleh kesal ke arah Andrea. Bibirnya mengerucut tebal dan pipinya digembungkan, sehingga terlihat sedikit chubby. "Apaan sih lo, ngagetin aja," balasnya dengan kesal.

"Tunggu, tunggu, tunggu. Kenapa penampilan lo berubah lagi?" tanya Sinta yang tersadar dengan perubahan Andrea. "Ya, suka-suka gue dong! Hidup-hidup gue kenapa lo juga repot? Gue lagi mau membalaskan dendam kesumat sama mak lampir. Dia 'kan paling benci kalau gue terlihat lebih sempurna dari dirinya. Lagian, gue orangnya plin-plan," Sinta memicingkan matanya tajam.

"Kesambet apa lo?"

Andrea yang ditanya hanya bergidik ngeri. Membayangkan dirinya kerasukan kuntilanak.

Amit-amit.

"Eh, Sin. Kok  beberapa hari ini gue nggak ketemu sama Arka ya?" tanya Andrea dengan serius.

"Hah? Iya juga ya? Kenapa gue nggak kepikiran sama tuh bocah?" jawab Sinta yang juga serius menatap ke arah Andrea.

"Perasaan, minggu lalu dia masih masuk kelas. Kok minggu ini nggak kelihatan sama sekali ya?" tambah Sinta lagi.

"Gue nanti ke kelasnya deh. Lo mau ikutan nggak?"

Sinta yang ditanya Andrea hanya mengangkat dua jarinya sambil berpose peace.

"Maaf, gue ada kencan sama si Parno!" Andrea yang mendengar itu langsung menoyor dahi Sinta dengan keras.

"Nggak di rumah, di luar, di sekolah, kerjaannya kencan mulu! Gue nggak habis pikir, Fano pakai guna-guna apaan buat lo jadi nempel melulu?" kesal Andrea.

B U C I NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang