06 [Celana dan Video]

2 2 0
                                    

Pintu UKS itu terbuka, menampilkan sesosok perempuan dengan celana olahraga di tangannya. Ia lalu menghampiri seorang gadis yang tengah tertidur pulas di salah satu ranjang.

Meletakkan celana yang dibawanya di atas meja, Reta lalu membangunkan Icha. Sembari menunggu, ia menuju lemari untuk mengambil beberapa peralatan untuk mengobati luka Icha. Ia yakin, pasti sahabatnya itu tidak mengobati lukanya. Ia juga yakin, kalau Abi tidak sempat mengobati karena cowok itu keburu breafing. Sedangkan ia sendiri? Bukannya tidak mau mengobati, hanya saja ia sudah hafal dengan sifat sahabatnya itu walau mereka belum genap dua tahun bersahabat. Icha pasti sedang bergalau ria setelah ditinggal Abi. Kalau ia datang pun pasti Icha hanya diam saja, karena saat ia sedang galau, dunia serasa miliknya sendiri.

"Cha, bangun, udah sore nih." Reta membangunkan Icha dengan menepuk pelan bahunya.

Icha yang merasakan sentuhan di bahunya itu mengerjapkan kedua matanya, lalu menggeliat pelan. Setelah kesadarannya datang, ia pun bangun. "Udah sore? Cepet banget," gumamnya sambil mengucek kedua matanya.

Reta mendengus. "Lo tidur sih, makanya nggak kerasa," sahutnya.

"Gimana acaranya? Udah selesai kan?" tanya Icha dengan mata yang dipenuhi belek. Ditambah dengan warna merah serta sedikit bengkak. Sungguh keadaan yang cukup mengenaskan. Icha tak ingat kapan ia menangis hingga menyebabkan kedua matanya seperti monster. Yang ia ingat, setelah Abi menerima telepon dari Rara, cowok itu pergi dan ia tidur. Lalu, kapan ia menangis?

Ah, lupakan soal menangis. Ia harus mengembalikan keadaan matanya seperti semula, atau setidaknya membersihkan belek yang memenuhi matanya.

"Noh liat udah jam berapa," suruh Reta. "Kalo belum selesai, ngapain juga gue kemari," lanjutnya.

Icha mendengus. "Dasar sahabat tak berguna," ejeknya.

Reta tidak tersinggung, tentu saja. Ia sudah terbiasa mendengar kalimat itu jika Icha sedang kesal. Lagipula, apa yang ia bawa kali ini pasti akan menghilangkan rasa kesal di diri Icha. Lihat saja!

"Yakin nih ngatain gue sahabat tak berguna?" goda Reta sembari mengeluarkan sesuatu dari tasnya.

Sedangkan Icha masih fokus pada kegiatan 'membersihkan beleknya'. Ia tidak menyadari saat sebuah celana berwarna hitam dengan garis merah keluar dari tas Reta.

"Cha," panggil Reta. Kali ini, ia mengibaskan celana itu dengan kencang untuk mendapat perhatian dari Icha.

"Duh, apaan sih," ujar Icha kesal saat angin dari kibasan itu mengenai wajahnya.

Begitu Icha membuka mata dan melihat sesuatu di depannya, ia mengerutkan keningnya. "Celana siapa, Re?" tanyanya.

Reta hanya tersenyum penuy arti dengan sebelah mata yang mengedip pada Icha. Membuat Icha menatapnya malas sekaligus jengkel karena pertanyaannya tidak dijawab.

Reta memutar celana itu. "Tebak dong."

Icha lalu memutar bola matanya karena kesal. "Gue lagi nggak mood bercanda nih."

Reta tertawa. Ia akhirnya menyerah untuk menggoda Icha. Hari juga semakin sore, luka di lutut serta tangan Icha pun belum diobati.

"Iya, iya, gitu aja marah ih. Gue kasih tahu nih, dengerin baik-baik." Reta menjeda ucapannya untuk mengambil napas sebentar. "Jadi, ini tuh punya Abi."

Cukup singkat, padat, dan jelas. Namun, terlalu cukup untuk membuat seorang Icha kembali berkaca-kaca karena senang.

"Hah? Punya siapa?" tanya Icha memastikan.

"Abi. Abimanyu Prasetya. Temen SD lo. Cowok idaman lo. Cowok yang tadi bantuin lo ke UKS," jawab Reta.

Icha tercengang. "Abi? Abi yang itu kan? Lo nggak salah?"

Reta menghela napasnya. Perlu berapa kalimat untuknya mendeskripsikan Abi agar Icha mengerti? "Iya, Icha. Abi yang itu."

Perlahan, Icha mengambil celana itu dan mencium aroma yang melekat di sana. Lalu, ia memeluknya dengan erat.

"Re," panggil Icha.

"Hmm."

"Gue seneng banget!!!" teriak Icha.

Reta kembali menghela napasnya. Baru satu yang ia berikan, tapi Icha senangnya minta ampun.

"Masih ada lagi nih, mau nggak?"

"Apaan?"

Reta tersenyum penuh arti. Ia  mengeluarkan ponselnya, lalu mengirimkan sesuatu lewat aplikasi bernama Whatsapp. Tak berselang lama, bunyi notifikasi terdengar dari dalam tas Icha.

Saat Icha akan mengambil ponselnya, Reta mencegahnya. "Eits, bukanya nanti aja di rumah. Cari posisi paling nyaman, jangan lupa bawa camilan, trus selonjoran. Dijamin, lo bakal ketagihan."

"Gue penasarannya sekarang, Re, bukan nanti."

"Mending lo bersihin tuh luka pake air dulu sekalian ganti celana, abis itu gue obatin dan kita pulang. Udah sore nih, keburu malam," ujar Reta.

Icha menampilkan wajah cemberutnya. Meskipun begitu, ia tetap mengikuti apa yang Reta katakan. Dengan tertatih dan menahan nyeri di lututnya saat berjalan, Icha pun menuju kamar mandi yang berada di belakang UKS.

~•~•~

Setelah mandi, makan malam, dan belajar, akhirnya Icha punya waktu untuk melihat apa yang tadi Reta kirim padanya.

Sebuah video dengan pesan di bawahnya.

Sorry kalo videonya agak blur atau gimana. Gara2 ukurannya gede, gue pangkas sana sini, dan jadinya kyk gitu. Selamat menikmati :)

Setelah membaca pesan dari Reta, Icha lalu membuka video itu. Ternyata, itu adalah video saat acara yang tak sempat Icha tonton tadi.

Beberapa detik di awal, sang MC masih berbicara tentang peserta yang baru saja tampil. Lalu, saat MC itu memanggil nama peserta selanjutnya, barulah dada Icha terasa bergemuruh. Nama 'Abimanyu Prasetya' keluar dari bibir sang MC dan membuat Icha tersenyum senang. Hampir saja ia berteriak jika saja ia tak ingat sedang berada di rumah.

"Ya ampun, Re, lo baik banget sama gue. Makasih, Re, makasih banget!!!" Icha sampai bermonolog sendiri.

Dari awal video terputar sampai berhenti, yang Icha lihat hanyalah Abi. Bagaimana cowok itu berjalan, bagaimana cowok itu memberi pose hormat dan pose-pose lainnya. Terakhir, saat Rara menggandeng tangan Abi untuk kembali ke balik panggung. Untuk yang ini, Icha tak bisa tersenyum senang.

Icha lalu beralih ke video kedua. Ternyata, itu adalah saat penentuan pemenang, dan Abi mendapat juara dua.

Icha ikut senang saat melihatnya. Namun, saat panitia memasangkan mahkota serta memberi hadiah, Icha tampak sedih. Ia berpikir, kapan ia bisa bersanding dengan Abi seperti Rere?

~•~•~

Jiwa minder Icha udah mulai muncul nih. Akankah ia bisa mengatasinya? Atau malah membuatnya semakin parah?

Part-part berikutnya tentu bakalan seru. So, tetap setia sama cerita ini ya :)

CHANTIKWhere stories live. Discover now