0.2 Overlooked

662 78 7
                                    


Tersenyumlah dan tunjukan pada dunia bahwa kau baik-baik saja,
-Yolanda-

*****

"Vio udah pulang sayang?" tanya bunda Viona.

"Sudah Bun," jawab Viona singkat.

"Pulang sama Gema ya tadi? Pak kardi masih jemput Ayah sama Syifa di Bandara," tanya bunda Vio sekali lagi.

"Vio ga pulang sama Gema Bun, Vio pulang sama temen Vio. Vio naik dulu ya Bunda badan Vio capek semua," jawab Viona sambil berlalu ke kamarnya.

Sesampainya di kamar Viona langsung menatap kearah dinding dimana dia memasang foto-fotonya yang dia ambil bersama Gema. Viona memandangi foto itu satu persatu, dadanya kembali terasa nyeri saat mengingat setiap momen yang mereka abadikan bersama.

"Secepat itu Gem, secepat itu kamu lupain semua tentang kita. Secepat itu kamu gantiin aku sama orang lain Gem. Apa kebersamaan kita ga pernah ada artinya buat kamu Gem? Aku bahkan ga tau gimana hidup aku tanpa kamu tapi kamu sudah memulai hidup baru kamu," ucap Viona sambil diiringi linangan air mata yang sudah membasahi kedua pipinya.

Katakanlah Viona sebucin itu kepada Gema, karena faktanya Gema adalah pacar sekaligus cinta pertama Viona. Harusnya Viona sadar satu hal bahwa cinta pertama memang tidak akan pernah berhasil, namun Viona tidak tau jika akhirnya akan sesakit ini.

Viona melepas satu persatu foto-foto itu dari tembok memasukannya kedalam kotak lalu menutup rapat semua kenangannya bersama Gema. Viona harus melupakan Gema. Viona tidak yakin berapa lama waktu yang dia butuhkan untuk melupakan Gema. Tapi bahkan jika itu butuh waktu untuk selamanya maka Viona akan tetap melakukannya. Viona sudah bertekad dia akan melupakan Gema mulai hari ini.

*****

"Vio sayang bangun nak. Ayah sama Syifa sudah sampai ayo kita makan bareng," ucap bunda Viona membangunkan anaknya.

"Bunda turun aja dulu Vio mau ganti baju sama cuci muka dulu,"

Ya Viona tertidur setelah kelelahan menangisi nasibnya, tanpa melepas seragamnya.

Vio melangkah turun dengan wajah yang lebih segar meskipun matanya masih sedikit merah akibat menangis. Viona langsung duduk di meja makan tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Bahkan Viona tidak menyapa Ayah dan Adiknya yang baru tiba dari Berlin.

"Kak Vio sakit ya? Kok kelihatan lemes. mata kakak juga merah," ucap Syifa yang duduk di sebelah Viona.

Viona tidak menjawab dia hanya menggelengkan kepalanya.

"Viona gimana disekolah, kata Bunda Vio mau ikut lomba lagi ya nak?" kini giliran suara ayah Viona yang terdengar.

"Iya," jawab Viona singkat.

Seperti yang terlihat hubungan Viona dengan ayah dan adiknya tidaklah baik. Ada satu fakta yang membuat Viona sangat membenci Syifa dan juga kecewa dengan sifat ayahnya.

"Ayo makan dulu nanti keburu dingin," ucap bunda Viona mencoba mengalihkan suasana canggung yang ada.

Viona makan dengan tenang berbeda dengan anggota keluarga lainnya yang berbincang santai bahkan tak jarang diselingi candaan. Viona benar-benar ingin segera menyudahi aktifitas makannya. Dia muak harus terus melihat aktivitas yang sangat dibencinya.

"Vio sudah selesai Bun. Vio naik dulu," ucap Viona sambil berdiri namun dicegah oleh ayahnya.

"Vio, bisa ayah bicara berdua sama Vio?" tanya ayah Viona dengan pandangan memohon.

CongratulationsWhere stories live. Discover now