0.3 Never

570 60 5
                                    

Cinta bukan hanya tentang bagaimana kita melupakan,

Tapi tentang bagaimana cara kita memaafkan.

*****

Viona menatap datar orang yang kini ada di depannya, sungguh Viona berusaha memasang ekspresi sedatar mungkin ketika bertatapan dengan pria yang sedari tadi duduk di depannya tanpa mengatakan sepatah katapun itu.

"Kamu sariawan?" tanya Viona memulai pembiacaraam diantara mereka.

Yang diajak bicara sama sekali tidak menjawab, justru menunjukam raut wajah kebingungan dengan ucapan Viona.

"Tadi katanya mau ngomong sesuatu, kita sudah disini lima belas menit dan kamu masih diem aja Gem!" ucap Viona yang mulai kesal menghadapi tingkah Gema yang terus diam saja sedari tadi.

"Vi aku pernah bilang kamu gadis yang baikan. Aku juga pernah bilang gak pengen buat kamu sakit, begitu juga orang lain Vi. Aku ga mau kamu sakit karena orang lain," ucap Gema sambil menatap gadis yang kini berstatus sebagai mantan kekasihnya ini.

"Maksud kamu?" tanya Viona keheranan dengan ucapan Gema.

"Kalau nanti ada yang nyakitin kamu, aku siap kok ngehajar dia. Tapi aku yakin sih, kamu ga mungkin nyuruh aku hajar dia. Tapi aku siap kok dengerin cerita kamu atau nenangin kamu saat nangis nanti," ucap Gema sambil tersenyum kearah Viona.

Viona tak menjawab ucapan Gema, dia masih terkejut dengan ucapan pria tersebut. Jika saja Gema mengatakan ini saat mereka masih menjadi sepasang kekasih mungkin Viona akan sangat senang mendengarnya. Tapi sekarang posisinya sudah berbeda ucapan Gema justru malah membuat dadanya terasa nyeri.

"Bagaimana bisa kamu bilang semudah itu Gem, saat kamu adalah satu-satunya orang yang menyakitiku saat ini" Viona menggumam di dalam hatinya.

"Gem jangan jadi pria brengsek untuk kedua kalinya, jangan menyakiti wanita hanya untuk membuat wanita lain bahagia. Kamu sudah gak ada kewajiban untuk ngomong gitu sama aku. Aku gak mau ada orang yang salah paham dengan ucapan kamu. Jadi tolong jangan pernah katakan itu lagi. Aku tidak ingin menjadi wanita jahat yang menghancurkan kebahagiaan wanita lain," ucap Viona sebelum akhirnya meninggalkan Gema yang masih mencoba mencerna arti dari setiap ucapannya.

Gema tertegun dengan jawaban yang dilontarkan Viona. Dia tau pasti Viona akan menolak tawarannya, tapi dia tidak menyangka jika akan sampai seperti ini reaksi dari Viona. Gema memang tidak salah melepaskan Viona, dia benar-benar gadis yang baik. Tidak seharusnya gadis sebaik Viona menghabiskan waktunya bersama pria sepertinya.

Sementara disisi lain Viona merasa bangga dengan dirinya sendiri, sebenarnya Viona bisa saja berlari kepelukan Gema saat pria yang masih dihatinya itu mengatakan sesuatu yang tidak bisa di tampik oleh Viona jika yang dikatakan Gema itu membuat hati Viona terasa menghangat. Tapi untungnya logika Viona sedang mengontrol dirinya hari ini, dia tidak bisa melupakan fakta jika Gema sekarang sudah memiliki orang lain yang harus dibahagiakannya. Viona tidak ingin menyakiti perasaan Anya walau sekesal apapun Viona terhadap kekasih baru mantannya itu.

 

*****

 

Viona meruntuki kebodohannya sendiri yang terus memikirkan ucapan Gema, yang sekarang membuatnya terdampar di taman belakang sekolahnya itu.

"Aku baru tau kalau siswa berprestasi juga suka bolos," ucap seseorang yang kini mendudukan diri di sebalah Viona.

"Aku ga bolos, Pak Bambang ga masuk dan gak nitip tugas juga," terang Viona masih enggan menatap lawan bicaranya itu.

"Kamu ngapain disini? Kelas kamu kosong juga?" tanya Viona pada pria yang duduk disebelahnya.

CongratulationsWhere stories live. Discover now